Maaf karena telah hiatus sangat lama dikarenakan beberapa alasan.
Terimakasih karena telah setia menunggu Bara serta Berlin. Terimakasih karena telah membaca cerita ini hingga bagian ini. Semoga kalian menyukainya!
Selamat membaca!
* * *
Sudah terlewat beberapa hari setelah mereka liburan di Puncak. Berlin dan Bara melakukan aktivitas seperti biasanya. Tidak ada yang spesial. Semenjak dari cumbuan itu, seperti ada jarak di antara mereka berdua sekarang.
Bara merasa bersalah, begitu pula dengan Berlin. Mereka berdua merasa bersalah dengan alasan yang berbeda.
Selama beberapa hari terakhir ini komunikasi mereka cukup singkat. Seperlunya saja, tidak seperti biasanya. Mereka terkadang masih tenggelam pada pikirannya masing-masing.
Pagi ini Berlin menyiapkan nasi goreng untuk sarapan. Bara sudah rapih dengan baju kerjanya, sementara Berlin masih berkutit di dapur.
Selema beberapa terakhir pula Berlin mulai belajar memasak. Bahkan ia sudah sedikit ahli dalam membuat beberapa resep tertentu. Ia semakin suka kegiatan masak memasak ini.
"Mau aku bantu?" Tawar Bara menghampiri Berlin.
"Itu bawain piringnya aja ke meja makan, ini dikit lagi selesai," kata Berlin.
Bara pun menurutinya membawa dua piring dan meletakkannya di meja makan.
Tidak lama Berlin mendatangi meja makan dengan semangkuk penuh nasi goreng lengkap dengan senyum puas dari wajahnya.
"Kali ini enak gak nih?" Tanya Bara menyeringai.
"Maaf Bara, Bara gak bisa ngeremehin skill masak Berlin yang sekarang," ucap Berlin sombong.
Bara terkekeh mendengar itu. Ia pun menyendokkan nasi goreng tersebut ke piringnya.
Bara menatap Berlin sebelum memakannya, mata mereka bertemu. Ekspresi Bara penuh tanda tanya, sementara Berlin hanya tersenyum lebar.
"Kamu mencurigakan, gak salah masukkin garem jadi gula kan?" Tanya Bara.
"Lima detik gak dimakan, Berlin gak bolehin sarapan. Beli aja sana di jalan sambil ke kantor!"
"Bercanda sayang,"
Akhirnya Bara menyuapkan sendok pertamanya ke mulut. Kali ini masakkan Berlin sudah terbilang enak. Namun, dengan sengaja Bara menampilkan ekspresi tidak enak.
"Baik, karena Bara berbohong, Berlin tidak perbolehkan sarapan lagi. Silahkan segera pergi ke kantor secepatnya," ucap Berlin sambil mengambil piring Bara.
Secara sigap Bara memegang tangan Berlin dan menghentikannya.
"Bercanda astagfirullah," ucap Bara penuh sesal. "Ya setidaknya kali ini bisa dimakan," lanjutnya.
Berlin memutarkan kedua bola matanya malas. Ia tidak jadi mengambil piring tersebut dan meletakkannya kembali di hadapan Bara.
"Soal tempo hari sebelumnya maaf ya," kata Bara sambil menyuap sesendok nasi goreng ke mulutnya.
"Hah? Berlin gak paham," Berlin mengerutkan dahinya menatap Bara.
Bara menghembuskan napasnya kasar. Setelah itu ia menunjuk bibirnya dengan jari.
Berlin melotot kaget ia paham betul maksud dari Bara.
"Berlin maafin, tapi mau disogok pake satu bucket kfc buat makan siang," Berlin tersenyum lebar. "Gimana?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Wife
Spirituale[Spiritual - Romance] Mungkin memang kisah kita hanya berawal dari sebuah perjodohan, dimana sebuah perjodohan itu tidak terdapat celah sedikit pun untuk dapat dibatalkan. Setiap tingkah laku konyolmu seakan air yang dapat menumbuhkan setiap inci d...