Empat

1.9K 74 17
                                    

Hanya suara dentingan sendok dan piring yang menemani makan malam keluarga Bara.

"Bara, Umi sama Abi berniat menjodohkan kamu," kata Adam tepat selesai menelan suapan terkahirnya.

"Hah?" Kata Bara kaget.

"Bara udah gede Abi, Umi. Bara juga udah ada calonnya," kata Bara menatap Fatimah dan Adam.

"Umi niatnya jodohin kamu sama anak temen Abi dan Umi," kata Fatimah menatap Bara.

"Tapi Bara baru aja mau minta izin Abi dan Umi buat mengkhitbah Naysila," ucap Bara terdengar lirih.

"Naysila?" Kata Fatimah sedikit tidak percaya. "Yang mengajar di pondok itu juga?" Lanjutnya.

Bara hanya bergumam dan mengangguk pelan.

"Perjodohan ini akan tetap berlangsung, dan pernikahan kalian akan di laksanakan dua minggu lagi dari sekarang," kata Adam tegas.

"Tapi Abi?" Kata Bara menatap Adam penuh harap. "Bara menolaknya," kata Bara membuang mukanya.

"Kalau begitu kamu keluar dari rumah ini dan jangan pernah anggap Abi dan Umi kamu itu sebagai orangtuamu lagi," kata Adam penuh penekanan.

"Abi," ucap Fatimah pelan.

"Lalu bagaimana dengan Naysila, bi? Bara sudah bicara dengannya untuk segera mengkhitbahnya Bi," kata Bara lirih.

"Itu urusanmu, Abi tidak tahu menahu," kata Adam yang sudah berdiri dari kursinya.

"Pernikahan akan dilaksanakan disini, dan itu tinggal dua minggu lagi, persiapkan dirimu. Tidak ada penolakan," kata Adam yang langsung berlalu meninggalkan Fatimah dan Bara di meja makan.

"Umi?" Panggil Bara lirih, menatap Fatimah.

"Sholat istiqarah lah sayang, InshaAllah kamu akan mendapatkan jawabannya," kata Fatimah tersenyum menenangkan.

"Baik Umi. Bara menyetujuinya jika ini memang permintaan dari Abi dan Umi, Bara juga yakin pilihan Abi dan Umi pasti adalah pilihan yang terbaik untuk Bara," kata Bara tersenyum lirih.

"Umi sayang Bara," kata Fatimah yang langsung memeluk Bara penuh kasih sayang.

"Bara juga sayang Umi," kata Bara membalas pelukan Fatimah.

* * *

Hari-hari telah berlalu, sementara satu minggu dari sekarang adalah pernihakan Bara dengan wanita entah siapa Bara tidak mengenalnya.

Bara hanya berlamun di gazebo pondok. Sudah berhari-hari ia menghabiskan waktu disana. Hanya untuk menenangkan diri.

Pertanyaannya adalah, apa dia bisa menerima wanita itu kelak? Apa yang harus dia lakukan? Menikah dengan wanita yang bahkan nama pun ia belum mengetahuinya.

Naysila?

Terlintas nama itu di pikiran Bara, bahkan sampai sekarang pun ia masih belum memberitahu kabar ke Naysila soal pernikahannya.

Sementara Naysila disana pasti sudah menunggu atas semua jawabannya, tega kah dia? Memberi harapan palsu kepada wanita sebaik Naysila?

Ia tak bisa membohongi perasaanya, jauh di hatinya ia mencintai Naysila, namun ia jauh lebih mencintai Abi dan Uminya.

Lalu bagaimana dengan Naysila?

Bara mengusap wajahnya dengan kasar, ia lelah memikirkan semua ini.

Pernikahan dengan seorang wanita yang bahkan nama pun ia tak mengetahuinya.

My Bad WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang