🕐13🕐

165 53 9
                                    

Baiklah, sepertinya hatiku memang memilihmu.

🕛Cɪʀᴄʟᴇ OғTɪᴍᴇ🕛

"Gimana, Ris?"

Wini dan Tiara sekarang sudah duduk tenang di depan Riska, bersiap mewawancarai temannya yang baru datang di kelas itu.

"Hah? Gimana apanya?" Riska seketika menatap heran kedua teman dekatnya, ia bahkan baru melepas tasnya, kemudian duduk di kursinya.

Wini terlihat berpikir, kemudian kembali menjawab dengan ke-frontalannya. "Kencan lo sama Kevin?"

Riska sontak terbelalak mendengarnya. "MANA ADA GUE KENCAN SAMA KEVIN!"

Wini dan Tiara bahkan harus bersusah-payah menutup telinga akibat mendengar teriakan Riska. Sebenarnya perempuan itu tidak pernah sengaja berteriak seperti itu, ia hanya refleks terkejut.

"Ya tapi kan, lo pulang berdua kemaren." Tiara menimpali seraya cekikikan, ia berusaha meyakinkan Wini yang saat itu tidak ada di lokasi kejadian.

"Dia nganterin doang kok." Riska mengendikkan bahu, berusaha terlihat biasa saja, meskipun perasaan-perasaan senang seolah berusaha menggelitik ingatannya.

"Lah itu doang?" Tiara tidak yakin.

Riska hanya mengangguk santai. Ia benar-benar tidak merasakan hal spesial lain yang dilakukan Kevin saat itu. Kecuali insiden pemasangan topi di tengah jalan, yang entah kenapa membuat jantungnya berdegup kencang saat itu.

Dan ... beberapa ucapannya yang masih Riska pikirkan maksudnya sampai sekarang.

Melihat Riska yang hanya diam, Tiara mendekat ke arah kedua temannya. "Eh, betewe, lo jadian beneran gak kemaren?"

"Oh, pasti dong, harusnya gitu."

Bukan. bukan Riska yang mengatakannya. Ucapan itu terlontar dari bibir Wini yang langsung dibalas tawa oleh Tiara. Sedangkan Riska hanya berdecak kesal melihat kedua temannya.

🔢🎨🔢

Juni 2006

Suasana sekolah pagi ini terlihat cukup sunyi, yang datang pagi ini hanya murid kelas X. Hari ini adalah hari pertama ulangan kenaikan kelas sekaligus penentuan jurusan. Mata pelajaran hari ini adalah biologi dan matematika.

Seusai ujian, Riska terlihat berjalan lemas ke area belakang sekolah, ingin menemui seseorang yang biasanya akan ada di sana saat jam istirahat.

Dan benar, Riska seketika tersenyum sumringah melihat Kevin, sedang duduk manis depan kanvasnya, terlihat sibuk menorehkan warna di sana.

Kevin terlihat menorehkan warna dengan sangat hati-hati, ekspresi seriusnya mencerminkan hal tersebut. Sesekali ia terlihat memoles dua warna di paletnya, yang kemudian ditoreh di atas kanvasnya.

Riska berjalan ke arah lelaki itu, duduk di akar-akar besar pohon yang menguar dari tanah, di samping kursi tempat duduk Kevin. Entah kenapa pandangan Riska tidak memilih fokus ke arah lukisan di sana, melainkan kepada seorang pelukisnya.

Kevin tiba-tiba berbalik menatap Riska, membuat perempuan itu seketika celingukan melirik ke arah lain.

Kevin melanjutkan lukisannya sembari menggeleng pelan, melihat Riska yang belum juga berubah. Tapi tetap sama, setelahnya Riska kembali memperhatikan lelaki itu diam-diam.

"Hm ...." Riska menggesekkan sepatunya ke tanah di bawah kakinya, terlihat memikirkan cara untuk memecah kesunyian. "Lo suka banget ngelukis ya?"

"Kamu suka banget ngeliatin saya ya?"

Circle Of Time [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang