Sang Mantan

198 5 0
                                    

Seseorang tengah mengetuk pintu. Aya yang tengah menangisi kebodohannya itu pun berdiri, dan menghapus air matanya. Setelah itu, ia membuka pintu itu. Aya sangat terkejut melihat seorang pria yang datang. Benar, itu adalah Rendy. Melihat pria itu, wanita itu pun terpaku.

"Aku ke sini untuk mengambil Hp," gumam Rendy. Sungguh, hati Aya menjadi sangat bingung. Kenapa perasaannya jadi sangat kacau?

"Tunggu sebentar," sahut Aya. Ia segera masuk ke dalam ruang kerja Rama untuk mengambil handphone Rendy. Setelah menemukannya, ia pun kembali menemui Rendy, dan memberikan handphone itu.

"Pulanglah," Aya berkata sangat lirih. Namun, pria itu menggelengkan kepalanya. Ia seolah tahu tentang keresahan hati mantan kekasihnya itu.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Rendy dengan lirih. Melihat pria di hadapannya itu, Aya ingin sekali menangis. Ia merasa sedih sekaligus bahagia melihat pria yang telah bertahun-tahun ia cintai itu. Tapi, di sisi lain, ia juga memikirkan Rama. Aya sangat bimbang dengan perasaannya.

"Alhamdullillah, aku baik-baik saja," sahut Aya dengan menahan tangisnya. Pria itu pun tersenyum. Namun, yang ia pancarkan adalah senyum kesedihan.

"Ternyata aku sudah terlambat. Selamat, ya," gumam Rendy sembari mengulurkan tangan. Aya melihat tangan Rendy. Namun, ia tidak membalas uluran tangan Rendy. Ia tidak mungkin membalasnya. Karena, selain karena dilarang oleh agama, Aya sudah menjadi istri orang lain. Rendy memahami itu, dan menurunkan tangannya. Ia pun berpamitan kepada Aya, dan memasuki mobilnya dengan perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Di dalam mobil, Rendy memikirkan mengenai nasib percintaannya dengan Aya. Sesungguhnya, pada saat ia masih baru mengenal Aya dan berpacaran dengannya, Rendy hanya berniat memanfaatkan Aya sebagai pemuas nafsunya saja. Tapi, ia tidak bisa semudah itu melakukannya. Karena ia harus mendekati gadis itu, dan menyentuhnya secara perlahan-lahan.

Namun, di tengah perjalanan niatnya itu, siapa sangka bahwa dirinya perlahan-lahan benar-benar jatuh cinta, dan berniat menikahi gadis itu? Itu semua benar adanya. Ia mencoba berjuang untuk mempertahankan gadis itu dengan mengejar materi. Ia tahu bahwa orang tua Aya lebih memilih pemuda sholeh. Tapi, ia tidak bisa mempelajari agama. Karena, ia merasa belum mendapatkan hidayah dari Allah. Tapi, bukankah hidayah itu seharusnya dikejar? Seandainya saja, Rendy bersedia mengejar hidayah itu. Mungkin, sekarang ia sudah bahagia dengan Aya.

Rendy menghentikan mobilnya. Dirinya merasa menyesal atas kebodohannya. Ia menyalakan tape di dalam mobil, dan membunyikannya dengan volume maksimal. Ia berteriak sekencang mungkin hingga hatinya merasa benar-benar lega.

Beberapa saat kemudian, ia merasa lega karena telah meluapkan kekesalannya. Pria itu pun tersenyum. Ia kembali berpikir. Benar kata orang. Gadis baik, akan mendapatkan pria yang baik. Begitu juga sebaliknya. Yeah... nasi sudah menjadi bubur. Bagi Rendy, sudah saatnya Aya bahagia dengan pria yang dicintainya...

*****

Aya memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Ia tidak mungkin tinggal sendiri di rumah Rama. Lagipula, ia juga tidak tahu kapan suaminya akan pulang.

Melihat kedatangan anaknya, tentu saja orang tua Aya sangat kaget.

"Lho, Nduk, kamu sendirian? Suamimu mana?" tanya Ayah Aya. Sedangkan sang ibu justru memerhatikan raut wajah Aya yang sangat sedih.

"Mas Rama sedang pulang ke Banyuwangi, Yah. Kemarin, ibu Mas Rama meninggal," sahut Aya dengan lirih. Sang ibu pun bertanya kepada putrinya yang sepertinya sedang banyak pikiran.

"Kamu kenapa, Nduk?" tanya Ibu Aya. Gadis itu tertegun. Ia tidak tahu harus menceritakan masalah itu darimana. Ia meneteskan air matanya.

"Maafkan Aya, Bu. Maafkan Aya, Yah. Aya ndak bisa jadi istri yang baik..." gadis itu berkata dengan lirih sembari meneteskan air matanya. Sedangkan kedua orang tuanya tidak mengerti apapun tentang masalah yang menimpa anak satu-satunya. Gadis itu pun mencoba menenangkan diri dan melanjutkan ceritanya. Setelah selesai mendengarkan cerita anaknya, orang tuanya hanya bisa diam dengan pandangan mata yang kosong. Ayah Aya pun berkata kepadanya.

"Kalau kau memang tidak memiliki perasaan apapun kepada Rama, kau harus bercerai dengan pria itu," gumam ayahnya. Sedangkan ibunya hanya bisa diam dengan perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

"Tapi..." ibu gadis itu memotong perkataan anaknya.

"Benar yang dikatakan ayahmu, Nduk. Kalau kamu menahan dia lebih lama lagi, kamu akan semakin menyakiti perasaannya. Apa kamu tega melakukan itu?" tanya sang ibu. Mendengar perkataan kedua orang tuanya, hatinya menjadi sangat bingung. Hatinya telah lama dicuri oleh Rendy. Namun, ia merasa berat sekali bercerai dengan Rama. Kenapa ia harus dihadapkan dengan kedua pilihan yang sama-sama berat untuk dirinya?

***** TBC *****

Jodoh Yang DiingkariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang