Dua Puluh

958 26 0
                                    

"Aku harus berangkat kerja hari ini," kata Bara sambil mengambil satu lapis roti yang sudah disiapkan oleh Berlin.

"Bukannya masih ada jatah libur cuti?" Tanya Berlin memandang lekat wajah Bara.

"Iya tapi suruh pak bos ke kantor dulu untuk hari ini karena ada klien penting," jawab Bara sambil mengigit roti yang sudah berada di tangannya.

"Bulan madu aja belum, udah mau kerja lagi aja," cibir Berlin menyeringai.

Bara menaruh kedua tangannya di atas meja. Menarik panjang napasnya lalu menatap Berlin tajam.

"Jadi kamu mau bulan mau?" Tanya Bara.

"Gak jadi deh," kata Berlin membalikan badan. "Nanti Bara malah minta yang aneh-aneh," lanjutnya sambil menuju arah dapur meninggalkan Bara sendirian.

Bara memutarkan kedua bola matanya malas. Ia lebih memilih kembali menikmati sarapannya pagi ini.

"Mau bulan madu kemana emang?" Tanya Bara. "Puncak?" Lanjutnya menyeringai.

Berlin membuang napasnya kasar. "Iya puncak Everest!" jawab Berlin sedikit ketus.

"Kamu lagi mens gini makin galak banget sih," kata Bara pelan.

"Apa? Coba Bara ngomong sekali lagi?" Ucap Berlin sambil bertolak pinggang menatap Bara dari arah dapur.

"Apa? Aku bilang kamu makin cantik," ucap Bara sambil menaikan kedua bahunya dan membuang pandangannya.

"Udah sana lah kamu pergi berangkat kerja aja!" Usir Berlin dengan wajah kesalnya.

Sejak pulang dari restoran kemarin entah mengapa suasana hati Berlin menjadi tidak terkendali. Menjadi lebih mudah marah pada Bara.

Sejak pertemuannya dengan Naysila, sejak Naysila dan Bara yang menatap secara diam-diam, itu semua membuat dirinya sedikit cemas. Ia tidak suka akan hal itu. Tapi Berlin masih cukup keras dengan pikirannya bahwa ia tidak akan mencintai Bara.

"Ya udah deh aku jalan berangkat kerja dulu ya," kata Bara sambil berdiri dan menatap Berlin yang sedang berkutit mencari sesuatu di kulkasnya.

"Ya udah hati-hati!" Kata Berlin masih sibuk mencari sesuatu di kulkas.

Ketika sudah mendapatkan susu kental manis yang ia cari sedari tadi, akhirnya ia menutup kulkas tersebut. Berlin sedikit tersentak saat dia menoleh ternyata masih ada Bara berdiri diam menatap tajam ke arahnya.

"Apa? Katanya mau jalan?" Berlin menatap aneh Bara yang berdiam tanpa suara seperti itu.

Bara berjalan mendekati Berlin. Setelah itu ia menyodorkan tangannya tepat di hadapan muka Berlin.

Berlin menepisnya cukup keras. Ia menatap aneh Bara.

"Kenapa?" Tanya Berli mengangkat sebelah alisnya.

"Gak salim?" Tanya Bara tersenyum lebar.

Berlin memutarkan kedua bola matanya malas. Berlin pikir Bara ingin mengucapkan sesuatu hal yang penting atau sebagainya.

"Gak deh, lusa aja,"

* * *

Siang ini Berlin sedang asik menonton drama Korea di ruang keluarga. Ia asik dengan berbagai camilan yang berada di dekapannya dan di meja.

Berlin sedang asik menonton drama Korea Hotel Del Luna. Sesekali ia teriak kaget saat melihat hantu yang sedikit menyeramkan.

"Berlin!" Panggil seseorang dari belakang Berlin secara tiba-tiba.

"AAAAA!!!" Berlin teriak kaget saat mendengar namanya dipanggil.

My Bad WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang