"BERLIN BANGUN SARAPAN DULU SAYANG," teriak Citra--Bunda--Berlin.
Berlin hanya bergumam dan menutup kepalanya dengan bantal. "5 menit Bun," kata Berlin pelan.
"ASTAGA NAK, INI TUH UDAH JAM 9, BANGUN GAK CEPET! AYAH UDAH NUNGGUIN DI MEJA MAKAN," teriak Citra yang sudah naik satu oktaf.
Berlin tak menjawabnya, walaupun ia masih bisa mendengar teriakan Bundanya itu.
Apa ya cara ampuh bangunin dia? Batin Citra bertanya-tanya.
"NAK PACARMU DATANG ITU, CEPET BANGUN!" Teriak Citra.
Sontak mendengar kata pacar Berlin langsung bangkit dan berlari membuka kunci pintu kamarnya.
Astaga, gue lupa! Gue kan gak pernah punya pacar, batin Berlin menepuk pelan dahinya.
Ceklek!
Baru saja ia hendak mengunci kembali pintunya, namun Citra sudah membukanya terlebih dahulu.
"Akhirnya bangun juga kan," kata Citra tepat di hadapan Berlin.
"Astaga Bun, aku lupa kalo aku tuh gak pernah punya pacar, ngapain juga aku segala loncat dari kasur," Berlin berdecak sebal.
"Sana kamu cepet cuci muka, abis itu sarapan di bawah," titah Citra.
"Bun aku ngantuk, aku baru bisa tidur jam 6, Bun," kata Citra memohon.
"Itu urusan kamu, sana cepet, pokoknya Bunda tunggu di bawah, kalo gak dateng Bunda hukum pokoknya," ancam Citra.
"Iya-iya Bundaku yang bawel," kata Berlin membalikan badannya dan langsung menutup pintu kamarnya.
Sementara Citra hanya membulatkan matanya dan menggerutu di dalam hatinya. Ih Berlin ngeselin, awas aja nanti.
Sepasang Ibu dan anak itu memang sering berantem kecil, dan memang semua itu hanya karena hal sepele, jadi memang hal kecil seperti itu sudah terbiasa diantara mereka berdua.
Namun, keduanya memilik rasa sayang yang sangat begitu dalam walau sering cek-cok masalah yang sepele.
* * *
"Berlin, sini dulu sayang," panggil Citra yang sedang menonton televisi dengan Lukman--Ayah Berlin--.
"kenapa Bun?" Kata Berlin malas.
"Sini dek, Ayah mau ngomong bentar," kata Lukman. Dengan langkah malas Berlin menghampiri kedua orangtuanya.
"Bunda sama Ayah mau jodohin kamu--" kata Lukman terpotong oleh Belin.
"Jodohin? Oh god, are you kidding me?" Kata Berlin tertawa hambar.
"Ayah serius Lin! Dari pada kamu gak lanjut kuliah lagi, terus kerjaannya cuma main, main, dan main, lebih baik Ayah jodohin kamu sama anak temen Ayah dan Bunda!" Kata Lukman tegas.
"Bun?" Panggil Berlin lirih, berharap semua ini hanyalah sebuah drama.
"Iya sayang, ini sudah keputusan kami, demi kebaikan kamu juga sayang," kata Citra merangkul tubuh Berlin.
"Kalo Berlin gak mau gimana?" Kata Berlin dengan nada mengancam.
"Easy, semua fasilitas kamu Ayah ambil," kata Lukman menarik panjang napasnya. "Dan kamu gak boleh lagi tinggal disini," kata Lukman menaikan sebelah alisnya dan tersenyum miring. Ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Wife
Spiritual[Spiritual - Romance] Mungkin memang kisah kita hanya berawal dari sebuah perjodohan, dimana sebuah perjodohan itu tidak terdapat celah sedikit pun untuk dapat dibatalkan. Setiap tingkah laku konyolmu seakan air yang dapat menumbuhkan setiap inci d...