🕖 7 🕖

217 86 30
                                    

Kalau memang hidup lebih indah dengan banyak warna, maka torehan warna darimu adalah favoritku.

🕛Cɪʀᴄʟᴇ OғTɪᴍᴇ🕛

"Kevin?"

Lelaki itu sontak mengalihkan pandangannya, yang jelas semakin membuat Riska memperhatikannya. Tentu saja, baru kali ini Riska melihat Kevin sedikit gugup, biasanya lelaki itu terlihat tenang, bahkan saat olimpiade dan perlombaan matematika dulu, ia selalu terlihat sangat santai dibanding peserta lainnya.

Atau mungkin dugaannya benar? selama ini lelaki itu hanya berkamuflase karena ingin menyembunyikan sesuatu?

Riska menepuk pelan roknya yang kotor, dan kembali menatap Kevin dengan tatapan penuh selidik. "Ngapain lo di sini?"

Kevin semakin mengalihkan pandangannya. Tetapi tidak berlangsung lama, entah kenapa lelaki ini cukup pintar dalam memengaruhi lawan bicaranya.

Ia membalas tatapan Riska sehingga membuat perempuan itu yang harus mengalihkan pandangannya sekarang, tidak berani saling tatap dengan Kevin.

"Pertanyaan yang sama buat kamu, ngapain di sini?" Seolah Kevin berusaha membalikkan suasananya. Entah untuk apa ia berusaha membalikkannya.

Apa jawaban pertanyaan tadi sangat sulit untuk ia jawab?

Dan berhasil, Riska terlihat melihat ke kanan dan ke kiri untuk mencari alasan terbaik.

"G-gue ...." Riska terlihat bingung ingin bilang apa. Entah kenapa ia jadi gugup, tidak selancar berbicara dengan Al tadi.

Melihat Riska yang terdiam cukup lama, Kevin berbalik dan sontak membulatkan matanya mendapati tiga orang pria bertubuh gempal sedikit mabuk, berjalan ngos-ngosan ke arahnya.

"Bentar, kita ngomong di tempat lain aja." Kevin buru-buru memotong ucapan Riska, membuat perempuan itu seketika penasaran dibuatnya.

Riska mengikuti arah pandang Kevin dan menganga selama beberapa detik. "Bapak-bapak itu gak lagi ngejar lo, kan?"

Lelaki itu justru terlihat panik, ia meringis pelan. Bukan apanya, berurusan dengan orang mabuk itu lebih sulit daripada dengan orang yang sadar.

"Mending kita lari!" Entah kenapa saran Kevin justru membuat Riska sontak tertawa lepas melihat ekspresi panik lelaki itu. Baru kali ini, Riska melihat sedikit sisi lain dari seorang Kevin.

"LARI, RIS!"

Refleks karena kepanikannya, Kevin menggenggam erat tangan Riska dengan gerakan cepat dan menariknya untuk ikut berlari.

Merasakan genggaman tangan Kevin untuk pertama kalinya, rasanya ada setitik warna terang yang berusaha menghapus sedihnya tadi, membuat perempuan itu sejenak tenang.

Mereka berlari cukup jauh, tanpa peduli ketiga pria tadi masih mengejar atau tidak. Sepertinya ini berkat kepanikan Riska.

Bruk!

Seorang ibu-ibu yang baru keluar dari supermarket seketika berputar dan sekantong plastik belanjaannya terlempar dan berserakan akibat bertabrakan dengan Riska.

"Ma-maaf, Bu," ucap Riska.

Riska dan Kevin hanya bisa menunduk-nunduk di depan ibu-ibu tersebut dan kembali melanjutkan larinya.

"Heh!! Dasar anak-anak jaman sekarang! Pacaran lari-lari, lu kata lagi suting India ape?!" Ibu-ibu itu berteriak kesal sambil memungut belanjaannya, untungnya hanya keluar dari kantong plastik, tidak ada yang rusak sama sekali.

Circle Of Time [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang