Dalam hidup kita akan mengalami yang namanya rasa akan kasih sayang entah kepada siapa melabuhkannya tapi ada satu hal yang pasti membuat rasa itu tumbuh semakin besar yaitu kasih sayang terhadap keluarga terutama seorang saudara.
Author Pov
Di dalam kamar yang berukuran tidak terlalu besar itu Alisha tampak termenung memikirkan sesuatu. Hatinya kembali dirundung rasa sesak akan kehilangan saudara kembarnya. Bulir bening menetes begitu saja dari pelupuk matanya, tangannya mengusap bingkai foto yang tampak wajah dirinya bersama Adsila. Rasa rindu yang kian memuncak setiap kali pikirannya berkelana akan kejadian yang membuat ia tersiksa akan rasa bersalahnya. Seandainya waktu dapat berputar kembali ingin sekali rasanya Alisha menghabiskan waktu bersama kakaknya walaupun hanya sekedar berbincang agar setidaknya pertemuan terakhir mereka berkesan tanpa rasa luka yang menyambanginya.
Hidayat menghampiri Alisha yang kini tengah menangis tergugu dengan posisi wajah yang sengaja ia benamkan dibalik bantal.
"Sayang." Hidayat mengusap lembut puncak kepala putri semata wayangnya kini."Qory kenapa kamu menangis nak?" Tanyanya lembut.
Alisha hanya menggeleng sembari menutupi wajah dengan kedua tangannya.
"Sayang kamu gak mau cerita sama papi? Apa masih marah ya sama papi. Maafin papi sayang."
Perlahan Alisha menatap papinya. "Qory kangen kak Retta pih. Hiks... Aku juga kangen mami. Kenapa hidup kita seperti ini pih?"
Hidayat tersenyum tipis. "Kamu boleh kangen sama kak Retta tapi ingat tidak baik menangisi orang yang telah tiada. InsyaAllah dia udah tenang di sana sayang. Maafin papi ya karena buat kamu jadi jauh sama mami. Tapi janji hari ini kamu boleh ke sana, gak lama-lama ya."
Alisha menghambur memeluk papinya. "Makasih pih, udah sebulan lebih aku gak merawat mami. Aku kangen sama mami."
"Yaudah kamu jangan nangis lagi. Putri Qory papi gak boleh cengeng."
Alisha mengurai pelukan itu. "Aku gak cengeng. Papi sama Lardo sama aja selalu bilang aku cengeng." Alisha mendesis kesal.
"Kalau bukan cengeng apa dong namanya. Tukang nangis?" Hidayat terkekeh.
"Papi aku marah lagi nih." Alisha mencebikan bibir mungilnya.
"Anak papi kalau lagi ngambek gak pernah berubah selalu gitu bibirnya. Janji gak akan nangis lagi atau kamu gak boleh ketemu ma-"
"Iya iya papiku sayang. Qory janji." Alisha tersenyum simpul.
"Nah gitu dong itu namanya baru anak papi. Kita turun ke bawah yuk. Papi udah masak makanan kesukaan kamu."
"Rendang ayam ya pih. Asik, maunya digendong papi." Alisha merengek seperti anak kecil. Alisha selalu bersikap manja kepada keluarganya karena sang papi pun memperlakukan Alisha bak Putri Istana.
Hidayat mencubit pelan pipi Alisha dan berbalik badan menuruni punggungnya agar sejajar dengan Alisha. "Ayo naik putri Qory. Mau kemana kita?"
Alisha mengalungkan tangannya dileher Hidayat untuk menjaga keseimbangan.
"Kita mau makan patih. Putri Qory sangat senang."*
"Udah sampai putri Qory. Ayo turun!"
"Makasih ya pih selalu sayang sama aku."
"Kamu bicara apa sayang? Papi dan mami akan selalu sayang sama kamu. Jangan pernah berpikiran apapun ya. Fokus belajar sebentar lagi kan lulus dan kuliah di-"
"Jepang papi."
"Kamu yakin sayang mau kuliah di sana?" Tanya Hidayat setelah duduk dikursi ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me
Fiksi RemajaAlisha Corinna Myesha yang tengah mencoba memantapkan hati untuk bertahan dengan penampilan Nerd Girl harus dihadapkan dengan masalah, salah satunya oleh anak pemilik Emery's School Jakarta, tepatnya sekolah baru bagi Alisha. Karena ulah Lardo yang...