33 - Takut Kehilangan

1.7K 95 6
                                    

Semua rasa keraguan itu mulai luntur meluruh seperti deburan ombak yang mampu membawa material pasir dalam jumlah tak sedikit begitupun diriku yang kini berusaha menepis keraguan akan dirimu dan entah kenapa rasa itu telah menjadi lebih dahsyat karena aku takut kehilanganmu.

Alisha Pov

Sejak kejadian aku dan Lardo bertengkar di dalam mobil membuat kepalaku penat akan hal itu. Rasa bersalah kerap kali menghantui pikiran dan relung hatiku pada Lardo. Aku merasakam sensasi yang sangat berbeda ketika menjalin asmara dengan Axel mantanku. Masih terekam rapi bagaimana kisah asmaraku dengannya begitu indah tanpa ada pertengkaran di tengahnya walaupun pada akhirnya dia meninggalkanku di saat aku sangat mengharapkan kehadirannya untuk merangkul diriku yang tengah rapuh. Kini aku sadari bahwa cinta tidak melulu soal kebahagiaan yang mesti tercipta, melainkan harus ada bumbu masalah sedikit agar sebuah hubungan menjadi lebih kuat. Itu yang kualami sekarang, jika aku rinci masalah yang silih berganti kian datang tak di undang dalam hubunganku dan Lardo. Begitu banyak coretan cerita dalam hatiku namun aku selalu menelaah akan perihal ini agar bisa menjadi sosok dewasa. Dan faktanya aku baru benar menyadari bahwa hati ini sudah tersapu bersih dengan pesona Lardo. Meski hati sedikit mengganjal pada saat itu tapi dia mampu meruntuhkan pertahananku yang masih terukir nama mantan kekasihku. Mungkin Lardo beranggapan aku belum bisa melupakan lelaki itu, tapi dia salah besar karena alasan aku menutupi hubungan kita bukan karena itu namun aku belum atau sama sekali tidak siap jika harus kehilangan Lardo. Jika banyak orang yang mengetahui kurasa akan menjadi sulit untuk aku tetap tegar seperti Axel meninggalkanku. Yang kupikirkan saat ini adalah mengembalikan Lardo yang ku kenal dulu, selalu saja menuruti keinginanku, berkorban demi kebahagiaanku, tidak bisa untuk berlama-lama marah denganku, bertingkah konyol bahkan selalu mengancam ingin mencium bibir diriku jika aku menolaknya. Aku terkesan egois tapi aku bukan perempuan munafik yang tidak merindukan suatu hal yang selalu membuat bibir ini tersenyum bahagia.

WhatsApp

Alisha Ma Petit : P

Lardo tidak membalas chat dariku bahkan lebih parahnya hanya di baca saja.

Alisha Ma Petit  : Lardo gue mohon bales chatnya! Lo masih marah sama gue. Oke gue emang salah selalu egois. Tapi lo gak berhak bikin gue sedih Do. Udah dong marahannya.

Aku masih setia menunggu jawaban dari Lardo tapi tetap sama ia tak kunjung meresponku.

Alisha Ma Petit : P

Alisha Ma Petit : P

Alisha Ma Petit : P

Alisha Ma Petit : Do kita ketemu sekarang ya di taman biasa. Terserah lo mau datang apa engga. Tapi gue bakal tetap nunggu lo di sana. Sampe kapanpun itu Do. Gue sayang sama lo.

Aku mematikan data ponselku dan membantingnya di kasur empuk ini. Aku menghela nafas dalam dan meresapi masalahku dengannya yang tak kunjung usai.

Bulir bening lolos dari pelupuk mataku, mengalir bebas tanpa batas. Kini aku membenamkan wajahku di bantal untuk sekedar menahan rasa sesak yang kian menggunjang hati dan pikiranku. Aku menahan isak tangisku agar tak ada yang mendengarnya terlebih papi karena dia pasti akan khawatir.

"Lardo ternyata lo beneran marah sama gue. Gue minta maaf, lo gak pernah kayak gini Do. Gue takut lo bakal putusin gue. Gak mau Do." Aku mengambil ponselku dan membuka galeri. "Gue kangen lo yang selalu bikin gue kesal Do, lo yang kadang mesum tapi sebenarnya engga Do. Gue kangen lo Lardo. Ya Allah Qory gak mau kehilangan Lardo."

"Gue harus ke taman sekarang gak peduli dia datang apa engga. Gue harus perjuangin cinta gue ke dia. Buktiin ke papanya kalau gue juga pantas di sisi Lardo. Gue gak siap kehilangan pacar lagi apalagi itu lo Do. Orang yang berhasil bikin gue jadi Alisha yang dulu." Aku merapikan diri. "Lo pasti bisa Qory." Ucapku menyemangati diri ini.

---

Aku terduduk di taman ini sudah hampir satu jam. Mata ini terus mengedarkan pandangan ke penjuru taman tapi belum juga menangkap sosok Lardo. Aku mengembuskan nafas kasar.

"Lo ternyata benar marah sama gue. Lardo lo dimana? Gue chat lo dari tadi tapi gak di baca juga. Apa gue segitu salahnya di mata lo." Aku melirik jam di pergelangan tanganku.

Kini langit tak secerah ketika aku tiba di taman ini, ku tatap langit yang sudah berganti warna menjadi abu-abu pertanda mendung. Aku bergidik ketakutan karena pasti akan turun hujan yang membuatku menangis. Semilir angin menerpa wajahku, tak lama berselang rintik gerimis menimpa tubuhku. Aku tetap bertahan walaupun rasa takut ini kerap menyiksaku. Rintik itu kemudian berubah jadi butiran air dengan ukuran besar bahkan menyiram tubuhku hingga basah kuyup. Ku lihat orang berlarian mencari tempat untuk berteduh tapi tidak denganku yang masih terduduk di kursi taman.

"Gue bakal tetap tunggu lo di sini Do. Gue mau bilang ke lo kalau gue nggak bisa move on kalau nanti putus. Lo dimana Lardo? Gue takut di sini sendirian, lagi hujan." Aku menangis tersedu-sedu. "Udah setengah jam gue basah kuyup tapi lo ga dateng Do. Lo beneran udah gak sayang lagi sama gue." Aku bersidekap untuk menghangatkan suhu tubuhku.

Terdengar suara petir membuatku menutup daun telinga ketakutan. Tangisku pecah bersamaan dengan suara hujan yang deras.

"Papi tolongin Qory. Qory takut di sini. Qory takut." Aku berdiri dan berusaha melangkahkan kaki.

Kepalaku terasa pening dan tubuhku sangat menggigil kedinginan. Pandanganku perlahan buram dan langkah kaki ini terasa semakin berat. Tubuhku terhuyung ke belakang. Setengah sadar aku merasa tubuhku di topang oleh seseorang. Tapi setelah itu tak ingat apapun lagi.

"Lish. Maafin gue, tadi di jalan macet. Lo jadi cewek nekat banget sih. Udah tahu lo takut hujan. Alisha bangun sayang. Jangan bikin gue panik." Lardo menepuk pelan pipiku. Wajahku pucat pasi dan bibir ini tak lagi merona.

Lardo menggendong tubuh mungilku dan membawanya ke dalam mobil. Lardo melepaskan jaketnya untuk ku kenakan agar mengurangi kedinginanku.

"Gue gak bakal anterin lo pulang dalam keadaan basah gini Lish. Untung besok libur jadi gue bawa lo ke apart gue. Gue bakal bilang papi lo kalau malam ini nginep di rumah Dania. Dania pasti mau bantu gue bohong ke papinya.  Alisha lo kenapa hobi banget bikin gue khawatir." Lardo mengusap pipiku lembut sebelum melajukan mobilnya.

Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang