[11] Nyaman

3.2K 220 36
                                    

Seperti biasa, rutinitas Iqbaal jika sedang berada dirumah. Ia akan mendengarkan lagu random.

Karena dengan hal tersebut perasaannya menjadi nyaman. Meski tak jarang lagu yang terputar adalah lagu yang mengingatkannya dengan semua kenangannya terdahulu.  Kenangan yang menjadikan Iqbaal sosok yang sekarang.  Iqbaal yang tak peduli dengan sekitar, Iqbaal yang dingin, Iqbaal yang cuek. 

Iqbaal yang dulu jauh dari kata tak peduli,  dingin dan cuek. 

Benar, sesuatu yang sangat berharga dalam hidup kita akan merubah kita dengan sekejab. 

Begitulah Iqbaal. Setelah 2 orang yang sangat berharga untuknya pergi untuk selamanya, Iqbaal benar-benar berubah.

"Iqbaal! Kecilkan volume musikmu itu.  Apa kupingmu tidak sakit mendengar musik sekencang itu?" Suara bariton ayahnya mengganggu ketenangan Iqbaal. 

Dengan malas Iqbaal mengecilkan volume musiknya lalu menatap ayahnya. "Ada apa?" tanya Iqbaal. 

Iqbaal tau.  Ayahnya masuk kedalam kamarnya hanya karena ada perlu. 

"Tolong ambilkan berkas ayah disekolah.  Kamu masuk keruang kepala yayasan,  dan cari map berwarna kuning."

Iqbaal mengangguk.  Ia tak mungkin menolak atau membantah.  Iqbaal yang sekarang memang berubah.  Namun tetap menjadi Iqbaal yang penurut.

Lagian,  Iqbaal pikir hidupnya sekarang itu bagai sebuah boneka yang mengikuti mau tuannya.  Dan tuannya Iqbaal adalah ayahnya sendiri. 

Iqbaal segera memakai jaketnya,  tak lupa ia mematikan musik yang tadi hanya ia kecilkan volumenya. 

Untuk pertama kalinya Iqbaal akan menggunakan mobilnya kembali.  Mobil Sport yang dulu adalah mobil yang sangat ia impikan.

Namun sekarang Iqbaal pikir mobil itu udah gak ada gunanya lagi,  karena menurutnya naik motor adalah pilihan yang terbaik meski ayahnya melarang.  Ya untuk yang satu itu Iqbaal ga bisa nurut.

Saat sampai parkiran Dupra,  Iqbaal langsung memarkirkan mobilnya tepat didepan pintu masuk sekolah.

Belum sempat Iqbaal keluar hujan turun begitu deras.  Iqbaal mengumpat karena belum sempat masuk kedalam.  Namun syukur karena didalam mobilnya selalu tersedia payung.

Iqbaal keluar dari mobilnya, ia ingin segera masuk kedalam mengambil berkasnya dan lekas kembali kerumah juga.  Namun matanya menangkap seseorang yang sedang berusaha memperbaiki sesuatu dibawah derasnya hujan. 

Iqbaal menghela nafas.  Ia tau itu siapa,  Steffi. 

Entah ada dorongan dari mana,  Iqbaal melupakan niat awalnya yang akan segera masuk kedalam sekolah,  Iqbaal malah mendekati Steffi dan berbagi payungnya dengan Steffi yang masih belum menyadari kehadirannya.

S E M E S T A

"Anak siapa sih lo. Tau hujan bukan neduh!"

Steffi mendongak. Dia kenal sekali dengan suara bernada dingin itu.  Iqbaal.

Iqbaal memayungi Steffi yang sedang berjongkok disamping sepedanya.

Steffi menyunggingkan senyumnya sambil mengusap wajahnya yang penuh dengan air hujan. 

"Kamu kok disini?" tanya Steffi masih dengan posisinya yang berjongkok.

Iqbaal gemas,  akhirnya ia menarik Steffi karena jika posisinya seperti ini hujan tetap akan membuat mereka basah, karena payung yang Iqbaal pakai ga bisa lindungan mereka berdua.

Semesta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang