Tiga belas

1.7K 51 5
                                    

Berlin terdiam mematung melihat seorang wanita dengan perawakan yang sungguh cantik.

Bara tak tahu harus berbuat apa saat itu. Bara hanya mengalihkan pandangannya agar tatapannya tidak bertemu dengan Naysila.

"Hai Naysila!" Sapa Berlin antusias sambil mengulurkan tangannya.

"Eh?" Naysila tersentak kaget. Ia hampir lupa jika ia tidak hanya sedang berdua dengan Bara, melaikan juga dengan Berlin. "Hai juga Berlin," lanjutnya sambil menyambut tangan Berlin.

"Kamu cantik Nay. Oh ya, aku istrinya Bara, baru kemarin menikah, itu juga mungkin aku kepentok lantai makanya aku terima dia,"  kata Berlin menyeringai.

Naysila hanya tertawa hambar mendengar penuturan kata Berlin.

"Kamu udah kenal lama sama Bara?" Tanya Berlin dengan senyum jailnya.

Berlin sebanarnya sudah paham dengan tatapan Naysila yang mengisyarakat sesuatu pada Bara.

Bara hanya menggumam tak jelas.

"Eh? Iya lumayan lama kok," kata Naysila tersenyum kaku.

"Bara?" Panggil Berlin.

"Hm?" Gumam Bara.

"Berlin ingin meng-ghibahi mu," kata Berlin dengan manja.

"Lalu? Tidak ingat bahwa kalau nge-ghibahin orang itu dosa, huh?" Kata Bara mengingatkannya.

"Maka dari itu Berlin meminta izin dulu pada dirimu Bara Tamada," kata Berlin sedikit jengkel.

"Lalu?" Tanya Bara.

"Bolehkan?" Kata Berlin penuh permohonan. "Terus kalo mau nge-ghibahin orang, terus orangnya ada di deket kita, 'kan kayak makan mie kuah ga pake kuah," lanjutnya.

"Jadi, kamu ngusir aku?" Kata Bara to the point.

Sementara disana Naysila layaknya sebuah patung. Ada tapi tak dianggap.

Jujur hatinya sangat sakit mendengar perbincangan kedua insan ini. Terlebih dia adalah orang yang kamu cintai, dan sedang berbicara leluasa dengan pujaan hati miliknya.

Sungguh menyakitkan.

Ingin rasanya detik itu juga Naysila lari menjauh dan meninggalkan kedua insan itu.

Namun seakan kakinya tidak dapat diajak kompromi. Berat rasanya untuk melangkahkan kaki itu.

"Aku gak bilang aku ngusir kamu loh ya," kata Berlin terkekeh.

"Yaudah, aku tunggu disana, ya?" Kata Bara sambil menunjuk kursi taman yang jaraknya lumayan jauh dari gazebo itu.

"Siap bos!" Kata Berlin semangat.

Entah mengapa hari itu Berlin begitu semangat dan gembira, tidak seperti biasanya.

"Assalamualaikum," pamit Bara.

Setelah Berlin dan Naysila menjawab salamnya, Bara langsung pergi meninggalkan gazebo itu. "Ingat jangan ngomongin aku yang jelek-jelek!" Katanya langsung berlalu.

"EMANG UDAH JELEK WEI!!"

***

"Tadi ngapain aja kamu berduan sama Naysila?" Tanya Bara saat memasuki kamarnya.

Berlin menghentikan langkahnya yang membuat Bara harus memutar balikkan badannya dan menatap Berlin lekat.

"Kamu Kepo!" Kata Berlin penuh penegasan.

Bara tetap memandang lekat wajah Berlin, seolah tak acuh dengan perkataannya.

Perlahan tapi pasti Bara menghapus jarak mereka berdua. Berlin yang menyadari itu hanya salah tingkah dan berjalan pelan mundur kebelakang.

My Bad WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang