Kelahiran

234 5 0
                                    

Beberapa minggu setelah kematian ibunya, Aya merasa bahwa dirinya semakin merasa lemas, sering mual, dan juga pusing. Ia tidak tahu sebabnya. Rama seringkali menyuruh Aya untuk pergi ke dokter. Namun, Aya selalu menolaknya. Ia merasa bahwa akan sangat merepotkan jika harus pergi ke dokter.

Namun, ia sudah tidak tahan lagi. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke dokter, bersama dengan Rama. Dan, hasilnya benar-benar mengejutkan.

"Selamat, Pak. Istri anda sedang hamil," ujar dokter wanita itu sembari tersenyum. Aya dan Rama saling berpandangan dengan sedikit bingung. Mereka tidak percaya, bahwa Aya sedang hamil.

"Dokter serius, kan?" tanya Rama untuk meyakinkan diri bahwa ia tidak salah dengar. Dokter pun mengangguk.

"Benar, Pak. Istri anda tengah hamil. Usia kandungannya sudah dua bulan," ujar sang dokter. Aya dan Rama sangat bahagia mendengar kabar itu. Mereka menitikkan air mata penuh haru, dan bersujud syukur atas kepercayaan yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Aya pun melihat ke atas. Ia sangat yakin, bahwa ibunya tengah menyaksikan kebahagiaannya.

"Ibu, lihatlah. Allah telah memberikanku kebahagiaan melalui Mas Rama. Aku harap, ibu menyaksikan kami dari sana..."

Aya baru menyadari bahwa Allah memberinya hadiah yang begitu indah melalui sosok Rama. Seandainya saja dia memaksakan kehendak untuk hidup bersama Rendy, mungkin saja dia tidak akan sebahagia ini. Karena, untuk bisa bersama Rendy, ia melalui jalan yang salah. Jika ia terus berjalan melalui jalan yang salah itu, sudah bisa dipastikan bahwa ia akan tersesat.

Namun, bersama Rama, ia jadi memahami bahwa jodoh sejati itu tidak bisa diingkari. Ia boleh tidak suka, namun siapa yang tahu jika seseorang yang tidak dia sukai itu justru yang terbaik untuknya?

Sebelum menikah, ia sama sekali tidak mengenali Rama. Bahkan, sekalipun ia tidak pernah menatap Rama. Tapi, sekarang semua itu perlahan-lahan berubah. Lihat saja, Aya merasa sangat nyaman 'berpacaran' dengan Rama. Benar, berpacaran setelah menikah rupanya jauh lebih menyenangkan. Daripada berpacaran sebelum menikah, itu justru menyesatkan. Ya, ia nyaris tersesat. Namun, ia sangat bersyukur. Karena, pada akhirnya, ia telah dipertemukan dengan orang yang telah meluruskan jalannya. Hanya Rama yang bisa melakukan itu...

*****

7 months later.

Usaha servis yang dijalankan oleh Rama perlahan-lahan mengalami peningkatan. Sekarang, ia telah memiliki beberapa orang pegawai. Bahkan, hasil dari kerja kerasnya itu ia buat untuk membeli rumah di bulan lalu, untuk mereka tempati bersama dengan anak mereka nanti. Rumah itu bergaya minimalis dengan tipe 45. Rama dan Aya tak henti-hentinya bersyukur atas rezeki yang telah diberikan kepada mereka.

Hari ini, Rama sangat tegang. Ia berkali-kali duduk, berdiri, dan mondar-mandir seperti seterika. Young shil dan Reni sangat pusing melihat Rama. Tapi, mereka memahami yang dirasakan oleh Rama.

Tak lama kemudian, mereka pun mendengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan itu. Lalu, dokter wanita itu pun menghampiri Rama.

"Istri dan anak anda telah selamat. Anak anda perempuan," ujar dokter sembari tersenyum. Rama tak berhenti mengucapkan syukur. Ia sangat bahagia, dan segera menghampiri Aya. Wanita itu terlihat tengah menggendong sang buah hati dengan penuh rasa haru. Aya pun menatap Rama.

"Mas, mau gendong?" tanya Aya sembari tersenyum. Pria itu pun mengangguk, dan menggendong anaknya dengan sangat hati-hati. Sesungguhnya, Rama sedikit merasa takut untuk menggendong bayinya. Namun, lama-kelamaan, ia sangat menikmatinya. Bayi itu terlihat cantik sekali. Wajahnya sangat mirip dengan Rama.

"Aku ingin memberinya nama. Sepertinya, Ayana sangat cocok buat anak kita," gumam Rama kepada Aya dengan senyum penuh kebahagiaan. Bahkan, ia tidak bisa menahan air mata haru itu. Aya menyetujui saran nama yang diberikan oleh Rama dengan senyuman.

Young Shil pun mengambil kamera yang berada di dalam tas Reni. Mereka sengaja membawa kamera, agar bisa memotret kebahagiaan Aya dan Rama. Young Shil memotret tepat pada saat Rama mencium kening putri mungilnya.

***** TBC *****

Maaf ya, chapter ini sedikit. Tapi, InsyaAllah chapter berikutnya aku banyakin. Terima kasih ^^

Jodoh Yang DiingkariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang