Pria itu ga pernah berpikir jika niat baiknya itu adalah awal mimpi buruknya.
Ia sungguh menyesal. Iya benar-benar menyesal. Hidup tenangnya kini hanya kenangan untuknya setelah dengan bodohnya ia menolong seorang gadis yang ia ketahui berasal dari kelas sebelahnya.
Entah sudah berapa kali Iqbaal menolong gadis bernama lengkap Stefhanie Zamora yang lebih akrab disapa Steffi. Iya pria yang sedang merutuki kesalahannya itu adalah Iqbaal Dhiakhfahri.
Iqbaal, anak kelas 11 Ipa-2. pria dingin, cuek. Tapi entah kenapa setiap melihat Steffi kesusahan ia selalu dengan reflek menolongnya, ya meski setelahnya ia mengusap wajahnya dan berkata dalam hati.
Gue ngapain sih?
"Pagi, Iqbaal." dengan suara imutnya Steffi menyapa Iqbaal yang sedang memarkirkan motornya persis disamping sepeda Steffi.
Iqbaal menghela nafas, oh ayolah ini masih pagi. Dan kenapa harus Steffi yang pertama ia lihat? Hah! Memang Iqbaal berharap siapa yang ia lihat? Pacar saja tak punya.
"Orang nyapa tuh yah dijawab." Steffi senyum manis. Ah dia itu emang udah biasa dicuekin. Tapi entah kenapa dia itu merasa seperti ada magnet yang memaksa dirinya agar tetap dekat dengan iqbaal.
"Harus gue jawab?"
"Ih, ya haruslah. Kamu kan udah kelas 11, pelajaran bahasa indonesianya pasti udah lebih tinggi levelnya dari anak TK. Pasti udah paham dong arti sopan dan santun? Jangan kalah sama anak TK yang lebih manis menjawab orang yang menyapa." jelas Steffi panjang lebar. Ini nih yang Iqbaal bikin malas bertemu Steffi, Ceramahnya itu ga pernah lepas barang sehari?
Dan juga, kenapa sih setiap hari Iqbaal harus ketemu Steffi. Padahal mereka ga sekelas.
Iqbaal merapikan rambutnya sebentar lalu melenggang meninggalkan Steffi.
Steffi terkekeh. Ia itu udah biasa ditinggalin. Ah ya bukan maksud ditinggal dalam artian diputusin pacar, ya maksudnya diacuhkan gitu. Jadi hatinya Steffi itu udah kebal.
"Kamu itu baik, tapi kamu Dingin King Ice, tapi tenang. Aku bakal bantu buat lelehin es itu. Jangan harap bisa beku lagi nanti." itu adalah kalimat yang biasa Steffi katakan. Ah ya sebut aja dia itu tidak waras, buat apa coba dia menghabiskan waktunya hanya untuk meluluhkan Iqbaal? Bukannya itu buang-buang waktu?
S E M E S T A
"Pasti mau pesen mie ayam sama es teh manis." baru saja mau membuka mulut dan menyebutkan apa yang akan dipesan Iqbaal, Steffi lebih dulu memotongnya.
"Sotau." hardik Iqbaal.
"Emang tau sih wlee." Steffi membalas ucapan Iqbaal dan diakhiri juluran lidah dari Steffi.
Iqbaal hanya mendengus, bahkan saat ia ingin makan siang dengan tenang saja gadis itu mengganggunya. Apa dia ga punya teman? Kenapa harus Iqbaal yang terus Steffi deketin.Oke. Pikiran Iqbaal itu benar, Steffi, gadis pindahan Bandung itu memang tak punya teman.
Dia baru pindah diawal semester 2, dan ya mungkin bagi Steffi beradaptasi dengan teman sekelasnya itu sulit. Teman sekelasnya banyak yang bergidik jika sudah berbicara dengan Steffi. Steffi yang memang terbiasa dengan ucapan Aku-Kamu membuat teman sekelasnya geli. Ya, bagi orang Jakarta ucapan Aku-Kamu itu biasa diucapkan oleh sepasang kekasih. Kan mereka cuma ngerasa aneh aja kalo lagi ngomong antara perempuan dan perempuan dengan ucapan Aku-Kamu.
"Jadi pesen mie ayam sama es tehnya?" kali ini ibu kantin yang berbicara, dan Steffi hanya cengengesan melihat wajah bengongnya Iqbaal.
"Jadi bu, 2 ya." itu Steffi yang membalas. Dan langsung mengeluarkan uang dari saku kemeja seragamnya.
Iqbaal melihat itu dan Steffi tau. "Biar gue yang bayar." ucap Steffi sambil makan memberikan uang paa ibu kantin.
"Iyalah. Lo kan yang mesen." Iqbaal dengan cuek memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, lalu melangkah pergi menuju meja kantin.
Steffi hanya menarik kedua ujung bibirnya. Itulah Iqbaal pikirnya. Steffi ngarep apa sih? Ngarep Iqbaal bilang gini "udah gue aja yang bayar." haha tunggu sampe guru Fisika mereka yang botak klimis tumbuh rambut dulu.
Tidak membutuhkan waktu lama. Mie ayam dan es teh itu sudah didepan mata, bahkan Iqbaal sudah memakan setengahnya.
"Ga bosen makan mie ayam terus?" Steffi belum sama sekali memakan mie ayam itu. Ia merasa aneh dengan bentuk mie ayam dihadapannya.
"Mie ayam disini pake kuah? Kalo diBandung yamin." Steffi masih sibuk mengaduk mie ayamnya.
Iqbaal menatap steffi bingung. Ga ngerti yang dimaksud steffi. Selama Iqbaal makan mie ayam ya rasanya gini, enak. Ga peduli berkuah atau tidak. Tapi ya menurut Iqbaal lebih enak pake kuah.
"Kamu ga takut mie, mie ini mengembang diperut kamu kalo kamu makannya tiap hari? Kan disini ada yang jual nasi goreng. Lebih sehat." seperti biasanya. Selalu Steffi yang banyak berbicara.
"Bukan urusan lo." Iqbaal menghabiskan es teh manisnya lalu pergi meninggalkan steffi. Iya pergi tanpa bilang makasih sama yang udah traktir.
"Kebiasaan." Steffi merengut meski akhirnya ia menghela nafas.
S E M E S T A
Sial!
Steffi terus mengumpat. Ia tak bisa pulang karena rantai sepedanya lepas. Mana Steffi ga bisa pasanginnya lagi. Bengkel jauh, rumahnya apalagi. Ga mungkin dia harus dorong-dorong sepeda ditengah teriknya matahari gini.
Steffi meringis sendiri jika membayangkannya. Steffi belum biasa dengan panasnya Jakarta, meski kadang Bandung panas juga, tapi setidaknya masih ada hembusan udara segar. Bukan polusi.
Steffi memajukan bibirnya. Bingung. Sampe seorang pria dengan jaket kulit hitam kesayangannya berjalan menuju motornya dengan santai tanpa perlu repot melihat kearah Steffi.
Ujung bibir Steffi terangkat keatas.
"Iqbaal." panggil Steffi, lalu Steffi bangkit dari jongkoknya dan berdiri disamping motor Iqbaal.
"Kamu tau kan? Jakarta panas banget, aku ga kuat kalo harus jalan kaki dorong-dorong sepeda." ucap Steffi dengan aksen yang lucu. Tapi membuat Iqbaal menaikkan sebelah alisnya. Seolah berkata terus?.
"Terus, air minum dalam botolku habis. Ntar kalo aku dehidrasi gimana?" ya Steffi itu memang biasa membawa minum sendiri, dia itu gampang banget haus. Kan ga mungkin tiap haus dia lari kekantin?
Iqbaal mendorong bahu Steffi agar menjauh dari motornya dan Iqbaal segera naik kemotornya.
Steffi melongo melihat Iqbaal yang dengan santai memakai helmnya.
"Ih Iqbaal. Tolongin, rantai sepedaku lepas dari tempatnya." Steffi sedikit merengek.
Iqbaal menghembuskan nafasnya. Jadi itu masalahnya? Kenapa gadis ini suka sekali berbelit?
"Tolongin yah, kalo aku tinggal sepeda ini disini dan pulang naik angkutan umum ga mungkin. Aku belum hafal angkutan mana yang tujuannya kerumah, terus kan sama aja besok-besok juga masa sepedanya mau terus diinepin?"
Iqbaal turun dari motornya dan berjalan menuju sepeda Steffi dan berjongkok. Steffi tersenyum senang.
Dan lagi. Iqbaal melakukannya, menolong gadis itu. Dan pasti setelahnya ia akan menyesal.
S E M E S T A
Jangan lupa Kasih Vote dan Comment. Hehe biar semangat lanjut Chapter selanjutnya.♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta (Sudah Terbit)
Fanfiction(Sebagian cerita dihapus) Iqbaal Dhiakhfahri adalah sosok yang dingin sejak kepergian pacarnya. Akhir-akhir ini ia selalu merasa hidupnya tak tenang karena ulah seorang gadis. Murid pindahan dari Bandung yang bernama Stefhanie Zamora yang akrab dipa...