Sebelumnya tolong diperjelas, itu memang pernyataan dari perasaanmu? Atau hanya ilusi dari perasaanku?
🕛Cɪʀᴄʟᴇ OғTɪᴍᴇ🕛
Aznan—lagi-lagi ketua kelas di XI IPA 2—terlihat berlari-lari menuju kelasnya, ia mendapat perintah dari Pak Asri, salah satu guru seni mereka.
"WOI! DIEM-DIEM! GUE DAPET PEMBERITAHUAN DARI PAK ASRI!!!" teriak Aznan, membuat seisi kelas menghentikan sejenak aktivitas mereka dan beralih melihat ke arah ketua kelas mereka yang baru memasuki ruangan.
"Kita dapat info dari pak Asri nih!" Fikrah menimpali, sekali lagi, membuat teman-teman mereka seketika benar-benar terdiam.
"Gini ... kita dapet info dari pak Asri!" Aznan kembali mengulangi perkataannya, membuat seisi kelas mengembuskan napas kasar, kesal, entah kenapa ketua kelas mereka seperti ini modelnya.
"Eh lu kata temen lu pada budek apa?!" teriak Aliza dari kursi bagian belakang, dia memang salah satu yang gemar protes langsung kalau ada yang terasa menyebalkan.
"Gak tau nih! Cari perhatian dia! Kayak lo gak kenal ketua kelas kita aja," sahut Mekar, dari area depan. Entah kenapa pula mereka semua bisa kembali satu kelas seperti sekarang.
"Iye iye gini ...." Akhirnya Aznan kembali berbicara, setelah cekikikan melihat teman-temannya. "Katanya guru seni kita lagi gak bisa dateng hari ini, berhubung materi kita sama anak kelas XI IPA 4 itu sama, jadi kita sekelas disuruh ke aula, diajar sama pak Asri, bareng kelas XI IPA 4."
"Oke!" sahut beberapa orang di kelas.
Orang-orang terlihat merapikan barang-barang mereka dan hanya mengeluarkan satu buku tulisnya untuk dibawa ke aula.
"Yes, bareng Mila sama Wini!" seru Riska, mengingat kedua temannya itu berbeda kelas sekarang. Ia mulai merapikan barang-barangnya.
Riska dan Tiara berjalan bersama keluar kelas, bersama beberapa teman-teman kelasnya yang lain juga, menuju aula, tempat yang biasa didatangi oleh Riska saat ingin menemui Kevin.
"Eh." Riska terlihat berpikir sejenak. "Berarti bareng Kevin juga dong!" Perempuan itu berucap dalam hati sembari tersenyum senang.
Tiara membuka bungkusan lolipopnya, membuang sampahnya ketika melihat tempat sampah. "Gue yakin lo suka sama Kevin," celetuk Tiara tiba-tiba, sembari memutar-mutar lolipop di mulutnya.
Riska seketika terbelalak dengan ucapan teman di sampingnya, Riska menatap Tiara dengan tatapan tidak percaya. "Sok tau amat lo!" ketus Riska sambil menggelengkan kepalanya.
Tiara hanya mengendikkan bahu, tidak peduli dengan respon temannya yang ia yakini hanya alibi akibat masih malu mengakui perasaannya.
Langkah Riska dan Tiara sudah memasuki area aula dan mata mereka mulai menyusuri tiap deretan tempat duduk, akhirnya mereka menemukan Wini dan Mila di sana, sedang melambaikan tangan.
Riska dan Tiara menuju kursi yang telah diambilkan oleh teman-temannya, di area tengah, deretan ketiga dari depan. Akhirnya mereka berdua sampai di sana. Dengan tempat duduk Riska di antara Wini dan Tiara.
Kursi di ruangan terlihat sudah hampir penuh, Riska menegakkan tubuhnya, mencari seseorang, tetapi masih tidak mendapati orang tersebut.
"Nyariin Kevin kan lo?" celetuk Tiara.
Riska seketika terbelalak kaget. "Sok tau terus lo!" ketus Riska, kesal, ia kembali bersandar di kursinya sembari bersungut-sungut menatap Tiara yang hanya cekikikan.
Akhirnya seorang guru yang membawa 2 mic di tangannya, terlihat menaiki panggung besar di depan para murid.
"Tes ... tes ... satu satu." Guru itu mulai melakukan checksound, mengecek kedua mic yang ia pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle Of Time [Completed]
RomantizmMeraih 3 kategori dalam lomba 'Write Your Story Challenge 1' diadakan oleh @wpdorm (2017) : 🎉 Juara 3 🎉 Juara favorit 1 🎉 Juara favorit 2 🔢🎨🔢 [This story has been revised] Kevin memang tidak sespesial laki-laki di dunia fiksi. Pianis sekolah...