Sembilan

1.7K 62 1
                                    

Brak!!

Pintu dibuka dengan kencang. Semua yang berada di ruangan itu sontak kaget dan menatap ke arah pintu.

Disana, terdapat wanita sedang berdiri mematung. Wanita itu begitu cantik, mengenakan dress selutut berwarna merah dan wadges senada yang tidak begitu tinggi.

"TASYAAAAAA! GUE PIKIR LO GABAKAL DATENG!" Teriak Berlin kencang dan langsung memeluk sahabatnya itu.

"Dateng dong, masa sahabat gue nikahan gue ga dateng sih," kata Tasya terkekeh pelan.

Hari ini, Berlin akan menikah, dengan lelaki yang teramat belum ia kenal.

Jam sudah menunjukan pukul 8 pagi, sementara akad akan di laksanakan pada pukul 9. Masih ada 1 jam lagi untuk Berlin mencurahkan perasaannya pada Tasya.

Berlin menarik Tasya menuju sisi ranjangnya, dan mengajaknya duduk.

"Tas, sumpah satu jam lagi gue nikah Tas," kata Berlin.

"Ya terus kenapa?" Tanya Tasya.

"Ih sumpah ini gue deg-deg'an banget Tas," kata Berlin sembari memegang dadanya dengan kedua tangannya. "Dikit lagi status gue berubah Tasyaaa.. dan gue masih ganyangka itu," kata Berlin panjang lebar.

"Ada yang jauh lebih penting dari itu," kata Tasya serius, Berlin menatap Tasya. "Sumpah, lo cantik banget Bey," kata Tasya sembari menyentuh wajah Berlin.

Pipi berlin bersemu merah. "Kan emang dari dulu gue udah cantik, gimana sih lo," kata Berlin mengibaskan rambutnya.

Berlin mengenakan abaya pernikahan wanra putih, benar-benar tertutup hingga menjutai panjang ke bawah. Tapi itu seakan menambah kecantikan Berlin yang ia miliki.

"Halah, nyesel gue muji," kata Tasya manyun. "Bey, gue malu nih, minjem baju kek," rengek Tasya.

"Buat apaan? Kok malu?" Kata Berlin.

"Ya gue malu, lo kenapa ga bilang kalo akadnya bakal dilaksanain di pesantren calon lo ini, gue berasa salah kostum tau gak!" Kata Tasya.

"Lagian bego lo kok gak ilang-ilang sih, Tas, gue mah bingung sama lo," kata Berlin sembari beranjak dari ranjangnya.

"Hehe, bego gini tetep aja sahabat-sahabat lo juga nying!" Kata Tasya terkekeh.

Sementara Berlin terlihat mengacak-acak koper miliknya. "Nah! Nih Tas, gue dapet," kata Berlin sembari mengangkat tinggi tinggi gamis yang ada di kopernya itu.

"Gile aja lu bego, yakali gue pake gamis," kata Tasya memutar bola matanya. "Elah banyak bacot lo! Pake atau ngga nih?" Kata Berlin menghampiri Tasya. "Kalo gak mau juga gak masalah, ga rugi juga gue," lanjut Berlin berbalik.

"Tunggu, iya-iya gue pake elah," kata Tasya sembari mengabil gamis berwarna hijau muda itu.

"Sekalian gak sama hijabnya?" Tanya Berlin mengkat alisnya. Sementara Tasya hanya memutar bola matanya.

* * *

Tangan Berlin sudah basah akibat kegugupannya itu. Disebelahnya sudah terdapat orang-orang yang teramat berarti di dalam hidupnya.

"Sayang? Jangan keringetan gitu dong, nanti make up kamu luntur," kata Citra sembari mengelap keringat yang membasahi wajahnya.

"Tau lo! Nanti suami lo kebauan pas lo nyamperin dia gimana? Bodoh!" Kata Tasya.

"Untung sahabat gue lo Tas," kata Berlin menyeringai.

My Bad WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang