Tidak Mungkin

86 3 0
                                    

Aya menyiapkan makan malam untuk Rama yang sudah duduk manis menanti Aya. Gadis itu masih bingung, bagaimana caranya mengucapkan terima kasih atas hadiah dari Rama? Ia pun membuka pembicaraan dengan sedikit kaku.

"Terima kasih, Mas..." ucap Aya sembari sedikit tersenyum. Rama sangat senang melihat senyuman itu, pria itu membalas senyuman Aya.

"Sama-sama," sahut Rama. Mereka berdua pun makan bersama-sama. Rama berpikir, sepertinya usahanya mulai membuahkan hasil.

Selesai makan, mereka mendengar suara pintu rumah mereka tengah diketuk oleh seseorang. Rama pun membuka pintu itu.

"Eh, Laras? Ada apa?" tanya Rama. Gadis itu terlihat sedikit gugup melihat Rama. Lantas, Rama mempersilakan gadis itu masuk.

"Oh, anu... radio ini rusak. Bisakah Kak Rama memperbaikinya?" gadis itu berkata dengan sedikit gugup sembari menunjukkan radio yang ia bawa. Rama pun memegang radio itu.

"Aku lihat dulu, ya," ujar Rama. Ia pun membawa radio itu masuk ke ruangan servisnya untuk diperiksa kerusakannya. Sedangkan gadis itu menunggu di ruang tamu.

Gadis itu bernama Laras, usianya dua puluh satu tahun. Ia adalah tetangga Rama. Rama dan Aya tidak tahu nama lengkapnya. Tapi, gadis berkerudung itu tampak begitu manis.

Aya mengintip gadis itu dari dapur. Gadis itu cukup sering datang ke rumah dan membawa barang-barang untuk diperbaiki. Aya menduga bahwa Laras menyukai Rama meski mengetahui bahwa Rama sudah beristri. Tak lama kemudian, Rama kembali menemui gadis itu.

"Kayaknya kali ini nggak bisa ditunggu. Soalnya, radionya rusaknya lumayan parah," ucap Rama. Gadis itu pun bertanya.

"Kira-kira berapa lama, Kak?" tanyanya. Rama menjawabnya.

"Sekitar dua hari," sahut Rama. Gadis itu berpikir sejenak. Lalu, ia berkata.

"Nggak apa-apa deh, Kak. Yang penting radionya bisa normal lagi," kata Laras sembari tersenyum. Tak lama kemudian, Laras berpamitan dan meninggalkan tempat itu. Rama pun kembali ke ruangan servis itu untuk mulai memperbaiki radio itu. Sedangkan Aya, ia hanya bisa diam mengingat kedatangan Laras tadi. Kalau Laras memang menyukai Rama, pasti hati gadis itu hancur berkeping-keping saat mengetahui bahwa pria pujaan hatinya telah menikahi gadis lain. Tapi, nampaknya Laras sudah tak memedulikan itu. Ia justru dengan tenangnya jika melihat Aya. Lain halnya jika melihat Rama, gadis itu terlihat berbinar-binar.

"Apa selama ini aku udah sangat jahat, karena telah merebut pujaan hatinya?"

*****

Sudah kurang lebih dua tahun, Aya dan Rama menjalani rumah tangga. Namun, perlakuan Aya terhadap Rama masih sama saja seperti dulu. Tidak pernah berubah. Bahkan, handphone pemberian Rama pun masih belum bisa membuat gadis itu terkesan pada Rama. Namun, Rama masih belum menyerah. Ia memutar-mutar otak untuk mencari ide. Bagaimana caranya agar Aya bisa jatuh cinta padanya?

Sungguh, Aya sangat bersyukur memiliki suami seperti Rama. Pria itu sangatlah sabar. Jika itu bukan Rama, sudah pasti Aya diceraikan. Namun, apa daya? Dia masih belum bisa mencintai Rama.

Sudah beberapa hari ini ibu Rama tinggal di rumahnya. Sedangkan Ayah Rama sudah meninggal sekitar satu tahun yang lalu.

Disaat Aya sedang pergi ke pasar, Ibu Rama menemani anaknya di ruang kerja Rama. Sedangkan pria itu terlihat sibuk sekali memperbaiki barang-barang elektronik pelanggannya.

"Le, kapan ibu bisa menimang cucu? Ibu udah ndak sabar, Le," keluh sang ibu. Rama terdiam. Selama ini, ia terpaksa membohongi orang-orang di sekitarnya untuk menutupi kehidupan rumah tangganya yang sebenarnya. Pemuda itu pun tersenyum.

"Kalau belum saatnya, Rama bisa apa, Bu? Kalau udah diizinin sama Allah, InsyaAllah pasti dikasih," sahut Rama. Namun, sang ibu pun menjawab.

"Tapi, Le, ibu ini udah tua. Ibu udah mulai sakit-sakitan. Ndak lama lagi, kemungkinan ibu akan menyusul ayahmu, Le," sahut sang ibu. Rama pun menatap ibunya dan meletakkan obeng yang di tangannya.

"Bu, umur itu ndak ada yang tahu. Bisa jadi, aku duluan yang mati. Jadi, ibu ndak boleh ngomong gitu," ujar Rama. Mendengar perkataan anaknya, sang ibu pun diam dan melangkah perlahan-lahan untuk meninggalkan ruangan itu. Rama pun kembali menyibukkan diri dengan peralatan-peralatan yang ada di hadapannya. Namun, otaknya tidak bisa berhenti memikirkan ucapan ibunya...

*****

Rama terlihat sedang menemui seorang tamu pria yang menggunakan jas berwarna hitam. Sedangkan Aya sedang sibuk memasak. Rama segera menghampiri istrinya yang sibuk di dapur.

"Ay, bikinin kopi, ya. Buat tamu di depan," gumam Rama. Gadis itu pun mengangguk, dan Rama kembali ke ruang tamu untuk menemui tamu itu. Aya tidak tahu siapa yang datang. Yang jelas, pria itu terlihat modis sekali. Aya pun segera menyiapkan kopi, sesuai dengan perintah sang suami.

Selesai membuat kopi, ia pun mengantarkan minuman itu ke depan dengan menunduk. Dan setelah itu, ia mendengar pria itu memanggilnya.

"Aya?" pria itu memanggilnya. Aya merasa sangat mengenal suara ini. Suara ini persis dengan suara seseorang. Aya pun menatap pria itu, begitu juga dengan pria itu. Melihat pria yang ada di hadapannya, Aya sangat terkejut. Pria itu adalah orang yang selalu ia rindukan, pria itu adalah orang yang bertahun-tahun ia cintai, dan pria itu adalah orang yang bertahun-tahun mengacaukan kehidupan Aya. Benar, dia adalah pria itu.

"Rendy..." gumam Aya. Melihat keadaan di hadapannya, Rama mencium sesuatu yang tidak beres. Ia melihat tatapan Aya yang penuh cinta kepada pria itu. Bertahun-tahun Rama mengharapkan mendapatkan tatapan itu dari istrinya. Namun, ia tidak pernah.mendaparkannya. Dan sekarang, ia melihat tatapan cinta yang ia harapkan. Namun, tatapan itu bukan untuk dirinya. Dapatkah membayangkan, apa yang dirasakan oleh Rama?

***** TBC *****

Jodoh Yang DiingkariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang