Perdebatan muncul ketika kedua insan berpikir bahwa apa yang ia ucapkan benar adanya tanpa rasa malu pun mereka sanggup untuk mempertahankan pendirian dengan kokoh.
Alisha Pov
Ku lihat serangkaian bunga nan cantik di depan nisan kakakku. Kakiku melangkah lesu ke makamnya. Sembilu ini masih saja setia bersemayam di hati. Rasanya air matapun sudah bosan menetes dari kelopak mataku ini. Rasa bersalah yang kian mengganggu pikiranku kembali mengusik alam damaiku.
"Kak Retta. Ini Qory kak, maafin aku ya baru datang ke makam kakak setelah satu bulan kepergian kakak. Bukannya aku lupa sama kakak. Cuma-" Aku terdiam sambil menundukan kepalaku merasakan sesak di dada ini.
Sungguh aku tak sanggup berkata apapun saat ini, aku hanya ingin memeluknya namun apalah dayaku yang tak bisa pergi ke sana. Dunia kita kini berbeda tapi aku selalu merasakan kehadirannya dalam diriku sendiri dengan berpenampilan seperti ini.
"Aku selalu kirim do'a untuk kakak. Aku bakal jagain Papi terutama mami kak." Mataku terasa perih, kelopak mataku terasa bengkak karena air mata yang membendung dan saling berdesakan untuk menetes lebih dulu.
Tangisku pecah di makam kak Retta. Sesekali ku cium batu nisan yang menjadi pemisah duniaku dengannya.
Aku mengusap pelan air mata yang membanjiri wajahku. "Aku pulang dulu ya kak dan janji setiap Jum'at sore akan kesini." Aku beranjak pergi dari makam.
Aku menoleh kembali ke makam.
Tunggu, gue baru ngeh ada bunga di makam kak Retta. Bunga dari siapa ya. Mungkin dari papi. Batinku di selimuti kebingungan.
---
Aku tidak langsung pulang ke rumah. Rasanya kepalaku penat jika harus terus berada di rumah dengan kondisiku yang belum juga berdamai dengan hatiku sendiri.
"Emh gue ajak Dania dan yang lain hangout ah. Kemarin kan nggak jadi." Aku mencoba menghubungi ponsel Dania.
Tut...tut...
"Hallo Dan. Kita hangout yuk. Jan lupa ajak yang lain juga. Lo dimana?"
"....."
"Kita ke mall aja ya. Nonton aja. Tapi terserah si nanti."
"....."
"Oke see you Dan. Bye."
---
"Mana ya Dania, Nunu, Aul, Adel. Udah hampir sejam gue di sini." Aku melirik jam di pergelangan tanganku.
Aku melihat ke arah pintu masuk Kafe. " Itu bukannya si Lardo cowo nyebelin itu kan. Iya deh kek nya. Ahh bodo amat emang gue pikirin." Aku menyesap coklat hangat.
"Emh boleh duduk nggak?" Aku menatapnya sinis.
"Duduk tinggal duduk. Ribet bat si." Jawabku ketus dengan raut wajah asam.
"Cantik-cantik nggak boleh galak dong." Ucapnya sambil mencubit gemas pipiku.
"Aww... Ihh apaan si lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me
Teen FictionAlisha Corinna Myesha yang tengah mencoba memantapkan hati untuk bertahan dengan penampilan Nerd Girl harus dihadapkan dengan masalah, salah satunya oleh anak pemilik Emery's School Jakarta, tepatnya sekolah baru bagi Alisha. Karena ulah Lardo yang...