Pencerahan

223 5 0
                                    

Ayana tengah menjenguk adiknya di rumah sakit. Ia sangat sedih melihat adiknya yang sakit parah seperti ini. Dia sangat ingin menangis. Namun, ia lebih memilih untuk tetap terlihat tenang di hadapan Melisa, agar Melisa tak merasa sedih.

"Dek, lo cepetan sembuh, donk. Gue kangen, nih," ujar Ayana sembari mencemberutkan bibirnya. Tapi, meskipun sedang sakit, Melisa masih bisa menjahili kakaknya.

"Kenapa? Lo kangen ya sama gue?" tanya Melisa dengan senyum jahilnya meski terlihat lemah. Ayana menganggukkan kepalanya.

"Ntar, kalau lo udah sembuh, kita bakalan berantem-berantem lagi, jalan-jalan bareng lagi. Pokoknya, ngelakuin semuanya bareng-bareng," gumam Ayana sembari tersenyum. Melisa pun ikut tersenyum. Tampaknya ajakan itu sangat menarik. Namun, Melisa tidak tahu apakah ia bisa sembuh atau tidak.

"InsyaAllah, Kak," sahutnya sembari tersenyum.

Tak lama kemudian, orang tua mereka pun datang membawa barang-barang Melisa. Karena, Melisa harus tinggal di rumah sakit, dan menjalani pengobatan di sana. Mereka memutuskan untuk tak memperlihatkan kesedihan di hadapan Melisa. Meskipun itu sulit, namun, mereka tak ingin membuat Melisa semakin terpuruk.

*****

Reni dan anaknya yang bernama Adam menjenguk Melisa di rumah sakit. Mereka sangat prihatin melihat keadaan Melisa yang tidak menunjukkan perubahan. Melisa pun mencium tangan Reni, dan bersalaman dengan Adam, seperti salaman yang dilakukan para umat muslim.

"Sayang, kamu merasa ada yang sakit?" tanya Reni. Namun, Melisa justru tersenyum.

"Udah nggak apa-apa kok, Tante," sahut Melisa. Reni menatap Aya yang terlihat begitu tegar. Bagaimana mungkin Aya bisa setegar itu? Jika Reni berada di posisi Aya, ia tidak akan sanggup melihat anaknya.

Melisa baru saja pulang sekolah, dan membuka pintu ruangan adiknya dirawat. Ia sangat terkejut melihat melihat kedatangan Reni dan Adam. Ia pun mencium tangan Reni, dan bersalaman dengan Adam ala umat muslim. Laki-laki itu terlihat sangat malu.

Adam sangat ingin mengajak Ayana berbicara. Namun, ia tidak berani melakukannya. Karena, ia sangat malu dan gugup. Padahal, jika berada di dekat gadis lain, ia tidak pernah merasa malu ataupun gugup. Ia akan bersikap biasa saja kepada anak perempuan lainnya.

Selain itu, ia tidak berani berdekatan dengan Ayana. Karena, ia takut dosa jika berdekatan dengan seseorang yang bukan muhrimnya. Adam jadi benar-benar bingung jika Ayana sedang berada di hadapannya, ia akan berubah menjadi salah tingkah.

Sebenarnya, jika dilihat dari fisiknya, Adam memiliki paras tampan, dan kulitnya yang putih, hidung mancung, dan mata yang mirip dengan orang korea pada umumnya, bertubuh tinggi, dan cukup berisi. Semua lawan jenisnya pasti akan menyukainya. Namun, ia lebih memilih untuk memperdalam ilmu agama daripada harus berkenalan dengan seorang wanita.

Namun, sepertinya sudah saatnya ia mulai mengenali lawan jenisnya. Ia memiliki ketertarikan yang sangat dalam kepada Ayana. Namun, usia Adam masih sangat muda. Di tahun ini, ia menginjak usia dua puluh tahun. Begitu juga dengan Ayana yang masih berusia lima belas tahun. Tampaknya, tidak mungkin untuk menjalin hubungan dengan gadis itu. Lagipula, belum tentu Ayana akan menyukainya. Akhirnya, Adam terpaksa meminta izin kepada Reni.

"Ma, aku nunggu di luar aja, ya?" pinta Adam. Reni yang mencium gelagat aneh dari putranya mengizinkannya untuk meninggalkan ruangan itu. Adam pun keluar dari ruangan itu.

Ayana melihat Adam yang baru saja pergi dengan sedikit aneh. Kenapa laki-laki itu tidak pernah mengajaknya bicara? Ia pun memberanikan diri untuk menanyakan hal itu kepada Reni.

"Tante, anak tante kenapa?" tanya Ayana. Mendengar pertanyaan itu, Reni tersenyum.

"Tante juga bingung. Dia orangnya emang pendiam dan pemalu. Tapi, dia nggak pernah kayak gitu sebelumnya," sahut Reni. Ayana pun terus menatap puntu itu. Ia berharap, Adam akan kembali masuk, dan mengajaknya mengobrol. Namun, rupanya Adam lebih memilih untuk tak melakukan itu...

*****

Sudah beberapa minggu ini Melisa menjalani kemoterapi. Seusai menjalani kemoterapi, Melisa tertidur pulas. Begitu juga dengan Aya dan Ayana yang tertidur di sofa karena kelelahan. Tinggal Rama yang masih terjaga di samping Melisa.

Rama sangat senang, karena menurut dokter, kanker yang diderita oleh Melisa telah mengecil. Dokter berniat melakukan kemoterapi untuk mengecilkan kanker hati. Setelah itu, barulah dokter bisa melakukan transplantasi hati kepada Melisa.

Tapi, transplantasi hati masih belum bisa dilakukan. Karena masih belum ditemukan donor hati yang cocok untuk Melisa.

Rama pun memutuskan untuk mengaji agar hatinya bisa tenang. Dia mengaji surat Al-Baqarah, dan membaca arti demi arti dari surat tersebut. Ia pun terpaku dengan salah satu ayat dalam surat Al-Baqarah. Yaitu, ayat 207:

"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya."

Rama merasa seperti mendapatkan suatu pencerahan, ia pun mencoba mencari ayat yang memiliki arti yang sama dengan surat Al-Baqarah ayat 207.

Dan diantara orang-orang Arab gurun itu ada yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dan menganggap apa yang dinafkahkannya itu sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai penarik doa-doa Rasul. Ingatlah memang itulah salah satu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri kpd Allah. Allah pasti akan segera memasukkan mereka ke dalam rangkuman rahmatNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. [At Taubah 9:99]

“Katakanlah, ‘Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, kemudian Allah akan mencintai kamu dan akan mengampuni dosa-dosamu ’. Dan Allah maha Pengampun, Maha Penyayang. [Ali Imran 3:32]

Membaca semua ayat itu, Rama pun tersenyum membaca ayat-ayat itu. Ia memerhatikan Melisa, dan membelai surai gadis itu dengan lembut. Ia juga memandangi Aya dan juga Ayana sembari tersenyum. Rama yakin bahwa setelah ujian ini, Allah akan memberikan kebahagiaan untuknya dan juga keluarganya...

***** TBC *****

Jodoh Yang DiingkariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang