Berlin dan Bara melotot kaget saat ada seorang wanita dengan suara yang sudah amat dikenali meneriaki mereka. Sontak mereka langsung melihat ke arah sumber suara, di sana mereka melihat Fatimah sedang bertolak pinggang ke arah mereka.
"NGAPAIN PELUK-PELUKAN DALEM KOLAM RENANG SEGALA ASTAGFIRULLAH!" Teriak Fatimah saat memergoki Bara dan Berlin tengah berpelukan dalam kolam renang.
Fatimah menggelengkan kepalanya, ia merasa senang dan heran saat melihat kedua insan tersebut. Senang karena hubungan mereka semakin dekat, dan heran mengapa mereka harus berpelukan di tengah kolam renang.
Bara langsung berenang menuju tepi dan keluar menghampiri Fatimah. Sementara Berlin hanya mematung menahan malu. Ia berjalan pelan keluar kolam renang.
"Gak! Kamu basah," tolak Fatimah saat Bara berusaha meraih tangan Fatimah untuk salim.
"Umi dateng sama siapa?" Tanya Berlin tersenyum kaku saat tepat berdiri tidak jauh dari Fatimah.
"Kalian ini apa-apaan sih," kata Fatimah memerhatikan mereka dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Gak ganti baju, langsung nyebur gitu aja? Gak malu apa sama anak kecil," lanjutnya sambil mengerutkan dahinya terheran-heran.
"Bara tuh umi," kata Berlin cemberut sambil menatap Bara sinis. "Dia dorong aku ke kolam renang," lanjutnya.
"Apa-apaan," kata Bara berusaha membantah Berlin. "Ya Bara mau nolongin dia naik, malah narik Bara, mi."
"Udah-udah!" Kata Fatimah berusaha melerai. "Udah gede masih aja kelakuan kayak anak kecil. Umi dateng sama Abah, ada di depan. Dateng-dateng pintu ke buka gitu aja, barang-barang belum diberesin. Ternyata malah pada asik peluk-pelukan," kata Fatimah menyeringai terkekeh di ujung kalimatnya.
"Salah Bara pokoknya, mi,"
"Kamu!"
"Bara. Titik."
"Kok-"
"Sudah!" Kata Fatimah dengan nada naik satu tingkat. "Sana mandi! Baju belom ganti udah kuyup semua gitu," titah Fatimah.
"Iya mi," balas Berlin sambil mengangguk pelan.
Setelah itu Berlin dan Bara berjalan seiringan menuju dalam rumah. Sempat saling dorong mendorong menyalahkan sambil berjalan.
"Hey!" Teriak Fatimah.
Sontak mereka berdua menghentikan langkahnya dan memutarkan badannya melihat ke arah Fatimah dengan ekspresi penuh tanya.
"Kalian mandi bareng, ya!"
* * *
Suasana villa menjadi semakin ramai ketika Citra dan Lukman, orangtua Berlin juga ikut datang berlibur di villa itu. Mereka datang sore hari, karena Citra menunggu Agra yang menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu.
Fatimah, Berlin dan Citra sedang berkutit di dapur menyiapkan makan malam. Mereka memasak banyak makanan untuk menemani makan malam kedua keluarga itu. Berlin hanya dapat kebagian tugas untuk potong memotong, karena Citra dan Fatimah juga tahu betul kalau Berlin belum bisa memasak.
"Bunda, umi, ini kok perih banget sih mata," kata Berlin meneteskan air mata saat memotong bawang.
"Ya namanya juga bawang, lebay aja sih kamunya juga," cibir Citra.
"Atuh sini biar umi aja yang potong, kamu cuci muka aja sana," kata Fatimah sedikit khawatir pada Berlin.
"Hih biarin aja, mi! Biar dia belajar," kata Citra sambil memukul pelan tangan Fatimah saat ia ingin mengambil alih posisi Berlin yang sedang memotong bawang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Wife
Spiritual[Spiritual - Romance] Mungkin memang kisah kita hanya berawal dari sebuah perjodohan, dimana sebuah perjodohan itu tidak terdapat celah sedikit pun untuk dapat dibatalkan. Setiap tingkah laku konyolmu seakan air yang dapat menumbuhkan setiap inci d...