Liburan di Puncak ini mereka habiskan waktu bersama keluarga di villa. Terkadang sesekali keluar bersama untuk mencari makan dan jalan-jalan.
Hari ini merupakan hari ketiga mereka di Puncak. Besok minggu pagi mereka harus pulang, karena hari senin Bara sudah harus masuk kerja.
Sore ini Berlin tengah berenang ditemani oleh Bara. Sementara para orangtua lainnya sedang berkumpul di gazebo yang tidak jauh dari kolam renang. Mereka asik memerhatikan Berlin dan Bara yang sesekali bercanda di kolam berenang. Mereka tertawa saat Bara kalah lomba berenang oleh Berlin.
"Bey! Bara, sini makan dulu, nyemil!" Teriak Citra menyuruh mereka untuk naik.
Berlin merasa lapar karena sudah lebih dari 20 menit ia berenang. Ia akhirnya naik dan mengambil handuk untuk mengeringkan badannya. Ia mengenakan pakaian renang muslimah, milik Fatimah. Sebelumnya ia ingin berenang dengan pakaian renang yang cukup terbuka, namun itu ditentang oleh Bara. Akhirnya Fatimah meminjamkan pakaian renangnya pada Berlin. Lagi pula postur tubuh mereka berdua tidak jauh berbeda.
"Makan apa, mi, bun?" Tanya Berlin sambil berjalan mendekati gazebo.
"Tuh liat aja, ada banyak! Kentang goreng, sosis, liat aja deh sendiri ah!" Ucap Citra sedikit emosi.
"Dih orang nanya bae-bae, dia emosi," cibir Berlin mendengar Citra malah mengomel.
"Udah sini duduk bareng-bareng!" Kata Fatimah sambil menepuk beberapa kali lantai gazebo.
"Abi diem aje, makan bi! Abi puasa? Puasa mulu, udah batalin aja sesekali," kata Berlin dengan santai sambil duduk dan mengambil kentang goreng.
"Abi aja puasa, itu dia teh udah abis sepiring duluan. Kekenyangan dia makanya diem aja," kata Fatimah.
Sementara Lukman hanya terkekeh tidak membalas sepatah kata pun.
"Bara mana?" Tanya Citra.
"Gak tau. Berak kali," ucap Berlin asal sambil menaikkan kedua bahunya tidak tahu.
"Itu Bara," kata Fatimah sambil menunjuk Bara yang sedang berjalan ke arah mereka.
"Kenapa? Berlin nyariin aku?" Tanya Bara sambil duduk di gazebo tersebut.
"Ngapain banget Berlin nyariin," kata Berlin sambil mengerutkan dahinya
"Ya kali aja kangen gitu," kata Bara menyeringai.
"Alay," Berlin memutarkan kedua bola matanya malas.
"Bey! Kamu gak boleh ah galak-galak begitu," tegur Citra melotot.
Berlin memutarkan kedua bola matanya malas, tidak perduli.
"Bara kamu gak berencana bulan madu?" Tanya Fatimah mengangkat kedua alisnya menatap Bara.
Bara mengerutkan dahinya bingung. "Ya ini 'kan bulan madu?"
"Ish! nanaonan bulan madu di dieu, atuh bulan madu mah sana jalan-jalan berduaan, romantis," kata Fatimah cemberut mendengar ucapan Bara. Sementara Citra hanya tertawa renyah mendengar ucapan Bara.
"Ya aku 'kan juga udah masuk kerja lagi, mi," keluh Bara. "Lagian emang kamu mau bulan madu di mana, sayang?" Tanya Bara menatap Berlin menyeringai.
Berlin merinding geli saat Bara memanggil namanya dengan sebutan sayang di hadapan para orangtua mereka.
"Jalan aja sono sama bulan sabit!"
* * *
Malam ini Berlin sibuk merapikan barang-barang bawaannya agar besok pagi tinggal berangkat pulang. Ia merapikan baju miliknya dan juga Bara ke dalam koper. Berlin juga menyiapkan satu setel pakaian mereka berdua untuk besok pagi dipakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Wife
Spiritualité[Spiritual - Romance] Mungkin memang kisah kita hanya berawal dari sebuah perjodohan, dimana sebuah perjodohan itu tidak terdapat celah sedikit pun untuk dapat dibatalkan. Setiap tingkah laku konyolmu seakan air yang dapat menumbuhkan setiap inci d...