Extra Chapter '1'

2.1K 98 17
                                    

Semua dirasa indah ketika aku berada di sampingmu. Meskipun dalam bentuk tangisan tapi hal itu tetap saja mampu membuatku takkan berpaling darimu hanya karena senyuman maut itu yang telah meruntuhkan pertahanan dinding hatiku yang kerap kali melemah ketika kau memandangku penuh cinta. Alisha

Aku dapat melihat di bola matamu bahwa kau mengharapkanku untuk tetap singgah dihatimu. Bertahan meskipun rintangan menghalanginya, ataupun menuntutku agar membuatmu tersenyum bahagia hanya karena senyuman maut dari bibirku yang mampu membawamu hanyut dalam suasana. Kau tak perlu khawatir sayang, sekalipun kau tak meminta tapi aku sendiri yang bertekad untuk membuat hidupmu terasa sempurna.
Lardo

Alisha Pov

"Do cepetan mandinya!" Alisha mengetuk pintu kamar mandi Lardo beberapa kali.

Hening. Tak ada jawaban dari dalam sana.

"Lardo. Kamu nggak apa-apa kan? Kok diam aja sih? Lar-"

Alisha menutup matanya serta berteriak seketika saat pintu itu terbuka dan menampilkan sosok Lardo yang bertelanjang dada hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya.

Alisha berbalik badan dan hendak keluar dari kamar Lardo tapi tangannya dicekal.
"Lardo apaan sih. Lepasin ish... Kalau mau buka pintu bilang kek. Nggak tahu malu banget dasar. Cowok suka rada-rada ya. Nggak malu gitu ada cewek juga." Alisha menggerutu panjang lebar tapi matanya masih terpejam dengan kedua tangannya.

"Udah ngomongnya Qory bawel. Lagian siapa suruh main masuk aja ke kamar orang ganteng." Jawabnya lepas tanpa rasa bersalah.

Alisha membuka matanya perlahan.
"Ya terus salah aku gitu. Tapi papa kamu suruh masuk. Yaudah masuk aja. Kan aku udah ketuk pintunya suruh buruan mandi. Tapi kamu malah keluar tiba-tiba."

"Tadi katanya aku disuruh cepat. Pas aku keluar malah marah. Dasar cewek ya, serba salah jadinya." Lardo tertawa kecil.

"Bodo, pokoknya cepat pake baju dan aku tunggu kamu di bawah."

"Nggak mau." Bisiknya tepat di daun telinga Alisha membuatnya makin bergidik ketakutan.

"Bisa nggak sih Do jangan bisikin aku. Risih tahu nggak."

"Cepetan ya Do. Aku mau ke ba-"

"Jangan berisik cantik." Lardo menggigit kecil daun telinga Alisha gemas.

"Aw... Lardo kamu gila ya. Sakit tahu. Papi, mami. Lardo jahat "

"Masih aja manja ya kamu Lish."

"Ya kamu juga masih aja jahil dari kecil. Aku sih heran."

"Aku biasa aja tuh. Karena jahil sama kamu itu buat aku bahagia."

"Iya kamu bahagia tapi aku menderita. Udah ah." Alisha melangkah keluar tapi Lardo kembali menahan tangannya.

"Apa lagi sih Lardo? Udah buruan pake baju, nggak kedinginan apa." Ucapnya tanpa menoleh sedikitpun.

"Aku dingin Petit."

"Yaudah pake baju lah."

"Maunya kamu yang pakein baju aku." Lardo terkekeh.

"LARDO!!!" Alisha kembali berteriak.

"Kenapa?"

"Dasar cowok mesum, jahil, Lardo ih..." Alisha meninggalkan Lardo di dalam kamar sendirian.

"Alisha kamu lucu banget sih. Makin sayang deh sama kamu." Lardo berjalan menuju almari dan mengambil baju kaos putih polos dan celana jeans. Lardo berdiri di depan cermin untuk melihat penampilannya. Menyemprotkan parfum dengan aroma khas tubuhnya. Lardo bergegas keluar kamar dan tak lupa melingkarkan jam tangan miliknya.

Skip...

"Lardo."

"Hm."

"Kamu nggak apa-apa kan kalau aku ke makam Axel?"

Lardo menoleh dan kedua sudut bibirnga terangkat. "Kenapa harus nggak boleh?"

"Ya aku takut aja kamu cemburu."

Lardo tertawa renyah. "Segala Lish. Kamu ada aja dah. Axel itu kembaran aku dan dia udah meninggal. Kenapa harus cemburu. Kamu berhak ketemu di tempat peristirahatannya sekarang Lish. Dia pasti juga rindu kamu. Maaf."

"Lardo. Kamu nggak perlu lagi minta maaf. Hidup kita udah baru Do, jangan lagi kamu ingat masa lalu yang menyakitkan. Cukup dijadikan pelajaran." Alisha menautkan jarinya pada jari tangan Lardo.

"Makasih Lish. Kamu udah mau percaya lagi sama aku."

"Iya sayangku."

"Ayo kita turun dari mobil. Setelah dari makam kita kemana?"

"Kemana aja asal sama kamu."

Lardo menjawil hidung Alisha. "Kamu udah jago gombal ya sekarang."

"B aja deh kayaknya. Kamu aja aneh."

Skip...

"Hai, Axel. Aku Alisha. Maafin aku ya karena baru datang ke makam kamu. Aku udah tahu semuanya dan aku nggak marah lagi sama kamu. Yang terjadi antara kita hanyalah salahpaham. Semoga kamu tenang ya." Alisha menaburkan bunga dan mengusap batu nisan Axel, tanpa sadar bulir bening telah menetes dari pelupuk matanya.

"Maafin gue Axel. Akhirnya Alisha tahu semuanya. Maaf karena sekarang gue yang jaga Alisha sesuai permintaan lo. Tapi bukan hanya karena keinginan lo, tapi gue beneran cinta dia dan selalu ingin menjaganya. Kita bakal sering ke sini dan do'ain lo brother."

Alisha memandang wajah Lardo yang terlihat tulus.
"Aku beruntung pernah ketemu kalian berdua. Dua orang lelaki yang menyayangi aku dengan tulus dan menerima aku apa adanya. Makasih Lardo."

Lardo mengusap lembut air mata Alisha.
"Karena lelaki sejati selalu berusaha membuat orang yang dicintanya merasakan ketulusan yang dia punya bukan hanya lewat perkataan melainkan perbuatan konkret yang membuat gadisnya merasa nyaman dan terlindungi."

"Kamu sering datang ke makam kak Retta ya Do? Kasih dia bunga?"

"Iya Lish. Karena rasa bersalah aku ke dia selalu menghantui Lish."

"Kamu nggak perlu merasa bersalah Do. Kak Retta juga paham perasaan kamu kok. Kita pulang yuk."

Mereka pergi dari pemakaman itu dan menuju restaurant terdekat.

"Kamu pesan apa Lish?" Lardo melihat menu makanan.

"Apa aja Do. Sama kayak kamu deh." Alisha memainkan ponselnya tampak serius.

"Yaudah. Kamu lihat apa sih di hp? Kok serius banget sampai nggak mau lihat menu makanan."

"Kenapa sih Do. Aku cuma lagi lihat foto aja." Jawabnya tanpa melihat manik mata Lardo.

"Foto apa?" Lardo mulai berpikiran yang bukan-bukan.

"Foto apa aja boleh." Alisha menjulurkan lidah dan bibirnya membentuk duck face.

"Bibir kamu biasa aja kali Lish."

"Tumben kamu, biasanya kalau bibir aku aneh-aneh kamu ancam mau cium tapi kok sekarang gitu?"

"Emang kenapa? Nggak boleh. Makasih mba."

"Iyalah nggak boleh. Kamu kenapa sih Do?"

"Nggak." Lardo mengambil sendok dan garpu untuk menyantap hidangan sementara Alisha hanya meneguk jus alpukat.

"Gara-gara ini ya?" Alisha melirik ke arah ponselnya.

"Lardo jawab ih! Kamu juga pasti betah lihat ponsel aku. Nggak ngambek deh Do."

"Bodo."

"Kamu lucu deh Lardo Mi Amor." Alisha mencubit gemas pipi Lardo.

"Emang foto apa di hp kamu?"

"Kepo. Ketahuan kamu Do. Cemburu ya... Ya ampun. Makin gemas ah aku sama kamu Radminya Qory... Unch." Alisha kini menjawil hidung Lardo hingga membuatnya tersenyum manis sekali hingga membuat Alisha terpaku hanya karena senyuman maut itu yang seketika menghangatkan kalbunya.

Masih ada satu chapter lagi...
Voment nyok...

Danzu...

Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang