Seperti biasa, dalam 1 bulan sekali sekolah akan mengadakan razia dadakan.
Razia tersebut terdiri dari razia rambut, alat make up, kaos kaki berwarna, ikat pinggang, dan lain halnya yang tidak diperbolehkan dibawa kesekolah.
Saat beberapa guru memasukin kelas Iqbaal, semuanya terkejut karena tau apa maksud guru-guru itu masuk kedalam kelas bersamaan, tapi ada juga yang santai karena merasa tidak melakukan pelanggaran apapun.
"Pagi anak-anak. Ah kalian pasti udah tau maksud kedatang kami kan? Maka dari itu semuanya maju kedepan tinggalkan bangku kalian." titah salah seorang guru pria dan langsung dituruti oleh semua siswa.
2 guru bertugas untuk memeriksa tubuh siswa didepan kelas, karena siswa itu kebanyakkan berotak cerdik. Mereka bisa saja menyembunyikan sesuatu yang tidak diperbolehkan ditempat yang tak terduga. Dan 2 guru bertugas untuk menggeledah tas para siswa.
"Novel lagi huh?" ucap seorang guru wanita dengan wajah bosannya menemukan benda yang selalu ia temukan saat razia. "Sudah ada 1 rak novel kamu yang saya razia, kamu ga berniat membuat saya mengoleksi novel kan, Amel?" tambah guru wanita itu. Dan yang namanya disebut hanya menunduk.
"Umay! Kamu ga niat sekolah? Tas sebesar ini isinya cuma kunci motor?." ucap guru Pria pada siswa yang ia panggil Umay.
"Bapak ga liat itu dimeja ada buku tulis lengkap sama alat tulis itu berarti saya niat sekolah. Lagian kalo ga niat saya gakkan bawa tas." jawab Umay dengan santai. Anak itu memang selalu menjawab perkataan guru.
Guru pria itu hanya menghela nafas, dari kelas 1 hingga sekarang akan naik kekelas 3 Umay memang tak pernah berubah. Gimana nanti masa depannya. Yaampun.
"Mana? Kasih keIbu." pinta guru Wanita yang bisa tugas memeriksa bagian tubuh siswa perempuan.
"Apanya bu?"
"Jangan pura-pura ga ngerti Cassie, kamu pasti bawa lipstik lagi kan? Kamu itu mau sekolah atau pesta bibir merah banget!."
"Bibir merah itu sehat bu. Lagian sekarang saya ga bawa lipstik bawanya liptint. Jangan bilang ibu mau minta? Gaakkan cocok bu sama bibir ibu."
Guru wanita itu melotot mendengar penuturan Cassie.
"Mana!" pinta guru itu lagi.
Cassie mempoutkan bibirnya kesal lalu meronggoh liptintnya dari saku roknya.
"Ini, tas milik siapa?" tanya guru yang sedang memeriksa tas siswa sambil mengangkat tas tersebut.
Steffi mengangkat tangannya karena tas yang diangkat keatas adalah miliknya.
"Stefhanie kan? Anak pindahan?" tanya guru itu.
Steffi mengangguk.
"Ini apa?" guru itu mengeluarkan plastik kecil berisi bubuk putih.
Steffi mengerutkan dahinya karena merasa tak pernah memasukan benda itu pada tasnya.
"Saya gatau bu."
"Gatau? Tapi saya nemuin ini dari tas kamu. Kamu mau bodohin saya? Ini narkoba!."
Semuanya terkejut tentu, ditemukan narkoba dalam tas salah satu siswa. Hal itu pasti membuat siapapun terkejut.
"Na--narkoba bu?" tanya Steffi dengan terbata karena kaget ada barang haram seperti itu didalam tasnya.
"Setelah ini kamu ikut ibu kekantor."
Tubuh Steffi bergetar, meski ia merasa tak bersalah. Namun tetap saja barang haram itu ditemukan dari dalam tasnya.
S E M E S T A
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta (Sudah Terbit)
Fanfiction(Sebagian cerita dihapus) Iqbaal Dhiakhfahri adalah sosok yang dingin sejak kepergian pacarnya. Akhir-akhir ini ia selalu merasa hidupnya tak tenang karena ulah seorang gadis. Murid pindahan dari Bandung yang bernama Stefhanie Zamora yang akrab dipa...