38 - Masa Lalu

1.5K 74 2
                                    

Mungkin dihati ini namamu masih tertera walaupun tak terpampang jelas karena kini telah ada satu nama yang memenuhi ruang hatiku. Dia hanya masa laluku dan percayalah kini hanya kaulah tambatan hatiku wahai kekasih pujaan.

Author Pov

Alisha meminta Lardo untuk menemuinya di Kafe sore ini. Banyak hal yang ingin ia sampaikan karena sekarang pikirannya semakin kacau dengan mimpi dalam tidurnya semalam. Seharian Alisha terus mencari makna dari mimpinya, terkadang tampak melamun dan berpikir keras perihal penuturan Axel. Satu hal yang kini Alisha tahu bahwa hatinya masih saja penasaran dengan mantan kekasihnya itu.

"Do udah hampir sejam gue nunggu lo di sini. Kebiasaan banget ya lo. Telat dan telat." Alisha mendesah kesal sembari melirik jam dipergelangan tangan kirinya.

Lardo sesikit berlari kecil menghampiri gadis itu yang kini menatapnya angkuh.
"Maaf ya gue telat lagi. Beneran tadi macet, gue gak ngendarain motor jadi gak bisa nyalip. Maaf ya Petit." Ucap Lardo dengan mimik wajah memohon.

"Duduk! Berdiri aja kayak patung." Ucap Alisha dingin.

"Gue udah pesen nih minuman buat lo."

"Ahhh lo emang terbaik Lish. Makasih ya gak marah." Lardo menggenggam tangan Alisha di atas meja.

"Hm." Alisha bergumam.

"Itu namanya masih marah coeg. Emang kadang-kadang lo aneh Lish. Udah kenapa jangan ngambek mulu, ya gue salah sih. Ingat gak lo pernah bilang apa. Katanya mau dewasa. gak mau ngambek lagi tapi-"

"Iya maaf ya tuan Adelardo Radmilio Emery." Alisha tersenyum bak putri yang membuat Lardo terpesona.

"Lo jangan senyum gitu bisa gak Lish. Asal lo tahu ya, hati gue tercyduk njir lihat lo senyum. Adem gitu rasanya. Ahh." Lardo memegang dadanya sendiri sembari tersenyum terus.

"Alay dasar lo. Ganteng si alay. Najis." Alisha menyesap coklat panas dengan nikmat.

"Baru sadar pacar lo gantengnya maksimal. Perfect dah pokoknya Lardo mah." Lardo sangat percaya diri.

"Iyain aja dah biar cepet."

"Oh iya. Tumben lo suruh gue ke sini. Biasanya kalau lo kangen gue langsung minta ke rumah. Kenapa?" Tanya Lardo serius.

"Gue mau tanya sesuatu ke lo. Tapi janji jangan marah dan salahpaham ya Do." Alisha menatap sendu Lardo.

"Nanya tinggal nanya. Ribet amat. Gratis kok nanya sama gue. Kenapa sayang?"

"Gak usah panggil sayang. Jijik gue dengarnya. Emh, gue. Emh." Alisha menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Am em am em. Nanya apa sih Lish sampe susah banget kayaknya. Mau nanya ukuran CD gue." Lardo terkekeh.

"Ihhhh. Gak jelas banget lo. Gila kali gue nanya gitu."

"Ya makanya apa Petit." Lardo pun menyesap coklat panas.

Alisha menghela nafas panjang.
"Lardo apa lo kenal Axel?"

Seketika Lardo tersedak dan air mukanya berubah merah. "Do hati-hati dong minumnya. Gue kan cuma nanya. Maaf ya."

"Do lo gapapa kan? Muka lo kok gitu. Tarik nafas Do!"

"Kenapa lo tanya gitu?" Tanya Lardo dingin.

"Ya kan gue bilang cuma nanya Do. Kenal gak?"

"Lo minta gue ke sini cuma mau nanya itu Lish?" Lardo tertawa renyah.

"Ya tinggal jawab iya atau engga. Susah banget sih Do."

"Engga." Lardo mengaduk minuman itu dan wajahnya tak lagi menatap Alisha.

"Yaudah. Kan gue cuma nanya doang. Jangan marah."

"Hm."

"Gue mau cerita boleh ya. Tapi pasti lo marah. Gue bingung harus cerita ke siapa lagi selain ke lo Do."

"Kenapa?" Lardo masih bersikap dingin.

Akhirnya Alisha memberanikan diri untuk menceritakan kepada Lardo pertemuan dirinya dengan Axel dalam mimpinya itu. Alisha terus bercerita tanpa menatap Lardo karena kini ia tengah menangis. Lardo tampak bingung menyikapi sikap Alisha. Jujur hatinya kecewa mendengar langsung bahwa kekasihnya itu masih merindukan mantannya. Telebih ada niatan untuk mencarinya hanya sekedar meminta penjelasan perihal kepergiannya.

"Cukup!" Suara Lardo terdengar lirih namun terlihat dari wajahnya tersirat kesedihan.

"Maafin gue Do. Gue gak bisa simpan semuanya sendirian. Lo sayang kan sama gue? Gue mohon lo bantuin cari dia. Dia cuma masa lalu gue dan lo itu pacar gue Do. Lo gak perlu takut gue ada rasa lagi sama dia setelah ketemu nanti karena gue bukan tipe orang yang mudah cinta sekalipun dengan dia. Percaya kalau hati gue udah sepenuhnya buat lo. Gue mohon Do."

"Terus kalau udah ketemu dia minta balikan apa lo mau. Lagipula sampai kapanpun lo gak bisa ketemu sama dia Lish." Suara Lardo bergetar.

"Lo ngomong apa Lardo. Gue udah bilang gak akan terjadi. Gue cuma mau ketemu dia dan minta penjelasan aja. Dan apa maksud lo gue gak pernah bisa lagi ketemu Axel?"

"Percuma Lish lo gak bakal ngerti."

"Ya gimana mau ngerti kalau lo aja gak bicara apapun. Gue makin yakin kalau lo kenal sama Axel. Di mimpi gue Axel seakan kenal banget sama lo dan sekarang nyatanya lo juga berlagak kenal sama sama dia. Lo gak sembunyiin apapun kan dari gue."

"Buat apa Lish gue sembunyiin sesuatu dari lo. Dan sekarang gue tahu kalau lo masih cinta sama dia. Bodoh ya gue percaya gitu aja sama lo kalau lo katanya cinta sama gue. Terserah Lish kalau lo mau cari dia tapi jangan pernah libatin gue."

"Satu lagi. Gue gak marah sama lo Lish. Lo pasti ngerti kenapa sikap gue dingin sekarang." Lardo beranjak dari kursi Kafe dan berlalu dari tempat itu.

"Gue yang salah Do. Maafin semua sikap gue yang selalu bikin lo kecewa. Tapi gue butuh lo Lardo. Apa salah gue mau cari tahu tentang Axel. Gue cuma mau kebenaran dari mimpi gue Do. Itu aja gak lebih. Lo tetap orang yang gue cinta Do bukan Axel.

-----

"Kenapa Lish? Kenapa lo selalu buat gue ngerasa kalau lo gak pernah seutuhnya cinta sama gue. Lo masih cinta sama dia. Apa kurangnya perlakuan gue buat lo. Bahkan gue rela membangkang sama papa cuma karena lo. Tapi lo juga gak salah Lish, semua ini salah gue." Lardo mengusap gusar wajahnya sembari fokus mengendarai mobil.

"Sampe kapan gue kayak gini. Alisha gue mohon jangan pernah tinggalin gue."

"Gue takut Lish. Gue gak mau kehilangan lo, gue sayang banget sama lo Alisha."

"Gue harus apa kalau keadaannya kayak gini."

"Gue butuh saran dari seseorang."

"Dania dan Abi. Gue yakin dia mau bantu gue. Semoga dia bisa kasih gue solusi karena mereka orang yang gue percaya tentang kehidupan gue."

"Apapun yang terjadi gue bakal lakuin itu. Gue gak siap buat kehilangan lo Petit."

"Akh. Kenapa hubungan gue sama Alisha selalu aja ada masalah. Gue cape, cape!" Lardo menambah kecepatan laju mobilnya.

Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang