First Sight

568 11 2
                                    

Jakarta, 1995

Namanya Siti Cahaya. Usianya baru 18 tahun. Di tahun ini, ia baru saja memasuki kelas tiga SMA. Ia adalah gadis berkerudung yang bersifat ceria hingga mudah disenangi orang, dan memiliki banyak teman.

Nama panggilannya adalah Aya, ia adalah anak dari Kyai besar, Agung Cahyadi. Kyai Agung adalah orang yang sangat disegani oleh masyarakat sekitar. Beliau seringkali mengisi ceramah di berbagai tempat, hingga di luar kota.

Sedangkan ibunda Aya bernama Sri Wulansih. Ia sangat aktif mengikuti pengajian bersama dengan ibu-ibu lainnya di berbagai tempat.

Aya sudah tiba di sekolahnya beberapa menit yang lalu. Sahabatnya, Renita Suryani, datang menghampirinya.

"Lama banget sih lo, Ren. Untung aja gue sabar," Aya berpura-pura cemberut. Reni pun mencubit pipi Aya.

"Ya elah, ini kan belum masuk. Lo aja yang berlebihan," sahut Reni. Ia tertawa melihat Aya yang terlihat kesakitan karena cubitannya.

"Awas aja, ntar pasti gue bales!" seru Aya. Reni tampak menjulutkan lidahnya untuk menjahili Aya.

Renita Suryani, usianya 18 tahun. Tidak seperti Aya, gadis ini tidak mengenakan kerudung. Ia membiarkan rambut panjangnya terlihat oleh semua orang. Pernah Aya mengajaknya untuk memakai kerudung, tapi Reni menolak dengan alasan belum siap untuk kepanasan.

Reni seringkali bergonta-ganti pacar, namun kesuciannya masih terjaga. Dia akan menghajar pacarnya dengan karate yang ia kuasai jika ada orang yang berani menyentuh dirinya.

"Eh, gue pengen kenalin lo sama cowok. Mau nggak?" tanya Reni pada Aya yang sama sekali tidak mengerti tentang cinta.

"Emang lo mau ngenalin gue sama siapa?" Aya justru balik bertanya. Reni pun mengeluarkan selembar foto dari dalam saku OSISnya.

"Nih, namanya Rendy. Dia tinggal di komplek daerah rumah gue. Umurnya 22 tahun. Dia kuliah di UI lho!" Reni tampak menggebu-gebu mengenalkan pria dalam foto itu kepada Aya.

Pria itu tampak begitu tampan dengan rambutnya yang tertata rapi, hidung mancung, dagunya yang terbelah menjadi dua membuatnya terlihat semakin tampan, dan juga pakaiannya menggunakan kemeja lengan panjang berwarna biru muda yang bagian bawahnya seluruhnya dimasukan. Pakaian seperti ini sangat nge-trend di zaman sekarang. Kesan pertama bagi Aya saat melihat pria itu adalah MENGAGUMKAN. Apalagi saat Aya mendengar bahwa pria itu kuliah di Universitas Indonesia, ia semakin kagum kepada pria itu.

"Ntar deh kita ketemuan sama Rendy, bakal gue kenalin lo sama dia," ujar Reni. Tentu saja Aya menerima ajakan itu dengan antusias.

*****

Pada sore hari, Aya telah sampai di rumah Reni. Benar, mereka akan bertemu dengan Rendy di rumah Reni.

Aya terpaksa berbohong kepada kedua orang tuanya. Ia meminta izin untuk pergi ke rumah Reni untuk belajar kelompok. Padahal, ia pergi ke rumah Reni hanya untuk bertemu dengan Rendy. Ia terpaksa berbohong karena takut dimarahi oleh kedua orang tuanya.

Aya dan Reni menunggu kedatangan Rendy di ruang tamu. Aya sangat tak sabar untuk bertemu dengan orang yang bernama Rendy itu.

Beberapa saat kemudian, mereka mendengar suara seorang pria mengucap salam. Segeralah Aya mengambil bedak untuk memperbaiki penampilannya.

"Assalamu'alaikum!" seru pria itu. Mereka berdua pun membalas ucapan salam itu secara bersamaan.

"Wa'alaikumsalam..." sahut mereka berdua. Pria itu lantas masuk ke rumah Reni.

Aya begitu terpana melihat kedatangan pria bernama Rendy itu. Bagaimana ia tidak terpana? Pria itu lebih tampan daripada yang ada di dalam foto! Rendy terlihat mengenakan kemeja berwarna putih yang dilapisi jaket kulit di bagian luarnya. Tak lupa, ia juga memakai celana panjang yang sedang trend. Pria bernama Rendy itu tampak begitu tampan seperti artis sinetron!

"Eh, kenalin nih, Ren. Ini namanya Siti Cahaya, biasa dipanggil Aya," ujar Reni sembari menyenggol Aya, hingga lamunan Aya buyar begitu saja.

"Namanya cantik ya, secantik orangnya," sahut Rendy sembari tersenyum. Hal ini membuat wajah Aya menjadi merah karena malu.

"Kenalin, namaku Rendy Prasetya. Panggil aja Rendy," ucap Rendy sembari mengulurkan tangannya. Tanpa pikir panjang, Aya langsung membalas uluran tangan Rendy. Ia lupa bahwa ayahnya sering berkata untuk tidak berjabatan tangan dengan pria yang bukan muhrimnya. Namun, Aya sudah terlanjur terpana dengan pesona yang Rendy tebarkan kepadanya.

"Bentar ya, gue bikinin minum dulu. Ren, lo jangan apa-apain sahabat gue lho!" canda Reni. Rendy pun tertawa mendengar perkataan Reni.

"Iya-iya, nggak bakalan!" seru Rendy. Aya dan Rendy pun duduk, sementara Reni pergi ke dapur untuk membuatkan Rendy minum.

Sekarang, di ruang tamu hanya ada Aya dan Rendy. Aya sangat gugup karena duduk berdampingan dengan Rendy. Mereka berdua saling diam. Aya sangat bingung, bagaimana caranya membuka percakapan yang menyenangkan?

Akhirnya yang membuka percakapan adalah Rendy.

"Em... aku dengar dari Reni, kau juga kelas tiga SMA seperti Reni. Benarkah?" tanya Rendy. Aya pun mengangguk.

"Itu benar..." sahut Aya sembari tersenyum seperti cacing kepanasan. Oh, betapa memalukan dirinya sekarang ini...

***** TBC *****

Jodoh Yang DiingkariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang