[5] Lagi

3.6K 242 38
                                    

Iqbaal masuk kedalam kelas bertepatan disaat bel tanda masuk kelas dibunyikan. 

Pria itu semalam tidak bisa tidur karena memikirkan hal memalukan yang terjadi sebelumnya.

Untuk apa dia ikut campur urusan orang lain?

bodoh.

"Iqbaal!!!" Steffi berseru senang. Semua murid yang sudah masuk kelas menatap aneh pada Steffi. 

Bangku Iqbaal itu dipojok belakang dan Steffi dipojok depan, jadi kebayang dong Steffi itu bukan cuma nyapa tapi teriak. 

Iqbaal menoleh sekilas pada Steffi,  lalu memasang headsetnya dan mulai memutar lagu dan memejamkan matanya.  Ia tak peduli dengan tatapan teman baru dikelasnya yang menatapnya setelah menatap Steffi.  Ya meski tidak semua baru karena beberapa ada yang sudah sekelas dengan Iqbaal saat kelas 10 dan saat kelas 11 sebelum kelas kembali dipecah.

Niatnya kepala sekolah mengacak kembali siswa kelas 11 adalah untuk memudahkan saat mereka kelas 12 yang tinggal beberapa Bulan.  Iya biar mereka sudah terbiasa dengan teman sekelasnya. 

Steffi mempoutkan bibirnya,  ia paham tabiat Iqbaal yang cuek itu. 

Dan Steffi juga tak memperdulikan tatapan teman baru dikelas barunya. Steffi paham arti tatapan mereka.  Mereka itu kayak bilang.

Cari mati tuh anak.

Tapi entahlah itu hanya pikiran Steffi aja. 

"Gue saranin jangan terlalu dekat sama Iqbaal, kalo bisa jauhin aja. soalnya omongan gue kemarin soal siswi yang dikeluarin dengan alasan ga masuk akal itu emang bener Steff." Suara lembut Salsha memberi peringatan pada Steffi.

Salsha duduk sebangku dengan Steffi.  Ya,  saat tadi pagi Steffi sampai dikelas Salsha udah duduk manis aja dikelas.  Dan Salsha mengajak Steffi duduk bersamanya.

"Aku ga deket banget kok sama Iqbaal." elak Steffi.

"Terserah gimana pendapat lo, yang pasti seantero Dupra itu taubya lo pacaran sama Iqbaal. Dan sampe kemaren mereka ada yang liat lo dianter pulang sama Iqbaal bikin mereka semakin yakin.  Soalnya selama ini gada yang berani duduk dibelakang motor Iqbaal.  Cewe-cewe yang akhirnya dikeluarin dari sekolah aja ga sampe dapet kesempatan dibonceng Iqbaal." jelas Salsha. 

Ujung bibir Steffi terangkat sedikit.  Apa itu artinya dia yang pertama? Ah, bolehkah dia bangga?.

"Yee malah nyengir ini anak. Pokoknya dengerin omongan gue oke."

Steffi tak menjawab perkataan Salsha karena bertepatan guru yang mengajar masuk dan juga karena Steffi tentu tidak akan menjawab IYA jika ia punya tujuan untuk meluluhkan manusia es itu. 

S E M E S T A

Bel Istirahat berbunyi,  Iqbaal dengan cepat keluar kelas. 

Satu yang Steffi paham sekarang,  Iqbaal itu ga punya teman.  Dia lebih suka sendiri,  dan bangkunya pun hanya diisi oleh dirinya karena kebetulan jumlah siswa dikelasnya ganjil. 

"Mau kekantin?" tanya Salsha setelah membereskan peralatan tulisnya. 

"Kamu duluan aja,  nanti aku nyusul oke?" jawab Steffi. Dan dijawab anggukan oleh Salsha. 

Ya Steffi itu mau nyamperin Iqbaal dulu gitu kan ga mungkin dia ajak Salsha yang tadi pagi terang-terangan nyuruh dia jauhin Iqbaal. 

Steffi keluar kelas dengan santai. Meski sebenarnya banyak dari siswa yang lain membicarakan tentangnya yang berani mendekati anak pemilik yayasan. 

Semesta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang