Aku takut melihatmu lagi, takut kau akan pergi lagi.
🕛Cɪʀᴄʟᴇ OғTɪᴍᴇ🕛
Kendaraan terlihat berlalu lalang dengan saling kebut, berusaha cepat mencapai tujuan. Gedung-gedung tinggi dengan berbagai warna kerlap-kerlip lampunya terlihat ikut mendominasi suasana hening malam.
Riska masih sibuk menatap ke luar jendela, hingga mobil berbelok memasuki sebuah rumah sakit umum yang terletak di pusat kota ini.
Riska yang tadinya bersandar di kursi mobil, seketika menegakkan tubuhnya, mengernyitkan keningnya, heran, kenapa mobil justru masuk ke sebuah rumah sakit.
Riska masih terlihat celingukan, ia berkali-kali menatap Al, di sampingnya. Entah kenapa jantungnya kembali berdegup kencang, menyadari Al justru membawanya ke rumah sakit.
Akhirnya mobil berhenti di sebuah parkiran kosong, Al mematikan mesin mobilnya. Ia terdiam sejenak, kemudian menarik senyumnya lalu beralih menatap Riska di sampingnya.
Al menggenggam sejenak tangan Riska, memberinya sedikit ketenangan. "Ayo masuk." Riska masih terlihat gelisah, tetapi ia memilih untuk tetap mengikuti Al, masuk ke dalam area rumah sakit.
Aroma obat-obatan menguar samar seperti ciri khas rumah sakit biasanya. Al dan Riska berjalan melewati lobi dan beberapa orang yang terlihat duduk di ruang tunggu, beberapa koridor yang cukup sepi.
Riska memegang dadanya, entah kenapa jantungnya berdegup sangat cepat. Ia takut akan apa yang ingin Al perlihatkan. Ia takut jantungnya belum sanggup untuk menghadapinya.
Riska melirik ke arah Al di sampingnya, tatapannya mengarah lurus ke depan, sangat tenang, tapi terlihat sendu.Mereka memasuki sebuah lift. Hening. Hanya suara perjalanan lift melewati beberapa lantai.
Al hanya berbalik ke arah Riska seraya menampilkan senyumnya seperti tadi, tapi mulutnya tidak terbuka sama sekali, ia tetap diam. Tetap bungkam. Seolah ia memang mengunci mulutnya saat ini.
Hingga lift terbuka dan mereka berada di bagian koridor kamar-kamar VIP.
Al masih menggenggam tangan Riska, menariknya perlahan.
"Ngapain sih Al?!" Riska menghempas kasar genggaman tangan mereka, sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya.
Al hanya membalasnya dengan tersenyum. "Kita udah sampai kok." Riska mengernyitkan keningnya, tidak mengerti dengan maksud ucapan Al.
Lelaki itu maju beberapa langkah, berhenti di sebuah pintu kamar. Ia menggenggam perlahan gagang pintu panjang silver depan pintu tersebut, mengisyaratkan Riska untuk berjalan mendekat ke arahnya.
Al membuka perlahan pintu tersebut, mempersilahkan Riska untuk masuk lebih dulu.
Riska perlahan berjalan masuk ke ruangan itu. Ia sontak terdiam. Entah kenapa rasanya beku.
Pandangannya lurus menatap ke satu arah. Ada sesak yang tiba-tiba memenuhi perasaannya. Seketika penyesalan tadi, kembali memenuhi dadanya, meronta ingin diteriakkan.
Dua orang perawat, perempuan dan laki-laki, sedang berdiri di samping kanan-kiri seorang pasien yang sedang duduk membelakangi pintu.
Mereka menemani pasien itu berbincang sembari menatap langit malam yang terlihat jelas melalui jendela kamarnya, di depan sebuah kanvas yang memperlihatkan lukisan seorang wanita yang menyerupai Riska.
Al mulai memasuki ruangan tersebut, masih di belakang Riska. Ia berdeham pelan, berusaha menyadarkan kehadirannya.
Hening. Masih tidak ada suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle Of Time [Completed]
RomanceMeraih 3 kategori dalam lomba 'Write Your Story Challenge 1' diadakan oleh @wpdorm (2017) : 🎉 Juara 3 🎉 Juara favorit 1 🎉 Juara favorit 2 🔢🎨🔢 [This story has been revised] Kevin memang tidak sespesial laki-laki di dunia fiksi. Pianis sekolah...