"Bara kok macet sih?" Keluh Berlin cemberut.
Mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju puncak. Jalanan terlihat macet terdapat banyak kendaraan yang sedang menuju puncak juga.
"Ya mana aku tau, biasanya juga kalo hari biasa gak macet," kata Bara mengangkat kedua bahunya tidak tahu.
"Ini 'kan hari biasa, kenapa macet?" Tanya Berlin melas memandang wajah Bara.
"Ya aku gak tau, sayang," Bara mencoba tersenyum melihat ke arah Berlin.
"Ih bego!"
Bara melotot kaget saat mendengar kalimat yang Berlin ucapkan. Sementara setelah itu Berlin hanya terkekeh karena melihat wajah Bara saat itu.
Bara menyubit hidung Berlin cukup kencang. Menyalurkan sedikit emosi kesalnya pada Berlin.
"BARA SAKIT! NANTI BERLIN-"
"Hidung kamu merah, kaya badut ulang tahun," kata Bara terkekeh memotong ucapan Berlin.
"Padahal badut lucu," kata Berlin memutarkan kedua bola matanya malas.
"Ya aku juga gak bilang kalo badut ulang tahun itu gak lucu," balas Bara sambil terkekeh membuang pandangannya menuju depan untuk fokus menyetir lagi.
"Terserah deh. Itu jalan dikit buruan!" Titah Berlin dengan nada naik satu tingkat saat melihat mobil depan mereka jalan sedikit.
"Gak sabaran banget sih, yang penting 'kan nyampe," kata Bara sambil melajukan mobilnya beberapa meter.
"Ya aku capek di mobil terus," keluh Berlin dengan wajah yang sangat melas. "Pantat aku tepos," lanjutnya.
"Tuh nyemil aja ciki di belakang ambil sana!" Titah Bara sambil menengok jok belakang mobil yang penuh dengan makanan camilan.
"Pinter juga kamu!" Kata Berlin sumringah dan langsung berusaha mengambil kripik kentang yang berada di jok belakang mobil.
"Dari dulu kali."
Berlin sudah duduk kembali seperti semula dengan tangan yang sudah memegang kripik kentang. Ia membukanya dan memakannya satu persatu sambil melihat ke arah jalanan yang masih saja macet.
"Aku gak disuapin?" Kata Bara memandang Berlin penuh harap.
Berlin hanya tersenyum miring. "Manja banget, sini mangap!" Setelah itu memberikan beberapa kali suap kripik kentang untuk Bara.
"Gitu dong, dari kemarin-kemarin kek kaya begini," kata Bara tersenyum lebar.
"Lama banget, sih! Berlin udah bete banget sumpah ini," kata Berlin dengan wajah yang benar-benar sudah tertekuk.
"Kenapa gak sabaran banget sih kamu?" Tanya Bara sambil tersenyum miring menatap Berlin.
"Ya udah dua jam lebih di mobil, gimana gak bete-"
"Pengen buru-buru honeymoon, ya?"
"Honeymoon sana sama kripik!"
* * *
Berlin bernapas lega saat keluar dari mobil. Ia terlihat sangat senang saat sudah sampai di villanya. Wajahnya sangat menggambarkan kebahagiaan yang ia rasakan saat itu.
Tidak lama setelah itu Bara juga ikut keluar dari dalam mobil. Ia tersenyum saat melihat Berlin yang sedang kegirangan menghirup napas dalam-dalam merasakan udara yang sejuk itu.
"Bara ayo masuk!" Titah Berlin penuh semangat melihat ke arah Bara berdiri.
"Kuncinya 'kan di kamu, masuk duluan aja! Aku mau bawa barang-barang yang ada di dalem mobil dulu," kata Bara yang langsung pergi membuka bagasi mobil mereka dan menurunkan beberapa barang.
"Ya udah Berlin duluan masuk, ya?" Kata Berlin yang setelah itu berlalu memasuki villa tersebut.
Berlin melihat sekeliling villa. Terdiri dari 2 lantai, memiliki 3 kamar berada di lantai bawah dan 1 kamar di lantai dua. Terdapat 3 kamar mandi, dengan 1 kamar mandi di dalam kamar utama, 1 kamar mandi di lantai bawah, dan 1 kamar mandi di lantai dua.
"BARA! KITA TIDUR DI KAMAR ATAS YA!" Teriak Berlin saat menuruni anak tangga.
"OKE!"
Berlin kembali berkeliling villa. Villa milik keluarga Bara ini cukup besar, terdapat taman dan kolam renang yang berada di halaman belakang rumah. Berlin menyingkapkan gamisnya, ia duduk di pinggir kolam renang dengan kaki yang sudah ia turunkan merasakan dinginnya air kolam renang tersebut.
"AAAA-"
Berlin berteriak sedetik saat ia merasa ada yang mendorongnya ke dalam kolam renang. Ia sudah benar-benar basah kuyup sekarang. Ia mengusap wajahnya yang masih penuh dengan air, ia memandang Bara yang sedang terkekeh melihat ke arahnya.
Berlin menahan amarahnya, ia memandang Bara dengan tatapan penuh kekesalan. Berlin mengambil ancang-ancang untuk menyipratkan air ke Bara.
"BARA! AKU JADI BASAH KUYUP!" Teriak Berlin penuh amarah. "SINI KAMU JUGA HARUS BASAH!" Lanjutnya masih berusaha untuk menyipratkan air dengan kedua tangannya ke Bara.
Dengan mudahnya Bara menghindar dari cipratan tersebut. Ia mengambil beberapa langkah mundur menjauhi kolam renang.
"BARA! BERLIN SEBEL BANGET SEBEL BANGET!"
"Abis kamu juga sering ngeselin sama aku sih," kata Bara menyeringai meledek Berlin sambil menjulurkan lidahnya.
"Dingin Bara, bantu aku naik," Berlin memasang wajah cemberut sambil memegang bahunya menahan dingin.
"Iya-iya sini naik," kata Bara mendekatkan dan mengulurkan tangannya pada Berlin.
Alih-alih Berlin ikut naik dibantu oleh Bara, dia malah menarik Bara agar ikut jatuh ke dalam kolam renang.
Berlin tertawa puas saat Bara benar-benar juga ikut jatuh masuk ke dalam kolam renang.
"KOK AKU MALAH DITARIK SIH!" Ucap Bara cemberut.
"Bara salah berurusan dengan Berlin," ucap Berlin menyeringai yang setelah itu berenang menjauhi Bara.
"TUNGGU AKU YA!" Teriak Bara ikut berenang mengejar Berlin.
Bara meraih tangan Berlin, Berlin menghentikan renangnya saat mereka sudah benar-benar berada di tengah kolam renang.
Mereka berdua berdiri berhadapan di tengah kolam renang. Bara menatap mata Berlin, ia memegang kedua bahu Berlin erat. Berlin tak bergeming sedikitpun, ia juga membalas tatapan Bara.
Berlin merasakan degup jantung yang tidak biasa, jantungnya berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya. Begitu pula yang dirasakan oleh Bara.
"Serius banget muka kamu," kata Bara sambil mengguyur wajah Berlin dengan air kolam renang.
"BARA!" Teriak Berlin sambil berusaha melepaskan genggaman Bara pada dirinya sambil berusaha ikut membalas Bara dengan menyipratkan air kolam renang kepadanya.
"BARA DIEM AKU GAK BISA NAPAS NANTI!" Kata Berlin yang kalah tenaga oleh Bara yang masih menyiram air kolam renang pada Berlin.
Bara menghentikan itu, ia kembali memegang bahu Berlin dengan erat. Ia kembali menatap Berlin dengan tatapan yang cukup memabukkan bagi Berlin.
"Kamu-" kata Bara menghembuskan napasnya pelan. "Cantik banget hari ini,"
Bara tersenyum, hal ini menyebabkan pipi Berlin merah merona. Ia tidak bisa menahan senyumnya. Tercetak jelas senyuman itu di wajah cantiknya.
"Terimakasih Bara."
Bara mendekap memeluk Berlin setelah itu. Secara perlahan namun pasti, Berlin juga membalas pelukan erat tersebut.
Mereka berpelukan erat tepat di tengah kolam renang. Berlin memejamkan matanya, ia merasakan kehangatan di sana, ia merasa sangat nyaman ketika Bara memeluknya erat seperti itu. Senyuman terukir indah dikedua insan tersebut dan menikmati setiap inci detik yang terjadi saat itu.
"HEY KALIAN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Wife
روحانيات[Spiritual - Romance] Mungkin memang kisah kita hanya berawal dari sebuah perjodohan, dimana sebuah perjodohan itu tidak terdapat celah sedikit pun untuk dapat dibatalkan. Setiap tingkah laku konyolmu seakan air yang dapat menumbuhkan setiap inci d...