🕐25🕐

118 43 2
                                    

Sekarang aku bertanya-tanya, manusia adalah makhluk yang tidak sempurna dan bisa melakukan kesalahan, lantas kenapa dalam hidup tidak ada pengulangan?

🕛Cɪʀᴄʟᴇ OғTɪᴍᴇ🕛

05 September 2016

"Setelah itu, aku udah sibuk kuliah dan gak ketemu temen-temen SMA lagi," tandas Riska. Ia menghapus butiran air mata yang sudah jatuh sejak tadi.

Al seketika terdiam, menatap serius ke arah Riska yang masih berusaha menghapus air matanya. Sepertinya Al menyadari satu hal, Kevin menempati posisi yang sangat spesial di hati Riska. Bahkan di saat wanita ini sudah hampir benar-benar memiliki seseorang di sampingnya.

Riska beralih menatap kaca-kaca di sampingnya, menikmati pemandangan yang begitu tenang di malam hari.

Suasana malam memang mengagumkan. Semuanya terlihat tenang, meskipun di sana gelap, tapi tidak ada yang terlihat takut.

"Di situ aku berusaha tanam pikiran ... dia bener-bener gak pernah sayang sama aku," ucap Riska, ia menyandarkan tubuhnya, memijat pelipisnya, sembari memikirkan perasaannya yang entah kenapa rasanya seperti tidak pernah dibalas.

Al membalas tatapan Riska, menatapnya lembut. "Bener, Ris, kamu cuma mikirin perasaan kamu."

"Nggak gitu, Al."

"Nggak, Ris. Aku gak salahin kamu kok, di sini gak ada yang perlu disalahin. Cuma ...." Al menjeda kalimatnya, ia menundukkan kepalanya beberapa detik, kemudian kembali menengadahkannya, menatap Riska. "Apa kamu pernah mikirin, apa alasan Kevin menjauh dari kamu?"

Riska terlihat berpikir sejenak, samar-samar ia menggelengkan kepalanya.

"Kan? Sebenernya dari cerita kamu, jelas kamu yang terlalu sibuk mikirin posisi kamu yang seolah-olah jadi korban dari semua ini. Padahal sebenernya kamu punya banyak waktu untuk nanyain Kevin semua pertanyaan kamu dulu."

Riska benar-benar diam setelahnya. Ia mematung. Darahnya berdesir cepat, merasakan tiap penyesalan yang lagi-lagi ikut mengalir di dalamnya.

"Kevin ... pernah ceritain aku tentang alasannya." Al menjeda sejenak ucapannya, ia tahu Riska akan sontak terkejut mendengarnya. Perempuan itu beralih menatap Al serius.

"Dia sakit." Al terkekeh, meskipun air matanya jatuh.

Hening, Riska masih menatap Al serius, menunggu ucapan selanjutnya.

"Kamu mungkin sedih banget, Ris. Dia ... gak lanjutin kuliahnya kayak yang dia bilang ke kamu, dia gak bisa jadi pianis, dia ... gak nepatin janjinya ke kamu."

Riska diam. Ada sesuatu yang rasanya menghujam kuat di perasaannya sendiri. Air matanya menetes pelan, menyadari kebodohannya sendiri. Ia megingatnya, saat hujan dulu, Kevin pernah menyuruhnya berjanji untuk tetap berada di sampingnya apapun yang terjadi.

Tapi sayang, Riska bahkan menjauh saat Kevin mulai berubah sedikit.

"Sebenernya dia mau kok ceritain semuanya." Al tersenyum lembut menatap Riska. "Asal kamu punya waktu buat dengerinnya."

Lagi, gumpalan penyesalan seolah dipecah keras dalam perasaan Riska. Jantungnya berdegup kencang mendengar tiap kalimat yang dilontarkan lelaki di depannya.

"Kevin waktu kecil itu anak yang terobsesi sama lomba yang berbau matematika dan piano. Tapi di sisi lain, dia juga hobi melukis. Mama kandungnya ... pernah minta dilukis, tapi waktu itu Kevin selalu nolak dengan alasan sibuk latihan piano dan belajar matematika." Al diam setelahnya. Ia menghapus air matanya perlahan, tidak kuat melanjutkan.

Circle Of Time [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang