Sembilan Belas

993 33 1
                                    

"Bara kita mau kemana?" Tanya Berlin.

Mereka berdua telah sampai disalah satu pusat perbelanjaan yang berada di Kota Bogor.

"Kamu maunya kemana?" Tanya balik Bara pada Berlin.

"Sekarang jam berapa?" Berlin bertanya pada dirinya sendiri, setelah itu dia mengecek jam pada ponselnya. Pada ponselnya tertera jelas jam menunjukkan pukul 12 siang.

"Bara, kita nonton aja, yuk?" Ajak Berlin sambil tersenyum lebar.

"Nonton apa? Emangnya ada film yang seru?" Tanya Bara memandang wajah Berlin yang berjalan tepat di sebelahnya.

"Gak tau, ya 'kan bisa kita liat dulu aja," kata Berlin memutarkan kedua bola matanya malas.

"Ya udah tapi pegangan dulu dong," kata Bara menghentikan langkahnya dan menjulurkan tangannya ke depan Berlin.

"Gak, bucin banget amit!" Kata Berlin memandang tangan Bara jijik. Lalu setelah itu Berlin langsung pergi begitu saja meninggalkan Bara yang masih diam memandangi tangannya. 

Bara memutarkan kedua bola matanya malas. Ia sudah yakin tahu betul pasti Berlin akan menolak ajakannya untuk bergandengan tangan.

Bara buru-buru menyamai langkah kaki Berlin.

"Yakin gak mau nih?" Tanya Bara menyeringai.

"Pegangan tangan segala, udah kayak mau nyebrang aja," Berlin berdecak sebal.

Bara terkekeh mendengar jawaban dari Berlin. "Yakin nih? Kapan lagi coba kamu digandeng cowok?" Bara masih mencoba merayu Berlin.

"Trek kali ah gandengan," Berlin berdecak sebal sambil memutarkan kedua bola matanya.

Tak lama setelah itu mereka sudah berada di depan kasir bioskop, melihat jadwal film apa saja yang tayang pada hari itu.

"Itu komedi mau gak?" Tanya Bara sambil menunjuk salah satu poster film.

Berlin mengikuti arah telunjuk Bara. Setelah itu Berlin mengerutkan dahinya dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Horror aja itu!" Kata Berlin penuh semangat sambil menunjuk salah satu poster film horror. "Film itu kata orang-orang bagus, ayo yang itu aja!" Lanjutnya.

Tanpa menunggu keputusan dari Bara, dia langsung pergi menuju kasir meninggalkan Bara yang masih terdiam di posisinya. Berlin memesan dua tiket film tersebut.

"Masih setengah jam lagi, mau ngapain dulu kita?" Tanya Berlin saat sudah di hadapan Bara lagi.

Bara menarik panjang napasnya dan menghembuskan napasnya secara perlahan.

"Ya udah sambil jalan temenin aku sholat dulu di masjid yuk," ajak Bara. "Tapi kenapa harus film itu, sih?" Lanjutnya lesu.

"Bara lebih takut setan apa Berlin?" Tanya Berlin mengangkat sebelah alisnya.

"Lebih takut kamu—"

Belum selesai bicara Bara sudah medesis kesakitan karena mendapat cubitan dari Berlin di pinggangnya.

"Aw! Sakit Ameira," kata Bara sambil mengelus pinggang bekas cubitan Berlin.

"Abisnya nyebelin Baranya," kata Berlin membuang muka.

"Ya gimana lagi ya," kata Bara sedikit terkekeh. "Ya aku rada takut aja nonton film horror, kaget denger suara backsoundnya," kata Bara sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya udah nanti kalo kamu takut, kamu boleh pegang tangan aku,"

"Kita setiap hari nonton film horror!"

My Bad WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang