Bara sedang mengamati Berlin yang tengah tertidur pulas disampingnya. Badannya meringkuk kearah kaca. Dengkuran halus Berlin sanggup membuat Bara tertawa geli.
"Kamu tuh kalo diem kan cantik," kata Bara sembari mengamati setiap inci dari wajah Berlin.
"Kamu itu cantik, tapi ngeselin. Namun tetap saja aku suka," kata Bara terkekeh.
Bara menepuk pelan pipi Berlin, berusaha untuk membangunkannya. "Berlin bangun, udah sampe," kata Bara.
Berlin hanya bergumam pelan.
"Berlin bangun," kata Bara masih sambil menepuk pelan pipi Berlin.
Masih tidak ada respon darinya, Bara sudah kesal karna istrinya itu susah sekali untuk dibangunkan.
"Berlin, bangun dong!" Kata Bara sambil sedikit geram.
Perlahan Berlin membuka matanya dan melihat kearah sekelilingnya. "Masih ngantuk juga, ganggu aja deh," kata Berlin yang masih setengah tersadar.
"Kita udah sampe, terserah kamu masih mau disini atau turun. Kalo kamu masih mau disini, aku milih turun ninggalin kamu," kata Bara lalu keluar dari mobil dan meninggalkan Berlin yang masih setengah tersadar di dalam mobil.
Berlin menekuk wajahnya saat tersadar bahwa ia telah ditinggal oleh Bara.
Ngeselin banget sih, batin Berlin bersorak.
* * *
Saat turun dari mobil Berlin sempat berpikir ia sedang berada dimana saat ini. Lingkungan yang ia lihat saat ini benar-benar asing.
Ia melihat sekelilingnya. Ada sebuah taman tidak begitu besar yang sudah ada berbagai macam tanaman hias disana. Ada bangunan utama; rumah minimalis dua lantai yang berwarna hijau tosca. Ada sebuah teras cukup besar, samping taman ada parkiran yang diperkirakan dapat memampung sampai 3 mobil. Ada juga sebuah garasi yang berada disamping bangunan utama.
Walau ragu tetapi Berlin memilih untuk terus berjalan perlahan memasuki bangunan utamanya.
"Katanya mau pulang? Kok mampir ke rumah orang dulu sih?" Gumam Berlin mencibir Bara.
"Berlin? Masuk cepet!" Teriak Bara dari dalam rumah itu. Perlahan tapi pasti Berlin memasuki rumah itu.
Rumah ini cukup nyaman bagi Berlin, memang terlihat biasa saja dari luar, namun saat memasuki rumah tersebut ternyata cukup luas dan juga bersih.
"Bara ada dimana? Dede gemes mencarimu?" Kata Berlin cukup kencang sambil memerhatikan sekelilingnya.
"Aku disini sayang," kata Bara mengagetkan Berlin yang tiba-tiba muncul dari belakang.
"Apaan sih? Bikin kaget aja tau ga?" Kata Berlin sambil memutarkan kedua bola matanya.
Bara tidak menggubrisnya, melaikan Bara hanya melewatinya begitu saja dan duduk disalah satu sofa ruang keluarga di rumah itu.
"Sini dong, ngapain jadi kaya patung disitu?" Kata Bara sambil menepuk sofa disebelahnya yang kosong.
Berlin menghampirinya dan duduk tepat disebelah Bara. Ia hanya duduk tertidak tanpa berniat ingin berkata atau melakukan apapun.
"Gak ada yang kamu mau tanyain ini seriusan?" Tanya Bara.
"Banyak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Wife
Spiritual[Spiritual - Romance] Mungkin memang kisah kita hanya berawal dari sebuah perjodohan, dimana sebuah perjodohan itu tidak terdapat celah sedikit pun untuk dapat dibatalkan. Setiap tingkah laku konyolmu seakan air yang dapat menumbuhkan setiap inci d...