🕘9🕘

151 66 16
                                    

Pertanyaanku tentangmu, adalah soal tersulit yang pernah kutemukan seumur hidupku.

🕛Cɪʀᴄʟᴇ OғTɪᴍᴇ🕛

5 September 2016

"Masih belum sadar?"

Pertanyaan Al menghentikan Riska yang sedari tadi asik bercerita, perempuan itu terdiam sejenak, kemudian menggeleng pelan menatap ke arah lelaki di depannya. Tangan Riska tergerak mengaduk pelan secangkir kopi di depannya, ia meminumnya perlahan.

"Afdah suka sama kamu."

Hampir saja Riska memuntahkan kopi dari mulutnya. Tangan perempuan itu tergerak mengambil tisu kemudian meletakkannya di mulutnya, membersihkan noda kopi di sana. Ia terkekeh pelan setelahnya. "Mana mungkin sih, Al? Dia emang pernah kasih tau aku kayak gitu, tapi menurut aku bohongan doang."

"Cuma kamu yang bilang gak mungkin. Toh, kenyataannya emang kayak gitu." Al tersenyum lembut setelahnya, ia beralih menatap dengan tenang kaca-kaca di sampingnya, langit di luar kembali terlihat cerah, embun yang tadinya menutupi penglihatan, mulai hilang menjadi butiran air.

Riska memilih diam, ingin menunggu Al menceritakan kejelasannya. Perempuan itu menatap lekat seseorang di depannya, berharap ia memberitahukan sesuatu yang belum Riska ketahui. Tapi riska juga berusaha mencari pengecualian. "Terus buat apa dia ngelakuin hal itu, Al? Dia suruh aku datang di acara ultah kamu tuh buat apa? Buat memperjelas kalau kamu udah ada selingkuhan waktu itu?!"

Tanpa sadar, Riska kelepasan melampiaskan emosinya, membuat beberapa pengunjung kafe ikut melirik ke arahnya sejenak. Selang beberapa detik, perempuan itu menunduk. Air matanya menetes perlahan.

"Afdah itu pinter, Ris." Kali ini Al kembali bersuara, membuat Riska menengadahkan perlahan wajahnya. Perempuan itu tetap diam, menatap ke arah seorang lelaki di depannya.

"Sebulan kemudian setelah acara ultah pacar aku pas waktu itu, dia ceritain semuanya." Al menjeda sejenak ucapannya, pandangannya beralih menatap kendaraan yang berlalu-lalang di luar kafe.

"Dia udah perkirain semuanya, dengan undang kamu ke acara ultah aku, dia tau pasti aku bakal marah besar sama kamu, dan di saat kamu nangis saat itu ... dia mau jadi orang pertama yang tenangin kamu."

Riska merasa beku mendengarnya. Ia tidak tahu harus bagaimana merespon hal itu. Ini benar-benar di luar dugaannya.

"Waktu kamu telpon-telpon dan gak aktif, hp-nya Afdah beneran lowbat. Akhirnya ... dia sampai ke rumah aku agak lama setelah kamu pergi. Aku gak terlalu peduliin dia di situ, karena aku masih berada di posisi marah karena dia suruh kamu datang ke acara itu. Jadi ... dia mutusin untuk kejar kamu, katanya sih, hp kamu juga gak aktif pas itu." Al menjeda sejenak ucapannya, ia melirik ke arah Riska yang terlihat mematung mendengarkannya.

"Iya Hp aku juga lowbat pas itu. Terus?"

"Setelah keliling cukup jauh, akhirnya dia nemuin kamu di taman. Dan dugaannya bener, kamu ... nangis." Al tersenyum lirih setelahnya, ia terkekeh pelan ke arah Riska, membayangkan perasaan sakit seseorang yang sedang ia ceritakan.

"Semua bener-bener sesuai rencananya Afdah, yang kurang cuma satu." Al mengembuskan pelan napasnya, lelaki itu tersenyum lirih setelahnya.

"Kamu nangis dalam pelukan Kevin, bukan pelukannya dia."

Entah kenapa kalimat terakhir itu benar-benar sanggup membuat Riska tertegun. Tetesan air matanya benar-benar berjatuhan setelahnya. Ia baru menyadarinya.

Circle Of Time [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang