Epilog

161 8 0
                                    

5 years later

Adam sedang tersenyum mendengar ocehan Reni melalui telepon.

"Jangan lupa makan ya di pesawat nanti, biar kamu nggak kelaparan di sana. Terus, jangan lupa matiin Hp kamu, biar nanti nggak ada kecelakaan!" pesan Reni. Adam tersenyum, ia sangat merindukan omelan-omelan ibunya itu. Ia jadi tak sabar untuk segera sampai di Indonesia.

"Iya, Ma. Aku udah masuk ke pesawat nih," sahut Adam. Ia mendengar pengumuman, bahwa pesawat sebentar lagi akan berangkat. Ia pun berkata Reni dalam telepon.

"Ma, udah dulu ya? Pesawatnya udah mau berangkat. Assalamu'alaikum," Adam menutup teleponnya. Ia menatap layar ponselnya sejenak, pada layar handphone itu terdapat foti Ayana yang begitu cantik mengenakan hijab panjang. Ia mendapatkan foto itu dari adiknya, Hawa. Hawa bersahabat baik dengan Ayana. Laki-laki itu tersenyum, dan mematikan ponselnya. Ia meletakkan handphone itu ke dalam saku kemejanya.

Ia sungguh berdebar-debar. Karena, beberapa tahun lalu, ia menyatakan perasaannya kepada gadis itu. Akankah gadis itu datang menjemputnya? Atau sebaliknya? Adam memejamkan matanya. Ia berharap, dirinya bisa bertemu dengan gadis itu di dalam mimpi...

*****

Beberapa jam kemudian, Adam akhirnya tiba di Bandara Soekarno Hatta. Ia segera mencari-cari keluarganya yang datang menjemputnya. Tak lama kemudian, ia akhirnya menemukan keluarganya. Terlihat di sana ada Young Shil, Reni, dan juga Hawa di sana.

"Assalamu'alaikum!" sapa Adam sembari tersenyum kepada seluruh anggota keluarganya.

"Wa'alaikumsalam," sahut mereka semua. Mereka saling berpelukan untuk melepas rindu.

"Wih... kok anak mama makin ganteng banget gini? Pasti shalatnya makin rajin!" puji Reni. Ia berkata jujur, ia benar-benar terpukau dengan ketampanan anaknya sendiri. Namun, pipi Adam jadi kemerahan akibat malu mendengar pujian itu.

"Aduh, mama bikin malu aja," sahut Adam sembari memanyunkan bibirnya. Young Shil pun menghampiri Adam dan merangkul pundaknya.

"Gimana? Apa kamu nemuin sesuatu yang menarik di sana? Apa aja yang kamu pelajari di sana?" tanya Young Shil. Adam pun tersenyum.

"Ceritanya nanti aja, Pa. Kalau udah sampai rumah, aku ceritain semuanya," sahut Adam. Laki-laki itu melihat-lihat sekitarnya. Namun, ia tak menemukan Ayana. Raut wajahnya menunjukkan sedikit keputusasaan.

"Cieee... nyariin Ayana ya?" goda Hawa. Adam jadi merasa jengkel mendengar ucapan sang adik.

"Apa'an sih lo?" gerutu Adam, ia menghela napas panjang.

"mungkin emang nggak berjodoh sama dia," pikirnya.

"Ya udah, kita pulang yuk!" ajak Adam. Ia merasa sedih atas kejadian ini. Namun, ia yakin bahwa Allah sedang mempersiapkan jodoh yang lebih baik untuknya.

Namun, Adam sangat terkejut ketika melihat ada dua orang wanita yang berlari di hadapannya. Dua orang wanita itu adalah Aya dan juga Ayana.

"Syukurlah, kamu belum pulang," ucap Ayana dengan sedikit ngos-ngosan. Tentu saja Adam tak menyangka bahwa mereka ternyata menjemputnya. Apa itu artinya pernyataan cintanya beberapa tahun lalu diterima?

Adam mencium tangan Aya, dan juga menghampiri Ayana dengan sedikit gugup.

"Kamu datang ternyata..." ujar Adam, ia benar-benar terkejut sekaligus bahagia. Adam terlihat menjadi salah tingkah.

"Ya iyalah, kan kata kamu, kalau aku bersedia jadi istri kamu, aku harus datang jemput kamu," sahut Ayana sembari tersenyum malu. Begitu juga dengan Adam yang terlihat malu-malu. Ia pun menghampiri Aya.

"Tante, bolehkah saya..." Adam benar-benar gugup, ia pun mengambil napas panjang, dan membuangnya.

"Bolehkah saya meminang Ayana untuk menjadi istri saya?" akhirnya Adam bisa mengatakannya dengan lancar, meskipun tangannya bergetar hebat. Aya pun tersenyum mendengar perkataan Adam. Sedangkan keluarga Adam terlihat sangat kaget melihat anaknya yang sudah berani melamar gadis. Reni pun berbisik kepada Young Shil.

"Mas, ternyata anak kita sekarang benar-benar jadi seorang pria," ucap Reni, Young Shil hanya menjawab dengan anggukan. Adam pun kembali menghampiri Ayana.

"Sekarang, aku akan mengulangi pernyataanku,"

"Bismillahirrahmannirrahim. Ayana, ap-apa kamu mau jja-di istriku?" Adam sedikit gagap mengucapkannya. Namun, akhirnya kata-kata itu keluar juga. Ayana terlihat seperti sedang berpikir, ia diam sejenak. Lalu, gadis itu pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Aku mau," sahut Ayana sembari menundukkan kepala karena malu. Adam terpaku mendengar jawaban Ayana, apa ia tidak salah dengar? Pria itu melompat-lompat seperti anak kecil karena saking bahagianya. Orang-orang di sana geleng -geleng kepala karena melihat tingkah Adam.

Mas Rama, kamu lihat kan sekarang? Anak sulungmu sudah menjadi wanita dewasa. Ayana sudah menemukan jodohnya.

Benar yang kamu bilang. Bahwa, setelah kesedihan, pasti akan ada kebahagiaan. Kami di sini sangat bahagia atas berkah yang diberikan oleh Allah. Apa kamu juga merasakannya?

Aku sangat bersyukur kepada Allah. Melalui kamu, Ia memberikan rahmat-Nya kepada kami. Terima kasih, Mas. Kamu telah hadir untukku. Seandainya kamu tidak ada, Ayana dan Melisa tidak akan hadir di dunia ini. Terima kasih atas pengorbananmu, Mas. Aku berdo'a, semoga Allah mempersatukan kita di sana...

***** The End *****

Jodoh Yang DiingkariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang