[15] Kenyataan

2.9K 203 29
                                    

Pelajaran Matematika memang selalu jadi pelajaran yang dibenci oleh sebagian siswa.

Saat ini guru yang mengajar tidak masuk, tapi kelas Iqbaal ini diberi tugas 3 halaman.

Semua siswa menghela nafas kase karena tak bisa mengerjakan tugasnya.

Kalo aja tugas tersebut tidak harus dikumpulkan hari ini, Semua siswa dikelas Iqbaal pasti akan bersorak.

Sayangnya, guru matematika mereka tidak sebaik itu, pokoknya mereka semua harus mengerjakan sampai waktu pelajaran selesai dan dikumpulkan. Mereka diberi kebebasan sampai mana mereka sanggup mengerjakan meski yang mampu mengerjakan hingga beres akan mendapat point plus meskipun jawabannya belum tentu benar.

"Tumben kamu belum beres Sal, biasanya cepet."

"Ah, gue gamau dicontekin anak-anak. Biarin gue kerjain mepet waktu. Lo udah beres?"

"4 soal lagi."

"Kerjain santai aja Steff, masih 20 menit kok. Nanti kalo lo beres duluan terus dikumpulin, yang ada jawaban lo dijiplak dulu."

Steffi mengangguk.

Tak lama Steffi melihat Iqbaal mengumpulkan bukunya dimeja guru. Lalu melenggang keluar kelas.

Ya untuk anak pintar seperti Iqbaal soal matematika sih gampang. Lagian Iqbaal malas jika harus mengumpulkan bukunya ke ketua kelas yang diberi amanah oleh guru matematika.

Dan satu informasi, meski satu kelas tau Iqbaal anak pintar. Tapi tak ada satupun yang berani mengambil buku Iqbaal lalu menjiplaknya meski yang punya buku udah keluar kelas. Ya karena kebetulan setelah pelajaran matematika adalah istirahat.

"Lo aneh ga sih sama Iqbaal?"

Steffi menengok pada Salsha yang lagi serius berhitung.

"Aneh kenapa?"

"Tadi pagi tiba-tiba ngegebrak meja. Terus tiba-tiba masuk pas guru Bio masuk, kayaknya hidupnya itu bebas banget buat ngapa-ngapain." celoteh Salsha sambil terus menghitung.

Steffi menaikkan bahunya."akubl juga gatau kenapa."

Ya, emang Steffi ngga tau kenapa. Tapi dia pasti akan bertanya nanti pada Iqbaalnya.

"Menurut lo, siapa yang curi buku biografi idolnya Kesya?"

"Ngga tau, hehhe"

Salsha menghela nafas. Ya mereka berdua itu ga cocok kalo harus jadi penggosip, ya kalo ngomongin Iqbaal sih pengecualian ya.

S E M E S T A

"Hah. Tebakan aku bener, kamu pasti disini."

Iqbaal menoleh sebentar, lalu kembali menatap kedepan.

"Kamu suka banget diem diatap. Ga panas?"

Iqbaal diam. Dia sedang memikirkan neneknya dan Dea saat ini.

"Satu tahun yang lalu aku hampir aja mati." ucap Steffi tiba-tiba.

Iqbaal menoleh pada Steffi.

"Kamu tau? Alasan aku pengen nolong orang? Itu karena aku bersyukur diberi kesempatan untuk kembali jalanin kehidupan aku. Aku juga berharap bisa ketemu orang yang nolong aku."

Iqbaal tak menjawab, ia ingin membiarkan Steffi bercerita tanpa menyela. Iqbaal sebenarnya udah tau dari Ajun, tapi ia juga ingin dengar versi Steffinya. Tapi sepertinya akan sangat panjang cerita versi Steffi itu.

Semesta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang