[16] Takdir

2.7K 208 19
                                    

Steffi masih melamun hingga sampai dikelas.  Kenyataan yang dia denger saat istirahat, seakan masih terngiang jelas dibenaknya. 

Steffi ga habis pikir sama jalan pikiran Iqbaal. 

Jika kekasihnya itu yang menolongnya,  apa Iqbaal lupa dengan wajah Steffi? 

Oh ayolah,  saat kejadian itu Iqbaal dalam keadaan baik dan sadar,  Iqbaal pasti inget.

Tapi sialnya pria itu dengan santainya bilang. 

"Gue ga perhatiin muka lo.  Karena ga lama ambulan datang, gue lebih pentingin cewe gue."

Steffi merasa sedikit ngilu dihatinya saat mendengar Iqbaal berbicara dengan gamblangnya begitu.  Entahlah Steffi juga bingung kenapa. 

"Ga pulang Steff?"

Pertanyaan teman sebangkunya itu membuyarkan lamunannya.

"Ah iya,  udah bell?"

"Dari tadi. Liat tuh,  dikelas tinggal kita berdua."

Steffi memperhatikan sekitarnya.  Dan ya benar dikelasnya hanya ada dirinya dan Salsha.

"Pulang bareng yu? Ayah gue pulang sore hari ini. Lagian rumah kita searah."

"Oke."

Steffi mengiyakan,  sebenarnya ia sangat ingin pulang bersama Iqbaal.  Ya Steffi pengen minta penjelasan lainnya bukan karena ehemm suka. Tapi Salsha pulang sendiri kasian. 

Steffi menuntun sepedanya,  Salsha bilang dia gendut,  dia berat mening jalan aja padahal kenyataannya badan Steffi lebih berisi daripada Salsha.

Salsha tau jalan kecil menuju rumahnya,  dan untungnya sepeda Steffi masuk kedalam jalan kecil itu.

"Lo kenapa?  Ada masalah ya?" tanya Salsha sambil terus jalan bersama. 

"Ah?  Ngga kok, emang aku kenapa?"

"Lo ngelamun dari masuk kelas setelah istirahat tadi, emang pas istirahat lo kemana? Gue ga nemu dikantin."

"Gue-- gue bekel makan terus makan ditaman hehhe."

"Ih kok ga bilang,  gue kan bisa bawa bekel juga.  Oke besok kita bawa bekel,  gue bosen makanan kantin.  Mahal-mahal juga."

Steffi mengangguk pasti. Ah Syukur Salsha mempercayainya. 
Salsha emang udah tau perihal Iqbaal,  tapi rasanya Steffi gamau bilang kalo tadi dia ketemu Iqbaal.

"Ah gue tinggal belok sana.  Jalan dikit sampe.  Lo lurus aja,  nanti ketemu jalan besar biar lo ga nyasar."

Steffi mengangguk. 

"Hati-hati Steffi!" seru Salsha.

"Kamu juga."

Salsha mengacungkan jempolnya.

Steffi mulai menaikki sepedanya dan berjalan ringan.  Pikirannya masih melayang. Jadi malaikat penolongnya itu udah gada,  dan Steffi gatau karena memang saat Dea jatuh Steffi udah pingsan. Yang Steffi tau Dea itu mempunyai garis muka yang sama persis dengannya.  Ya Steffi liatnya samar-samar karena kebetulan tempat ia jatuh tidak mendapatkan lampu penerang jalan. 

S E M E S T A

Iqbaal sebenarnya kaget saat Steffi terpekik terkejut dengan apa yang ia ceritakan. 

Jadi, Steffi adalah gadis yang Dea tolong,  gadis yang menyebabkan Dea jatuh.

Nggak. Nggak,  Iqbaal gaboleh egois.  Semua itu takdir,  meski ia menyalahkan Steffi.  Tetap saja yang patut disalahkan adalah dirinya sendiri. Dia menjalan motornya tidak dengan keadaan fokus.

Semesta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang