[7] Trauma Steffi

3.4K 236 23
                                    

"Iqbaal pernah punya pacar, tapi setau gue cuma sekali sih soalnya itu udah lama banget pas kelas 10 gitu, setahun yang lalu kali ya. Gue ga sekelas sama dia."

Entah apa dan bagaimana Steffi dan Salsha mengawali pembicaraan mereka hingga akhirnya mereka membahas tentang Iqbaal.

"Oh, sama anak sini pacarannya?" tanya Steffi dengan semangat. Ya pokoknya kalo itu soal Iqbaal Steffi pasti semangat.

"Katanya sih adek kelas gitu, sama anak kelas 3 smp. Yah rumornya bakal masuk dupra, tapi gue gatau gimana cerita akhirnya itu cewe jadi masuk sini apa nggak, soalnya gue ga pernah denger ada anak-anak yang bilang salah satu dari anak kelas 10 pacar atau mantan Iqbaal. Yah gue pikir sih Iqbaal udah putus inget soal bokapnya yang ga ijinin dia gandeng cewe dan cewe itu ga jadi masuk sini karena takut galmop?" Salsha menaikkan bahunya cuek, meski sebenarnya cerita masa lalu anak yayasan itu adalah cerita paling ditunggu seantero Dupra.

Steffi manggut-manggut, jadi bisa Steffi simpulkan? Kalo sifat dingin Iqbaal itu karena tekanan dari ayahnya? Pasti ayahnya itu udah banyak nyuruh dia ini itu ya sampai korbanin perasaannya.

"Tapi, lo pernah mikir gini ga sih? Bokapnya Iqbaal ga takut Iqbaal belok gitu? Sampe larang-larang dia pacaran?" tanya Salsha sambil menatap Steffi dengan serius dengan tangannya yang masih Setia memegang secup caramel macchiatonya.

Steffi menaikkan sebelah alisnya. "Aku baru tau kalo anak penerima beasiswa penuh sukanya gosip juga?" Steffi melempar kripiknya kemuka Salsha lalu ia terkekeh melihat ekpresi Salsha selanjutnya.

"Rese lo! Gue kan cuma nanya."

"Hehhe iyah iyah, ya mana aku tau. Ayahnya pasti punya alasan. Yang namanya orang tua merintah anaknya itu pasti karena alasan. Dan pastinya alasannya itu untuk kebaikkan anaknya."

Salsha mengangguk setuju, karena selama ini juga ayahnya selalu menomor satukan dirinya hingga melamar kerja ditempat dirinya bersekolah demi dapat bertemu anaknya sesekali.

"Jadi lo beneran ga pacaran sama Iqbaal kan?"

Steffi menatap Salsha lalu mengangguk. 

S E M E S T A


"Ngapain lo?"

"Nunggu kamu?" jawab Steffi riang. Steffi sengaja berdiri didekat pintu kelas menunggu Iqbaal keluar bersyukur Salsha udah pulang duluan.

Iqbaal menghembuskan nafasnya. Udah biasa dengan tingkah Abnormal seorang gadis bernama Steffi.

Jaman sekarang mana ada cewe yang ngejar cowo? Jaman sekarang itu gengsi cewe gede banget. Eh tapi Steffi boleh jadi pengecualian.

Steffi dibesarkan bersama seorang kakak laki-laki. Jadi dia ga merasa canggung jika harus berinteraksi dengan lawan jenisnya. Ya tapi Steffi juga tau batasan. Steffi tau mana yang boleh dan ga boleh. Lagian sejauh ini berteman dengan lelaki membuat Steffi aman.

Steffi menarik-narik ujung kemeja Iqbaal yang dikeluarkan.

"Apa?" tanya Iqbaal Sarkas. Dia males banget berurusan sama ini cewe. Seriusan.

"Mampir kerumah yu, eh restoran. Aa pengen ketemu."

Iqbaal menoleh sekilas pada Steffi lalu menelan saliva dengan susah payah.

Aanya pengen ketemu dia?

"Gue ada--"

"Sekali aja. Mumpung aa lagi libur kerja. Pleaseeee pleasee." Steffi melebarkan matanya lucu seperti seekor kucing yang minta makan.

Semesta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang