"Kok wajah lo lusuh banget sih, Bar, kenapa?" Tanya Riko--teman kerja Bara--.
"Padahal 'kan lo baru aja selesain kasus pembunuhan anak pejabat ternama di negeri kita ini," lanjut Riko.
"Iya nih, bintang perusahaan kita kenapa lesuh begini nih?" Tanya seorang perempuan dari meja kerjanya--Cika--.
"Ribet deh lo berdua, gua cuma pusing aja mikirin masa depan gue nanti," kata Bara sembari memutarkan kedua bola matanya.
"Masa depan lo? Ayolah, masa depan lo tuh udah ngga diragukan lagi, Bar. Secara lo sekarang ini adalah pengacara ternama di negeri ini man!" Kata Riko sembari berjalan ketempat meja kerjanya.
Lo gak tau aja isteri gue gimana sangarnya, batin Bara bersorak.
"Iya tuh bener kata Riko, bahkan kalo lo mau sekarang juga lo udah bisa beli rumah gedongan," timpal Cika seraya terekekeh.
"Alah tau lah," kata Bara lesuh. "Besok gue udah ngambil jatah cuti gue, ya kira-kira sampe seminggu setelah gue nikah lah," Kata Bara.
"Mantap! Ya udah doain gue juga ya sama Cika, biar cepet-cepet jadi," Kata Riko seraya mengedipkan sebelah matanya ke Cika.
"Alah somplak! Mana mau gue sama lo!" Kata Cika memutarkan kedua bola matanya malas.
"Haha! Gue mah selalu doain kalian yang terbaik aje deh pokonya!" Seru Bara.
"Btw, nanti cerita-cerita ya Bar, malem pertamanya ke gue," kata Riko betsemangat.
Tepat sedetik setelah Riko menyelesaikan ucapannya, sudah di sambut dengan pulpen yang dilempar oleh Bara.
"Aduh! Sakit Bar, tega banget sih," keluh Riko sembari mengusap keningnya.
"Bodo!" Kata Bara yang langsung berdiri dan meninggkalkan ruangan kerjanya.
"Mau kemana lo Bar?" Tanya Cika.
"Biasa mau ketemu pak Bos dulu, mau ngambil cuti gue," kata Bara.
"Oh oke-oke! Semoga lancar deh ya nikahannya bro!" Ucap Riko.
Bara hanya bergumam dalam hati.
Justru gue berharap keluarga dia yang di planet mars datang dan menjemput dia untuk kembali ke planetnya tepat sebelum gue nikah sama dia. Ya semoga aja.
* * *
"Bara," panggil Fatimah.
"Ada apa Umi?" Sahut Bara sembari berjalan menuju meja makan.
"Apa kamu sudah mengambil cutimu?" Tanya Fatimah sembari membawa masakannya menuju meja makan.
"Sudah Umi. Tadi siang, tepat pukul 1 siang lewat 32 menit 21 detik," jawab Bara sembari mengemil kripik singkong yang berada di meja makan itu.
"Hus! Kamu ini kalo ditanya jawabnya malah begitu," kata Fatimah.
"Lalu Bara harus bagaimana Umi?" Kata Bara sembari melihat Fatimah. "Oh iya Umi, setelah Bara menikah nanti, Bara akan tinggal dimana, mi?" Tanya Bara.
Fatimah tersenyum saat Bara mengatakan kata nikah. "Kalo urusan itu mungkin nanti kamu beberapa hari tinggal rumah orangtua calon isterimu itu, lalu beberapa hari kemudian kamu tinggal disini," kata Fatimah seraya duduk di kursi meja makan.
"Umi, boleh Bara bertanya lagi pada Umi?" Tanya Bara menatap Uminya dengan serius.
"Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Wife
Spiritual[Spiritual - Romance] Mungkin memang kisah kita hanya berawal dari sebuah perjodohan, dimana sebuah perjodohan itu tidak terdapat celah sedikit pun untuk dapat dibatalkan. Setiap tingkah laku konyolmu seakan air yang dapat menumbuhkan setiap inci d...