[3] Peringatan

3.5K 262 30
                                    

Jalanan kota Jakarta pukul 1 siang tetap ramai seperti biasa. Ah kayaknya orang Jakarta itu udah merasa panas dijalanan itu hal biasa. 

Tapi bagi seorang Iqbaal jalan ramai seperti ini bukan halangan untuknya menjalankan motor dengan kecepatan diatas maximal. 

Steffi sesekali mencengkram pinggang atau bahu Iqbaal jika tiba-tiba Iqbaal menambahkan kecepatan motor besarnya ini.

"Iqbaal! Aku masih mau hidup!" Steffi berteriak gajelas.  Dia itu takut,  ditambah dia cuma pake helm khusus pengendara sepeda bukan motor.  Kan kalo Steffi kepental jatuh, itu helm langsung retak bersama dengan kepalanya bisa-bisa hilang nyawanya. 

Iqbaal bergeming. Ia pura-pura tidak mendengar. 

"Aaa!! Stopp! Stopp! Stooooppp!!" Steffi berteriak kembali sambil menepuk-nepuk pundak Iqbaal.  Dan dengan terpaksa Iqbaal berhenti.

"Kenapa?" Tanya Iqbaal.

Steffi turun dari motor Iqbaal. "Aku turun disini aja. Kamu kan buru-buru?" ucap Steffi sambil berdiri disamping motor Iqbaal. 

"Ini rumah lo?  Mall?"

"Ngaco! Haha Masa iyah rumah aku mall." Steffi tertawa terbahak mendengar pertanyaan yang menurutnya aneh itu. 

Steffi minta turun saat mereka melewati mall. Itu bikin Iqbaal bingung,  bukan khawatir bukan tapi dia yang ngajak pulang bareng otomatis dia harus bertanggung jawab memastikan Steffi sampai dirumah.

Tiba-tiba ponselnya Steffi berdering,  dan dengan depan gadis itu mengangkatnya. 

"Oh hallo, hhhihi iyah Steffi udahh didepan mall bentar lagi masuk kok, iyah pokoknya bayaran harus besar gamau tau!, hehe iyah love you too!!"

Iqbaal menatap tak percaya Steffi setelah mendengar ucapan Steffi dengan seseorang yang Iqbaal gatau itu siapa.  Apa maksudnya bayaran? Love you? Ketemuan dimall segala?

"Lo ada urusan apa?" tanya Iqbaal.

"Pokoknya hal yang penting." jawab Steffi sambil memperlihatkan senyum merekahnya. 

"Lo gamau macem-macem kan didalem?"

"Ih apaan sih Iqbaal.  Haha udah sana pergi katanya buru-buru. Makasih tumpangannya,  dan hati-hati yahh Iqbaal." Iqbaal melongo,  bukan dijawab pertanyaannya malah dia diusir.

Setelah itu Steffi berlari kecil masuk kedalam mall dengan masih menggunakan helm sepeda dikepalanya. 

Iqbaal menaikkan bahunya tak peduli. Terserah mau gadis itu. 

Namun saat Iqbaal memutar kunci motornya matanya kembali menatap Steffi yang kini sedang berpelukan dengan pria yang Iqbaal yakinin beda beberapa tahun dengannya. 

Hey!  Apa yang dipikirin Iqbaal?  Itu jelas bukan papahnya.  Masa iya papahnya masih muda banget gitu?

"Aa pasti nunggu lama?" Ucap Steffi Setelah melepaskan pelukannya.

"Nggak kok, ayo masuk.  Kita makan siang bareng dulu di food court kamu pasti belum makan siang." Pria itu mencubit pipi Steffi.

"Hehhe iyahh yuu!" Steffi memeluk tangan Pria yang ia sebut aa itu.

S E M E S T A

"Whoahhh a Ajun enak yah kerja disini?" ucap Steffi sambil menghabiskan jus mangganya.

"Enak gaenak sih, tapi aa harus nikmatin.  Cari kerja jaman sekarang itu susah,  aa bersyukur keterima disini." jelas Ajun. 

Semesta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang