[14] Tangan Jail

3K 217 29
                                    

Suara kicauan burung meramaikan hari menjelang sore.

Setelah mengambil tas milik Steffi yang dbawa pulang oleh Salsha, Iqbaal membawa gadis itu menuju rumah neneknya.

Ya, pria itu butuh ketenangan tapi yang membingungkan itu kenapa harus bawa Steffi? Katanyakan butuh ketenangan.

Meski sudah kali kedua Steffi datang kerumah mendiang nenek Iqbaal. Steffi masih saja kagum sama keindahan tempat ini.

Steffi menatap Iqbaal yang kini sedang duduk dipinggir kolam seperti saat pertama mereka datang kesini. "Apa yang kamu pikirkan?." Tanya Steffi dan ikut duduk disamping Iqbaal.

"Ngga ada."

"Bohong! Cerita sama aku. Rahasia kamu aman kok!" Steffi berseru sambal tersenyum manis pada Iqbaal.

"Ck! Buat apa cerita sama lo?"

"Yak kan seengganya kamu jadi sedikit lega setelah membagi beban kamu."

"Percuma. Lo gakkan tau rasanya jadi gue."

"Ish ya maksud aku, seengganya kamu lega setelah berbagi cerita. Bukan berarti berbagi beban apa yang kamu rasalkan dan orang lain ikut merasakan. Lagian setelah kamu cerita mungkin aku bias kasih solusi atau saran ?"

Iqbaal menghela nafas. Bukan hal yang baik sebenarnya cerita pada gadis disebelahnya ini. Tapi yang dikatakan Steffi ada benarnya juga. Mungkin setelah cerita dia bisa lebih baikkan?.

"5 hari lagi tepat peringatan 1 tahun nenek pergi." Ujar Iqbaal pelan namun masih terdengar oleh Steffi karena memang hanya ada mereka berdua saat ini dan dalam keadaan hening.

"Dan Dea?" Tanya Steffi dan Iqbaal mengangguk sebagai jawaban.

"Kamu pasti belum bisa relain mereka ya? Iqbaal! Mereka pasti tersiksa kalo kamu kayak gini."

"Lo ga ngerti"

"Coba bikin aku ngerti."

"udahlah mening gue anter lo pulang."

Iqbaal menarik tangan Steffi paksa sehingga membuat Steffi bangkit. Namun, Steffi lebih cepat menarik tangan Iqbaal agar tetap duduk. Alis Iqbaal berkerut mentap Steffi tak suka. Tap Steffi lebih memilih menatap Iqbaa dengan tatapan teduh dan memegang kdua bahu Iqbaal.

"Hidup,mati,jodoh dan Rezeki udah ada yang atur, semuanya terjadi sesuai jalannya. Kamu gaboleh terus salahin diri kamu karena hal ini, nenek kamu dan Dea pergi memang udah takdirnya. Tuhan lebih sayang sama mereka dan memanggil mereka lebih cepat."

Steffi menggeleng dengan cepat seakan tau apa yang akan Iqbaal katakan saat melihat bibir Iqbaal terbuka ingin menjawab ucapan Steffi.

"Bukan karena kamu aku bilang, itu udah takdir. Kamu harus terima Iqbaal jangan terus siksa batin kamu. Biar mereka bahagia disana dan kamu terus lanjutin hidup kamu."

Iqbaal menatap lurus mata Steffi. Steffi punya mata yang menenangkan. Iqbaal bahkan hamper aja terpesona, hah sepertinya sudah.

"Dihari itu gue hamper ngilangin nyawa 3 orang, tapi 1 orang itu beruntung."

"Seharusnya kamu bersyukur."

Iqbaal membuang pandangannya kearah kolam lalu menarik nafasnya dan bangkit sambal menarik kembali tangan Steffi sehingga membuat Steffi buru-buru mengambil sepatunya yang berada disampingnya

Steffi hanya menuruti Iqbaal yang kini masih menggenggam tangannya. Apa Iqbaal marah? Apa Steffi ada salah ngomong tadi?

"Iqbaal?"

Iqbaal bergeming masih tetap jalan.

"Iqbaal? aku salah ngomong yah? Maaf." Steffi merasa gaenak, karena panggilan Steffi Iqbaal abaikan. Ah dia gamau musuhan sama Iqbaal.

Iqbaal berhenti. Namun detik berikutnya Steffi sudah merada didalam pelukan Iqbaal dengan dagu Iqbaal yang berada dibahu Steffi.

Steffi terpekik tertahan karena kaget. "Kamu suka banget tiba-tiba meluk gini!." Keluh Steffi dan tak ingat dengan perasaan bersalahnya tadi.

"Kalo gue bilang-bilang lo ijinin?"

"Ya-ya ngga lah!"

"Yaudah mening kayak gini."

Ohh yaampun. Jantung Steffi kini rasanya ingin meledak, Steffi merasa jantungnya berdetak tak karuan, Steffi bahkan menahan nafasnya saking takutnya Iqbaal dapat mendengar detak jantungnya dengan jarak sedekat ini.

Iqbaal tersenyum dibahu Steffi. Benar rasanya kini Iqbaal lebih baik.

"Nafas Steffi."

Mata Steffi menbulat lucu. Jadi Iqbaal tau kalo dia tahan nafas?

"aaku- aku nafas kok dari tadi kenapa?"

Iqbaal terkekeh pelan. "Makasih." Ujar Iqbaal.

"Buat apa?"

Iqbaal melepaskan pelukannya lalu menatap Steffi datar seperti biasa meski kadang wajah datarnya itu dihiasi senyum miring menyebalkan.

"menurut lo?"

Lantas Iqbaal meninggalkan Steffi yang masih bingung ucapan makasih Iqbaal untuk apa? Apa untuk pelukan tadi? Steffi menggelengkan kepalanya mikir apa sih gue batinnya/

"WOY! MAU PULANG GA LO?" teriak Iqbaal dari luar membuat Steffi buru-buru berlari menghampiri Iqbaal.

S E M E S T A

Keysha kelimpungan mencari buku biografi idolanya yang ia beli dengan susah payah karena limitide editon dan harus pesan dari negara lain.

"Kalian ada ada yang liat buku biografi gue? Yang biasa gue pegang?" Tanya Kesya dengan lembut didepan kelas saat semua teman sekelasnya sudah masuk kelas.

Semua siswa menggeleng tanda tak melihatnya.

"Coba tanya sama yang kemaren curi ponsel gue." Saran Cassie sambal lirik Rebbeca, dan merasa tersindir lantas Rebbeca menatap balik Cassie yang kini tersenyum miring.

Keysha sedikit tak enak, beda dengan Cassie yang memperlihatkan seberapa kuasanya dia Kesya tidak. Meski dia juga anak dari keluarga pendonasi Dupra terbesar, ia tetap rendah hati.

"Hem. Becca?"

"Bukan gue." Jawab Rebbeca.

"Aduh terus siapa dong? Please balikin." Kesyha tidak menaruh curiga pada Rebbeca, setelah Rebbeca bilang bukan dia untuk apa Keysha memaksa atau memitnah tanpa bukti?

Yang Kesyha takut biografi itu dicopy dan dijual dengan bebas. Bukan Kesya pelit. Tapi kalo emang mau pinjam bilang aja. Kesyha gakkan nolak.

"Hah, mana ada maling ngaku? Kalo ada maling ngaku penjara udah penuh kali." Cibir Cassie.

"Mening kamu diem Cassie, jangan nuduh Rebbeca." ujar Steffi yang tak sudah jika Cassie memojokkan Rebbeca.

"Siapa yang mitnah? Gue ngomong bener kok bukan mitnah! Ahh apa jangan-jangan lo lagi yang ngambil lo kan pembela pencuri, ya apa bedanya sama pencuri?"

BRUKK..

Tiba-tiba Iqbaal menggebrak mejanya membuat semua penghuni kelas kaget dan menatap Iqbaal, yang ditatap cuma cuek terus keluar kelas.

"Kenapa anak itu?" Tanya Cassie tak suka.

Tanpa orang tau, sebenarnya Iqbaal tak suka saat Cassie menuduh Steffi yang tidak-tidak dan dia ga mungkin nunjukin emsoinya gitu aja, bias-bisa rumor tentang mereka pacaran dibenarkan.

Tapi. Kenapa Iqbaal harus tak suka?.

S E M E S T A

Maaf up lama hihihi

Iqbaal kenapa ya? Hahha kalo respon cepet aku up cepet.

Oyah jangan lupa mampir di work aku satu lagi, hehe disitu sepi banget. Soalnya akum au lanjutin ini barengan sama yang itu biar adil . hehehe

Vomment. ♥♥♥

Semesta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang