Cinta

203 5 0
                                    

Aya sedang mengepak barang-barangnya ke dalam tas sembari tersenyum. Benar sekali, ia sudah mantab dengan pilihannya. Setelah sekian lama dirinya bermuram durja, akhirnya senyum ceria itu bisa kembali menghiasi wajah cantiknya. Hatinya terasa sangat lega ketika Allah menjawab do'a-do'anya. Melihat perubahan sikap Aya yang cukup drastis, tentu saja kedua orang tuanya sangat senang. Sudah lama mereka tidak melihat senyum indah itu. Dan, mereka sangat merindukan sosok Aya yang seperti itu.

Setelah selesai mengepak barangnya, ia segera berpamitan kepada orang tuanya.

"Yah, Bu, aku mau ketemu Mas Rama dulu. Assalamu'alaikum!" Aya mencium tangan kedua orang tuanya dengan sangat ceria. Ayah dan Ibu Aya pun ikut senang atas perubahan sikap putrinya.

"Semoga aja dia selalu mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya," gumam Ibu Aya, sang ayah pun mengamini do'a itu.

*****

Aya baru saja tiba di teras rumah Rama. Ia langsung saja mengetuk pintu itu.

"Assalamu'alaikum!" Aya mengucapkan salam. Tak lama kemudian, di dalam rumah itu terdengar suara orang menjawab salamnya.

"Wa'alaikumsalam!" seru Rama. Ia pun membukakan pintu itu. Betapa terkejutnya pria itu saat melihat orang yang sangat ia cinta berada di hadapannya. Jujur saja, dalam hati kecil Rama, ia sangat ingin memeluk  Aya. Karena, ia sangat mengkhawatirkan istrinya. Namun, itu sangatlah mustahil untuk ia lakukan.

Aya sendiri juga sangat terkejut melihat suaminya terlihat begitu rapi dengan baju koko berwarna biru muda, serta peci yang menghiasi kepala Rama. Aya pun bertanya kepada Rama.

"Mas, mau ke mana?" tanya Aya. Laki-laki itu terlihat tersenyum. Namun, yang terpancar di wajah tampan pria itu adalah senyum kesedihan. Aya sangat tidak mengerti dengan reaksi Rama.

"Aku akan mengurus surat-surat untuk perceraian kita," sahut Rama. Sesungguhnya, ia sangat berat hati memutuskan ini. Namun, ia tidak memiliki pilihan lain. Dia mengambil keputusan ini setelah melalui berbagai pertimbangan yang cukup menyiksa batin. Aya sangat terkejut sekaligus sedih mendengar keputusan suaminya. Entah kenapa, ia seperti ingin menangis.

"Tapi, kenapa?" mata gadis itu tiba-tiba berkaca-kaca. Ia sangat tidak ingin berpisah dengan orang yang baru saja ia cintai itu. Rama berusaha keras untuk menahan air matanya agar tidak keluar. Raut wajahnya terlihat merah karena menahan tangis serta luka di hatinya.

"Sebenarnya, sejak awal pernikahan kita, aku udah tahu tentang kisah kamu bersama dengan Rendy. Aku tahu, kamu sangat mencintai pria itu. Begitu juga dengan Rendy. Aku pikir, aku bisa menggantikan posisi Rendy di hati kamu. Tapi, ternyata nggak bisa,"

"Dan, untuk pertama kalinya aku bisa melihat tatapan mata penuh cinta darimu pada saat ia datang ke rumah. Sayangnya, tatapan itu bukan buat aku, tapi buat Rendy. Aku ngerasa sakit hati melihat semua itu," mendengar perkataan Rama, wanita itu pun menangis. Memang benar, dirinya di kala itu adalah orang yang sangat bodoh dan tak bersyukur sama sekali karena telah menyia-nyiakan seorang suami sebaik Rama.

"Aku pikir, ini adalah saat yang tepat untuk ngelepasin kamu. Kamu akan bahagia dengan pilihanmu, dan aku pun juga akan bahagia dengan hidupku yang baru. Daripada kita menjalani rumah tangga, tapi sama-sama tersakiti. Maka, perpisahan adalah jalan yang terbaik," lanjut Rama. Ia pun mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Mendengar semua perkataan Rama, Aya pun menggelengkan kepalanya sembari memegang pergangan tangan Rama dengan erat. Melihat reaksi Aya yang seperti itu, Rama sangatlah terkejut.

"Aku nggak mau... aku nggak mau pisah sama kamu, Mas," sahut Aya. Rama terdiam mendengar perkataan gadis itu. Lantas, Aya pun melanjutkan perkataannya.

"Aku nggak mau bercerai dengan kamu, Mas. Aku ingin selalu bisa berada di samping kamu, aku ingin selalu mengurus kamu dan juga anak-anak kita nanti. Dan juga, aku ingin menjadi seorang istri dan ibu yang baik untuk anak-anak kita. Bahkan, aku ingin selalu bersama Mas Rama sampai maut memisahkan kita," Aya pun menatap mata Rama dengan sangat dalam. Gadis itu memberanikan diri untuk mengucapkan kalimat ini. Ia menarik napas dalam-dalam agar dirinya tidak gugup mengatakannya.

"Aku mengatakan semua itu, karena... aku jatuh cinta sama kamu, Mas," ucap Aya. Rama terpaku mendengar perkataan Aya. Pria itu membalas tatapan mata Aya yang penuh dengan cinta. Benar, sesuai dengan yang ia inginkan. Pria itu benar-benar tak percaya dengan yang barusan terjadi padanya. Mungkinkah ini mimpi, atau kenyataan? Jika ini adalah mimpi, ia sangat berharap bahwa Allah mewujudkan mimpi itu menjadi nyata. Tapi, jika ini nyata, Rama sangat berharap bahwa momen indah ini bisa berlangsung selamanya. Rama pun tersenyum sembari mengusap air matanya. Oh, tidak! Ia bahkan tidak bisa membedakan dunia mimpi dan dunia nyata. Pria itu pun bertanya kepada gadis di hadapannya yang tersenyum dengan penuh haru.

"Apa ini mimpi?" tanya Rama dengan polos. Aya pun menggelengkan kepalanya.

"Ini kenyataan, Mas," sahut Aya sembari tersenyum. Rama benar-benar tak menyangka bahwa mimpinya telah menjadi kenyataan. Pria itu sangat bersyukur hingga melakukan sujud syukur. Karena, Allah telah memberinya kesempatan untuk menikmati momen indah yang seumur hidup takkan pernah ia lupakan...

***** TBC *****

Jodoh Yang DiingkariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang