Dua Puluh Satu

939 27 3
                                    

Bara pulang dengan membawa sekantung plastik penuh dengan makanan. Sebelum pulang tadi Berlin sempat menghubungi Bara bahwa ia tidak masak untuk hari ini, alhasil Berlin menyuruh Bara untuk membawa beberapa pesanan makanan untuk dirinya.

Sementara Citra sudah pulang sekitar dua jam sebelumnya. Citra tidak ingin menginap karena merasa kasian dengan Lukman yang ia tinggal sendirian apabila Citra menginap di rumah Berlin.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Bara berjalan memasuki rumahnya. Terlihat sepi, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Bara menelusuri rumahnya. Ia tidak melihat Berlin. Wanita itu tidak ada di ruang keluarga, dapur, maupun halaman belakang rumahnya.

"Ameira?" Panggil Bara.

Bara memasuki kamarnya, ia menghembuskan napasnya pelan saat melihat Berlin yang sedang tertidur pulas di atas ranjangnya.

Bara menghampiri Berlin, ia duduk tepat di sampingnya. Bara memandang lekat wajah Berlin, setelah itu ia membenarkan anak rambut Berlin yang menutupi wajahnya.

Bara tersenyum melihat Berlin yang sangat tenang seperti itu. Bara mengusap pucuk kepala Berlin.

"Bangun, sayang."

"Kamu belum makan? Aku bawain makanan pesenan kamu. Kita makan bareng, ya?"

Berlin yang merasa terganggu tidurnya ia mulai membuka matanya secara perlahan. Pemandangan yang pertama kali ia lihat setelah membuka matanya adalah Bara yang sedang tersenyum tepat di atas wajahnya.

"Ih Bara!" Berlin mendorong wajah Bara yang berada tepat di atasnya, membuat Bara tersentak hingga hampir terjatuh.

Berlin tersipu malu, ia sedikit salah tingkah ketika bangun dari tidur yang pertama kali ia lihat adalah wajah Bara yang sedang tersenyum ke arahnya. Berlin buru-buru mengusap wajahnya agar terlihat kembali normal dan meredamkan hawa panas yang terasa membakar di pipinya.

"Ih galak banget! Bukannya dicium kek, peluk kek, malah didorong gitu!" Bara berdecak sebal sedetik setelah Berlin mendorong wajahnya.

"Ya lagian ngapain coba segala kaya gitu?" Kata Berlin dengan nada naik satu tingkat menatap Bara mengintimidasi.

"Surprise?" Kata Bara tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya.

"Berlin lebih terkejut sama makanan yang Bara bawa!" Kata Berlin antusias melihat sekantong plastik penuh makanan yang berada di tangan Bara.

Berlin memandang Bara dengan puppy eyesnya itu, berharap Bara segera memberikan makanan itu padanya.

"Kiss pipi kanan kiri dulu dong," ucap Bara menyeringai sambil menunjuk kedua pipinya.

"Gak usah bercanda deh, Bara!" Ucap Berlin cemberut.

"Aku gak bercanda, Ameira!" Kata Bara memandang Berlin tersenyum damai.

Berlin menghembuskan napasnya kasar.

"Tutup mata!" Kata Berlin penuh penekanan.

Bara mengangguk antusias, setelah itu ia menutup matanya. Namun, ia tetap berusaha untuk mengintip tidak menutup matanya secara utuh.

"Bara jangan ngintip!" Gertak Berlin saat melihat mata Bara tidak tertutup secara rapat.

Bara terkekeh geli saat dirinya dimarahi oleh Berlin agar tidak mengintip.

Berlin mendekatkan wajahnya hingga beberapa centimeter saja. Bara dapat mendengar dan merasakan deru napas Berlin yang mengenai wajahnya. Bara tersenyum.

My Bad WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang