[9] Iqbaal dan masa lalunya

3.1K 209 21
                                    

"Whoahhhhhh!"

Pekikan kagum Steffi terus terdengar setelah ia sampai disuatu rumah yang jauh dari keramaian kota Jakarta,  rumah yang diyakini sudah hampir berpuluh-puluh tahun tidak ditempati ini ternyata mempunyai surga didalamnya. 

Awalnya Steffi takut saat Iqbaal malah membawanya ketempat sepi dan kumuh ini. Bukan dia so higienis atau steril tapi memang tampilan rumah ini udah seperti rumah hantu yang dibiasa ada difilm-film.  Depannya penuh dengan lumut yang memenuhi dinding,  dan hawa dingin yang bikin bulu kuduk berdiri. 

Namun setelah masuk kedalam,  tepatnya tengah rumah. ada kolam berbentuk lingkaran sempurna yang penuh dengan bunga warna-warni di airnya yang hijau bersih, dan atapnya yang menutup sebagian tengah rumah ini dipenuhi akar yang bergelantungan dengan daun-daun dan sedikit bunga yang mempercantiknya.  Persis seperti dinegeri dongeng. 

"Kamu kok tau tempat ini?" tanya Steffi sambil duduk disamping Iqbaal yang sudah terlebih dahulu duduk diujung kolam dan memasukan kakinya. 

"Ini rumah nenek gue."

"Nenek kamu? Wah,  rumahnya udah--"

"Kumuh, lumutan?" potong Iqbaal. Dan Steffi jadi merasa tak enak.

"Ini cuma buatan.  Gue sengaja bikin rumah ini terlihat ga menarik karena gue ga mau jual rumah ini.  Nenek bilang rumah ini adalah warisan darinya untuk gue langsung,  dan sepupu-sepupu gue bilang ini ga adil.  Mereka mau rumah ini dijual dan hasilnya dibagi rata." lanjut Iqbaal.

Steffi tertegun.  Ini pertama kalinya Iqbaal berbicara panjang dengannya.  Steffi bisa liat dari samping,  mata Iqbaal berubah mengkilat.  Steffi tau itu air mata yang udah berlomba-lomba ingin keluar tapi Iqbaal tahan. Iqbaal pasti sedih inget neneknya pikir Steffi.

"Gue ga peduli mereka mau uang berapa karena rumah ini akan selalu ada dan gakkan pernah jadi milik orang lain." lanjut Iqbaal, dan kini tatapan lurus kedepannya, ia alihkan ketempat lain.  Ia menyeka air mata yang keluar.  Ia tak mau terlihat lemah. 

"Tapi nenek pergi karena gue." lirihnya.

Steffi masih memperhatikan Iqbaal. 

"Gue penyebab nenek pergi ninggalin gue!" suara Iqbaal terdengar frustasi.

Iqbaal tak tahan,  ia menutup kedua wajahnya. Ini pertama kalinya ia seperti ini kembali.

Tangan Steffi terulur, ia mengusap bahu Iqbaal lembut.

"Nenek pasti ga suka liat cucunya kayak gini."

Iqbaal melepaskan kedua tangannya diwajahnya.  Ia menatap Steffi.

"Bukan cuma nenek yang pergi. Tapi Cinta pertama gue juga pergi." tambahnya.

"Pergi?" tanya Steffi.  Jujur Steffi bingung dengan kata pergi yang Iqbaal ucapkan.  Pergi kemana nenek dan Cinta pertamanya itu?  Pergi meninggalkan Iqbaal dalam artian pergi kekota lain atau--

"Pergi kesurga."

kealam lain. 

Steffi terdiam.  Ternyata ini beban yang Iqbaal bawa selama ini. 

"Mangkanya gue bikin tempat ini seperti surga. Dengan cara gini gue ngerasa nenek dan Dea ada sama gue."

Oh namanya Dea. Batin Steffi

"Kamu boleh nangis kok, jangan ditahan.  Siapa tau bisa kurangin beban kamu.  Aku gatau seberapa lama kamu ditinggalin orang-orang yang kamu cintai itu.  Tapi seenggaknya kamu harus punya semangat hidup.  Demi mereka."

Iqbaal menatap Steffi nanar.  Ini pertama kalinya dia menceritakan masa lalunya pada seseorang.  Terlebih orang itu Steffi.  Gadis abnormal yang ingin ia hindari.

Semesta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang