Malam semakin larut, begitupun dengan Lee yang masih larut dalam pikirannya yang kabut. Sudah kesekian kalinya pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah itu menghela nafas berat. Iris coklat caramelnya masih setia menatap ribuan bintang di langit malam. Pikirannya seperti melayang entah kemana. Lee mengusap wajahnya kasar. Terlalu banyak beban dipikirannya sekarang.
"Maafkan aku, Luna." Lee bergumam pelan. Pikirannya kembali mengingat kejadian tadi siang. Tak seharusnya ia berbicara seperti itu pada Luna. Seharusnya ia bisa meyakinkan Luna akan kesungguhan cintanya dan bukan seperti ini. Lee menyesal, sungguh kini hatinya dihiasi rasa bersalah. Bukan ini yang dirinya mau. Lee hanya ingin Luna mengerti akan perasaannya. Perasaan yang sesungguhnya, perasaan bahwa dirinya hanya mencintai Luna dan ia sudah melupakan Eun-ji.
Lagipula, mana mungkin dirinya meninggalkan Luna dan kembali pada masa lalu kelamnya? Itu sangat tidak mungkin! Ditambah lagi sekarang ini Luna sedang mengandung anaknya, darah dagingnya dan buah cintanya dengan Luna. Lee memutar tubuhnya dan melenggang pergi menuju ke kediamannya.
Kreet.
Lee mendorong pelan pintu besar itu, menampakan Luna yang tengah terlelap dalam mimpinya. Lee mendekat, dilihatnya mata indah Luna yang terlihat sembab. Lee duduk di sebelah Luna, menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Lee mengusap pelan pipi Luna takut-takut dirinya akan membangunkan istrinya dari tidur.
"Kau tau, chagi? Saat aku pertama kali datang ke Dunia Manusia? Kupikir hidupku akan sama saja. Kaku, dingin dan kejam. Tapi saat aku bertemu denganmu, dinding es di hatiku hancur begitu saja. Perlahan aku mulai mengerti apa itu kasih sayang, apa itu cinta, dan apa itu kesetiaaan. Kau mengajarkanku apa itu bahagia, kau mengajariku banyak hal. Kau memberikan apa yang kubutuhkan, tak peduli sudah ke berapa kalinya aku menyakitimu, membohongimu. Namun kau tetap ada untukku. Aku bodoh, aku pria bodoh yang terus membiarkan hatimu terluka. Dan.. sepertinya hari ini pun sama, aku membuatmu terluka lagi. Maafkan aku, maafkan atas kebodohanku, aku tau ini sulit untukmu. Tapi aku juga tak mau kehilanganmu. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu hari ini, esok, lusa, dan selamanya."
Lee menangis lagi, terserah mau di sebut apa dirinya saat ini karna yang dia ingin adalah luna memaafkannya dan mengerti apa perasaannnya. Lee begitu mencintai luna,jika trjadi sesuatu pada luna dirinya bahkan rela mempertaruhkan jiwa dan raganya.
Lee membungkuk di kecupnya kening sang istri lama,ia begitu merindukan saat-saat seperti ini."Tidurlah". Lee membaringkan tubuhnya di sebelah luna, di peluknya luna erat, lengannya ia jadikan sebagai bantalan tidur luna, ia ingin seperti ini selamanya.
_O_
Pagi menjelang, luna terbangun dan mendapati lengan kekar yang melingkar di pinggangnya. Luna tau siapa pemilik lengan kekar itu,ia masih diam mengumpulkan kesadarannya penuh. Luna mencoba bangun perlahan,namun gerakan pelannya itu tertahan dengan satu tarikan yang langsung memeluknya erat.
"Kau mau kemana hmm?" tanya lee dengan mata tertutup. Luna menggigit bibir dalamnya.
"Lepaskan lee,aku harus bangun" berontak luna yang mencoba melepaskan dekapan suaminya.
"Diamlah ini masih trlalu pagi untuk bangun" keukeuh lee yang malah semakin mempererat dekapannya.
"Lee..ak~"
"Sebentar saja,hanya sebentar.." pinta lee sedikit berbisik.
Luna diam, diam dalam dekapan suaminya, dekapan yang selalu membuat dirinya nyaman. Bukan,bukan luna tak ingin di peluk seperti itu hanya saja,ia tau ini tidaklah benar.
Lee sedikit memberi jarak ,di tatapnya manik legam milik luna. Mereka saling menatap satu sama lain,sedikit rasa canggung di keduanya. Tak ada yang ingin membuka suara, sampai sesuatu yang dingin dan lembut menempel pada bibir ranum milik luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King Element And I #Wattys2017
Fantasy(SEDANG DI REVISI) Aku wanita biasa, manusia biasa dan tak pernah membayangkan jika aku akan menjadi Ratu dari Dunia Fantasy. Yang kupikir, Dunia Fantasy itu tak ada dan tak pernah ada. Tapi sekarang aku sendiri berada dalam Dunia Fantasy itu.