[21] Sedikit Perubahan

2.8K 204 24
                                    

Steffi memarkirkan sepedanya dengan rapi diparkiran dan tak selang beberapa detik kemudian Iqbaal datang dengan motornya.

"Pagi Iqbaal."

Seperti biasa Steffi akan menyapa Iqbaal dengan senyumnya. 

"Pagi."

Untuk pertama kalinya Iqbaal membalas sapaan Steffi. Jangan ditanya kenapa Iqbaal membalas?  Iqbaal juga gatau reflek mungkin? Dan jangan tanya gimana ekspresi Steffi sekarang.  Senyumnya semakin mengembang.

Steffi berjalan dibelakang Iqbaal menuju kelasnya. 

"Ngapain lo dibelakang gue?"

"Kenapa?" tanya Steffi bingung. Biasanya juga dia emang jalan dibelakang Iqbaal. 

"Maju. Gue berasa diikutin penguntit."

"Enak aja. Jadi kamu pikir aku penguntit?" decak Steffi sambil berjalan lebih cepat agat bisa bersisian dengan Iqbaal. 

"Bukannya emang penguntit?"

"No! Aku ga sampe ikutin kamu ketoilet.  Berarti aku bukan penguntit." kilah Steffi. 

Iqbaal mengangguk samar.  "Anggap aja iya." ujar Iqbaal. 

Steffi mendelik,  namun kemudian tersenyum. Setidaknya kali ini perjalanannya kekelas tidak sepi seperti biasa karena Iqbaal yang malaa bicara dengan Steffi.

Sedikit ada perubahan. 

Setelah sampai didepan kelas. Steffi dengan cepat masuk terlebih dahulu, dia gamau masuk bersama Iqbaal. Ya kalian taulah kenapa,  nanti teman sekelasnya itu semakin yakin dengan gosip Steffi dan Iqbaal berpacaran. 

"Pagi Salsha." sapa Steffi pada Salsha. 

"Pagi jugaa." balas Salsha. 

"Ada tugas?" tanya Steffi karena melihat Salsha sibuk menulis setelah mendaratkan bokongnya dikursi miliknya. 

Salsha menggeleng. "Ngga,  gue lagi belajar aja. Sebagai siswa penerima beasiswa gue harus pertahanin nilai gue."

Steffi mengangguk.

"Udah sarapan?" tanya Steffi. 

"Udah.  Gue bawa bekal buat makan siang, lo bawa?"

"Bawa dong."

"Ah,  gue penasaran sama rasa masakan nyokap lo.  Pasti rasanya seenak buatan restoran ya?  Secara lo punya restoran."

"Ah ngga sampe berlebihan gitu kali." Steffi terkekeh namun ia membenarkan ucapan Salsha karena menurut Steffi masakan Amira itu terenak.

S E M E S T A

"Ya,  ya baik.  Saya akan kesana terimakasih pak."

Pak Abi menutup panggilan teleponnya lalu menghela nafas. 

Anak didiknya ada yang tertangkap polisi karena tertangkap sedang membolos ditempat rental ps dengan masih menggunakan seragam.

Pak Abi memijat keningnya sebentar lalu bangkit untuk bersiap bergegas menuju kantor polisi untuk menebus anak didiknya karena sekarang masih jam tanggung jawabnya sebagai guru.

"Mau kemana pak?" tanya Raline guru bahasa Inggris saat melihat Abi memakai jaket kulitnya. 

"Oh, saya ada keperluan mendadak bu harus pergi sekarang." jawab Abi.

Semesta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang