[6] Mengenal Kehidupan Sebenarnya

3.3K 231 11
                                    

Iqbaal meluruskan kakinya pada kursi panjang yang berada dirooftop.  Ia teramat malas masuk kelas saat ini. 

Dulu, kursi panjang ini adalah tempatnya berbagi cerita. Tapi itu dulu. Sekarang hanya ada dirinya dengan seringai dibibirnya. 

"Sampe sekarang gue ga ngerti kenapa tempat ini masih bisa bikin gue nyaman."

Splashhh

Iqbaal membuka sekaleng colanya yang sebelumnya ia kocok terlebih dahulu sehingga saat dibuka bertebaran lah soda tersebut.  Aneh memang,  tapi itu adalah kesenangan sendiri untuk seorang Iqbaal Dhiakfahri. 

"Kamu bolos yah?!!" pekikan melengking dari seorang gadis yang pasti sangat Iqbaal kenal sukses membuatnya tersedak sodanya.

Uhukkk uhhukkk

Steffi berlari menuju tempat Iqbaal berada,  ia menepuk-nepuk punggung Iqbaal. 

"Kamu gapapa?" tanya Steffi panik. 

"Arghhh!!" Iqbaal mengusap bibirnya yang basah oleh soda dengan kasar lalu menatap tajam pada Steffi. 

"Gapapa mata lo!" Bentak Iqbaal.  Ya karna jujur tersedak soda itu perih banget man. 

"Maaf." Steffi melengkungkan bibirnya kebawah dengan muram.  Dia merasa bersalah. 

Iqbaal menatap datar ekspresi Steffi,  jelas ia itu sekarang dalam mode kesal dan ia pergi kesini itu untuk menenangkan hatinya,  tapi sepertinya keinginannya itu gakkan terjadi, karena baru aja mau nikmati sodanya untuk mengilangkan hausnya karena emosi udah tersedak aja sebelum itu soda turun mulus menuju tenggorokannya. 

"Kamu udah gapapa kan?  Aku minta maaf,  aku pasti ngagetin kamu ya?"

"Hemm."

Iqbaal mencoba tenang mengahadapi gadis ini.  Oh ayolah kapan sih ayahnya bertindak untuk menyingkirkan gadis ini.  Bener-bener ngeganggu!

Tapi, Iqbaal ngomong gitunya setengah hati lho ya, ga tau deh kenapa?

"Kamu kenapa bolos? Sekarang ini pelajaran pak Abi.  Wali kelas kita."

"Bukan urusan lo."

"Tapi kita tetep harus hargain pak Abi Iqbaal,  dia itu baik banget tau."

"Ck.  Baik?  Bodoh menurut gue."celetuk Iqbaal.

"Hey!  Kamu ga boleh ngehina orang yang lebih tua dari kamu!"Protes Steffi tak terima.

"Lo ga ngerti Stefhanie." jawab Iqbaal datar. 

Eh? Apa Steffi ga salah dengar tadi Iqbaal sebut nama jelasnya? Whoaahh.

"Kenapa muka lo?" Iqbaal mengernyit bingung menatap Steffi yang tiba-tiba diam. 

"Kamu tadi sebut nama aku? Stefhanie?" tanya Steffi tak percaya.  Ini sesuatu hal spesial untuk Steffi sejak mereka bertemu Iqbaal itu ga pernah sebut nama dia,  jangankan nama jelas dia atau nama lengkap,  nama panggil aja ga pernah. 

"Kuping lo pasti masih bener buat denger orang ngomong."

"Ciee tau nama aku. Hehhe, kamu tiba-tiba bolos gini ga ada maksud apa-apa kan?  Hemmm bukan karena Cassie kehilangan ponsel?"

Iqbaal seketika menatap Steffi tak percaya.

"Maksud lo gue yang ambil ponsel itu?"

"Bukan,  bukan gitu. Tapi kenapa kamu harus bolos? Kamu ga lagi menghindarkan?"

"Ck. gue mampu beli 10 ponsel kayak gitu.  Dan asal lo tau.  Ini bukan kali pertama gue bolos.  Lo jangan so tau."

Dan setelah itu Iqbaal bangkit dan berjalan meninggalkan Steffi.

Semesta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang