Lupa

266 7 0
                                    

Pada pagi hari, Aya baru saja selesai mandi. Rambutnya terlihat masih basah. Sementara Reni, ia sudah selesai mandi daritadi. Ia tampak sibuk dengan tape radio yang cukup populer. Sedaritadi, ia sibuk memilih-milih channel radio, agar bisa menikmati lagu-lagu Michael Jackson atau Whitney Houston yang sedang populer. Mereka tak bisa menonton TV, karena di kos-kosan mereka tidak menyediakan TV. Lagipula, hanya sedikit orang yang sanggup membeli TV. Sehingga, cukup sulit untuk bisa menonton TV.

Lalu, mereka mendengar suara bel. Aya tampak begitu senang, dan buru-buru berlari ke ruang tamu tanpa menggunakan kerudungnya. Sedangkan Reni, ia memanggil Aya.

"Ay, pakai kerudung lo!" seru Reni. Namun, Aya tak mendengar seruan sahabatnya itu. Ia langsung berlari ke ruang tamu, dan membukakan pintu. Rupanya, dugaan Aya tepat. Yang ada di hadapan Aya saat ini adalah Rendy, sang kekasih hati.

"Assalamu'alaikum," Rendy mengucap salam. Aya pun menjawab salam itu. Lantas, Aya mengajak Rendy masuk ke ruang tamu.

"Tunggu sebentar ya, aku siap-siap dulu," ujar Aya. Ia pun buru-buru masuk ke dalam kamarnya.

"Siapa? Rendy?" tanya Reni. Aya pun mengangguk.

"Terus, dia di mana?" tanya Reni lagi. Aya lantas menjawab.

"Dia lagi duduk di ruang tamu," sahut Aya. Tentu saja, hal itu membuat Reni kaget.

"Aya, lo tuh gimana sih? Bukannya ibu kos udah bilang kalau semua orang yang nyewa kamar di kosan ini dilarang masukin cowok ke dalam rumah? Dan, kalau ada tamu cowok, hanya boleh nunggu di teras. Lo nggak ngerti!?" Reni memarahi sahabatnya. Dia merasa, bahwa yang dilakukan Aya itu sangatlah salah.

"Ya kan kasihan kalau dia nunggu di teras sendirian," sahut Aya sembari mengenakan kerudungnya.

"Kasihan? Tapi kan itu demi keselamatan kita semua. Lagian, di teras juga ada kursi," Reni tampak begitu kesal dengan Aya.

"Terus, ngapain lo tadi nggak pake kerudung? Bukannya lo sering nyuruh gue pakai kerudung, biar nggak dilihat sama laki-laki yang bukan muhrim? Apa lo lupa sama perkataan lo sendiri? Tapi, apa yang lo lakuin tadi!?" Reni terlihat semakin kesal dengan kelakuan Aya yang tadi.

"Ya sorry, gue buru-buru. Kasihan kalau kelamaan," sahut Aya dengan entengnya. Ia terlihat memasang jarum pentul di kerudungnya.

"Ngapain lo minta maaf ke gue? Minta maaf ke Allah sama orang tua lo!" seru Reni. Baru kali ini Aya melihat Reni marah-marah padanya. Namun, ia tak begitu menggubris Reni.

Reni pun mengambil tasnya, dan meninggalkan Aya lebih dulu. Begitu sampai di ruang tamu, Reni melihat Rendy. Gadis yang sedikit tomboy itu pun langsung menghampiri pria itu.

"Gue mau ngomong penting sama lo!" seru Reni. Gadis itu tampak menatap tajam ke arah pria itu.

"Gue mau bilang, lo harus jagain Aya. Lo nggak boleh mainin dia, sentuh-sentuh dia, apalagi ngerusak dia," ujar Reni dengan tatapan matanya yang tajam. Tentu Rendy merasa terkejut mendapatkan tatapan seperti itu dari gadis yang sudah cukup lama ia kenal.

"Iya-iya, tenang aja. Gue nggak bakalan ngapa-ngapain kok sama Aya," sahut Rendy sembari tersenyum.

*****

Aya dan Rendy sekarang sedang makan siang di sebuah kafe. Mereka tampak tak sabar menunggu makanan tiba, karena rasa lapar yang mendera mereka. Namun, Aya mendengar suara adzan dhuhur. Ia pun berusaha mengajak Rendy untuk shalat di masjid. Namun, pria itu justru menolak.

"Aku? Shalat? Nggak, aku nggak mau shalat," sahut Rendy dengan mudahnya. Aya terheran-heran melihat Rendy.

"Lho, kenapa?" tanya Aya. Rendy pun menjawab.

"Percuma shalat kalau Allah nggak mau ngabulin permintaan hambanya. Daripada buang-buang waktu buat shalat, mendingan nggak deh,"

"Lagipula, kita tuh udah pesan makanan. Sayang kalau ditinggal. Kalau kamu mau shalat, shalat sendiri saja, ya?" Rendy mengatakan semua itu sembari tersenyum. Sesungguhnya, Aya sangat kaget mendengar jawaban Rendy. Namun, ia juga tak bisa memaksa Rendy untuk shalat.

Aya pun pergi sendiri ke masjid terdekat sembari membawa tas dan juga buku-buku super tebalnya yang membuatnya sangat kerepotan.

Aya pun ditabrak oleh seorang pria pejalan kaki hingga menyebabkan semua buku-buku yang ada di tangannya itu jatuh. Pemuda itu pun meminta maaf, dan membantu Aya membereskan bukunya.

"Maaf , saya benar-benar nggak sengaja," ujar pria itu sembari membereskan buku-buku itu.

"Kamu mau ke mana? Mau dibantu buat bawain bukunya?" tanya pria itu. Aya pun menunjuk masjid yang hanya tinggal beberapa meter darinya.

"Oh, kebetulan, saya juga mau ke sana," sahut pria itu. Ia pun membawakan semua buku-buku Aya hingga sampai di teras masjid. Pria itu pun meletakkan buku-buke Aya di lantai

"Kalau begitu, saya permisi dulu. Assalamu'alaikum," pria itu langsung pergi menuju tempat berwudhu bagi pria.

Aya memerhatikan pria itu dari belakang. Wajah pria itu sangat tampan seperti artis dari arab saudi, tubuhnya yang cukup tinggi, kulitnya yang putih bersih, dan yang tak kalah penting adalah ibadahnya.

"Coba aja kalau Rendy kayak cowok itu," gumam Aya. Seolah-olah baru sadar, ia langsung memukul-mukul kepalanya sendiri.

"Nggak, nggak boleh. Rendy kan pacar gue. Lagipula, kalau dia emang cinta sama gue, dia pasti bakal mau kok kalau disuruh shalat lagi," ujarnya pada diri sendiri. Ia pun langsung berjalan menuju tempat wudhu wanita.

***** TBC *****

Jodoh Yang DiingkariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang