Berlin terperanjat kaget saat yang pertama kali ia lihat setelah bangun tidur adalah Bara.
Jarak antara keduanya hanya sebatas satu jengkal saja. Berlin tidak dapat menggerakan tubuhnya, karna tangan kekar Bara sedang memeluk tubuhnya.
Berlin hanya dapat mempertahankan posisinya terus seperti itu, ia tidak ingin menganggu Bara yang sedang tertidur pulas. Lagi pula Berlin sedang melihat menikmati setiap inci dari wajah tampan Bara.
Ia tersenyum melihat Bara yang sedang tertidur pulas. Baginya melihat Bara tertidur pulas adalah sesuatu yang sangat lucu. Mendengar setiap hembusan napasnya dan juga dengkuran dari Bara membuat Berlin tidak dapat melepaskan senyuman dari wajahnya itu.
Tanpa sadar Berlin memejamkan matanya dan menghapus jarak diantara keduanya. Ia bermaksud ingin mengecup kening Bara.
"Eits! Masih shubuh udah nyosor aja," kata Bara sambil menaruh telunjuknya tepat di bibir Berlin.
Berlin terperanjat kaget dan langsung turun dari ranjangnya. Ia benar-benar malu.
Berlin membuang muka dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Bego..bego..Berlin bego!
Berlin menggelengkan kepalanya cepat. Pipinya terasa panas karena malu.
"Yakin nih gajadi ngasih moring kissnya?" Kata Bara menggoda.
"Tadi tuh gak sengaja!" Kata Berlin mengeles. "Udah ah sana mandi! Dikit lagi adzan shubuh," kata Berlin lalu pergi begitu saja meninggalkan Bara sendirian di kamarnya.
Walau sudah keluar dari kamar tetapi wajah berlin masih terlihat merah merona karena malu. Sementara di lain sisi Bara hanya terkekeh melihat Berlin yang sedang menahan malu.
* * *
Pagi ini Fatimah, Adam serta Bara dan Berlin sedang menyantap sarapan nasi goreng spesial di meja makan.
Yang membuat nasi goreng ini spesial bukan karna ada bahan-bahan makanan yang tercampur enak dalam nasi goreng. Melainkan bagi Bara karena yang membuat nasi goreng ini adalah Berlin, walau dibantu oleh Fatimah. Namun tetap aja nasi goreng ini adalah menu spesial baginya.
Berlin menyendokan nasi ke piringnya. Setelah itu melahap sarapannya dengan khidmat. Sementara Bara masih menunggu Berlin menyendokkan nasi goreng untuknya. Namun itu hanya sebuah ekspetasinya yabg tidak sesuai dengan kenyataannya.
Bara memandang lekat-lekat piringnya yang masih kosong.
Sementara Fatimah dan Adam hanya terkekeh melihat raut muka Bara yang menekuk seperti itu.
"Loh? Ga makan? Enak loh ini, nanti aku habisin kamu ga kebagian lagi," kata Berlin saat meliat Bara yang masih belum makan.
Bara tidak menjawabnya, melainkan ia malah cemberut tidak menggubris perkataan dari Berlin.
"Bara ngambek Berlin. Kamu mah gak peka sih, dia minta di sendokin itu," kata Fatimah memberi tahu Berlin.
"Loh minta disendokin? Sama Berlin?" Kata Berlin menatap Bara sambil mengangkat sebelah alisnya. "Manja deh," kata Berlin lalu melanjutkan melahap sarapannya.
Bara menatap Berlin dengan tatapan kesal. Dia kira Berlin akan langsung menyendokkan nasi untuknya? Ternyata ia malah lanjut memilih untuk makan kembali sarapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Wife
Spiritual[Spiritual - Romance] Mungkin memang kisah kita hanya berawal dari sebuah perjodohan, dimana sebuah perjodohan itu tidak terdapat celah sedikit pun untuk dapat dibatalkan. Setiap tingkah laku konyolmu seakan air yang dapat menumbuhkan setiap inci d...