Empat Belas

1.7K 55 1
                                    

Kini Adam, Fatimah, dan juga Bara sedang berkumpul di ruang keluarga. Mereka sedang asik menyaksikan salah satu acara di tv.

Berlin masih sedikit kesal pada Bara, bagaimana tidak? First kiss miliknya diambil di tempat yang benar-benar jauh dari kata romantis.

Semenjak makan malam hingga kini Berlin masih mendiami Bara, ia masih bungkam terhadapnya. Berlin tidak ingin mengatakan sepatah katapun pada Bara.

Bara menoleh dan memergoki Berlin yang sedang menatap kearahnya.

Berlin gelagapan, ia salah tingkah. Berlin langsung membuang muka begitu saja. Tanpa memperdulikan bahwa kini Bara sedang tersenyum jail kearahnya.

Berlin masih terkadang mencuri-curi pandang kearah Bara. Kini Bara berjalan pelan kearahnya.

Tunggu!

Bara jalan kearah gue?

Gimana ini?!

Berlin terlihat lebih panik daripada sebelumnya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Belum sempat berpikir yang aneh-aneh. Bara dengan santainya berjalan melewati Berlin tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Bahkan melirik saja mungkin tidak.

Berlin diam. Ia tidak berkutit sedikitpun.

Berlin masih mereka ulang adegan barusan di kepalanya.

Bara ngelewatin gue gitu aja?

Misi kek apa kek, ngga gitu?

Ini sebenernya disini siapa yang marah sih? Gue? Apa dia?

Tapi kok jadi dia yang keliatan marah sih?!

Berlin mencengkram kuat baju tidurnya. Mengapa ia begitu memikirkan hal ini? Ini sungguh tidak penting.

Jelas-jelas Berlin yang marah! Tapi mengapa malah Bara yang mendiaminya seperti ini?

Berlin akan meminta penjelasan saat ini juga!

Ya saat ini juga.

Berlin tampak bergegas menuju kamarnya, tanpa memperdulikan mertuanya yang sebenarnya sedari tadi memperhatikan gerak-gerik dirinya.

"Berlin kenapa Bi?" Tanya Fatimah pada Bara.

"Emang Berlin kenapa?" Tanya balik Adam.

"Ih tau ah, ditanya malah nanya balik," kata Fatimah sedikit kesal.

* * *

Kini Berlin tengah termengung di sisi ranjang.

Saat Berlin membuka pintu kamarnya secara perlahan, dan mengedarkan pandangannya, ternyata hasilnya nihil.

Ia tidak sama sekali merasakan adanya hawa kehidupan manusia disana.

Lebih tepatnya, ia sama sekali tidak melihat Bara sedang ada di kamar itu.

Kemana sebenarnya Bara itu?

Ah, Berlin memang masih tak begitu mengerti dengan jalan pikir suaminya itu.

Tunggu?

Suami?

Gue udah nganggep dia itu suami gue?

Masa sih?

Tanpa sadar Berlin terkekeh pelan dengan jalan pikirnya.

My Bad WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang