🕙10🕙

159 65 13
                                    

Boleh kutahu, bagaimana dirimu yang sebenarnya?

🕛Cɪʀᴄʟᴇ OғTɪᴍᴇ🕛

Embusan angin terlihat sibuk mengibar bendera kebanggaan Indonesia yang menggantung rapi di puncak sebuah tiang. Pedagang kaki lima mulai berkeliaran dengan gerobaknya masing-masing, menyusuri tiap sisi jalan kota Jakarta tahun 2006.

Dua orang dengan masing-masing sepedanya terlihat beriringan menyusuri jalanan yang masih sepi, menikmati sejuknya udara saat itu. Kevin melirik Riska sejenak melalui ujung matanya dan menyadari, Riska masih menekuk wajahnya, masih cemberut.

Lelaki itu tiba-tiba tertawa melihat ekspresi perempuan dengan sepeda pink di sampingnya, ia menggelengkan kepalanya.

Riska hanya melirik Kevin dengan tatapan kesal, Kenapa lagi nih orang?

"Kenapa lo bisa tau rumah gue di situ?!" Daripada melihat ekspresi menyebalkan dari lelaki itu, Riska memilih menanyakan pertanyaan yang menurutnya lebih penting.

Kevin mendekatkan wajahnya ke arah Riska. "Mau tau aja."

Sontak perempuan itu kembali membelalakkan mata, dilihat dari segi manapun, Kevin memang aneh. Riska akhirnya memilih diam, tidak peduli, malas mengurusi orang di sampingnya.

Ia terdiam sejenak, memperhatikan tas ransel yang terlihat berisi, dibawa oleh lelaki itu sekarang. Padahal kalau dipikir lagi, Kevin tidak seharusnya membawa apa-apa sekarang. Efek malas mengurusi hal itu, Riska memilih tidak peduli.

Melihat Riska hanya diam setelahnya, Kevin seolah tidak habis dengan idenya, ia melajukan sepedanya lebih cepat hingga sekarang agak di depan dari Riska. Ia tiba-tiba melepas pegangannya dari stang sepedanya, kemudian merentangkan tangannya.

Riska seketika terbelalak melihat kegilaan orang di depannya, naik sepeda tapi merentangkan tangan, tidak memegang stangnya. "Gila! Lo jatoh, gue ketawain, Kev!" teriak Riska.

Kevin hanya tertawa keras. "Sirik kan! Gak bisa kayak gini!" Lelaki itu justru semakin memamerkan gayanya, sesekali ia meliuk-liukkan tangannya ke kanan dan ke kiri, seperti sedang menari asal-asalan.

Riska semakin menatap kesal orang di depannya. "Ya ngapain juga gue kayak gitu!"

"Ah, cemen! Bilang aja gak bisa!" teriak Kevin, masih melakukan aksinya.

"Wajar, gue waras, Kev!" teriak Riska.

"Saya bisa ko—"

"Karna lo gila!" Riska berdecak kesal melihat orang di depannya.

Mendengar hal itu, Kevin justru tertawa puas melihat reaksi Riska, ia kembali memegang stang sepedanya. "Gak seru banget hidup kamu!" Kevin melambatkan kayuhan sepedanya, sehingga ia kembali bersampingan dengan sepeda Riska.

Riska menatap was-was ke Kevin yang ada di sampingnya. Entah apalagi yang ingin dilakukan orang aneh ini. "Mau ngapain lo? Maju sana!" Riska melepas satu tangannya dari stang sepeda, mendorong Kevin untuk lebih di depan saja.

"Ris, hidup tuh cuma sekali." Kevin seketika menghentikan laju sepedanya, sembari menatap serius ke arah seorang perempuan di belakangnya, ia berucap pelan, "Tolong, jangan kelihatan monoton depan orang yang hobi melukis."

Jelas membuat Riska perlahan berhenti di samping lelaki itu, heran, padahal Kevin baru saja terlihat sangat gila tadi. Lantas kenapa perubahannya bisa secepat itu?

"Kenapa?" Riska menatap heran.

"Itu kayak memaksa saya untuk memberi warna dalam hidup kamu."

Hening.

Circle Of Time [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang