47 - Aku Di Sini

1.5K 92 9
                                    

Hatiku terenyuh melihat matamu sembab karena pelupuk matamu dipenuhi bulir bening tapi percayalah sebesar apapun masalah yang kau hadapi aku di sini untukmu wahai bidadari penghuni hati.

Author Pov

Lardo tiba di Rumah Sakit dan melihat Hidayat tengah terduduk lemah di kursi tunggu ruang UGD. Lardo memberanikan diri menyentuh bahunya lalu tersenyum pertanda peduli.
"Om. Saya udah hubungi Alisha tapi lewat temannya."

"Terimakasih Lardo." Om Hidayat menatap sendu Lardo.

"Om maaf sebelumnya. Bukannya tante Sinta dirawat tapi kenapa ada di UGD?" Tanya Lardo dengan mimik wajah penasaran.

"Sebenarnya maminya Alisha jatuh dari tangga Do." Kini Hidayat menundukan kepalanya dan matanya tampak berkaca-kaca.

Lardo tersentak kaget mendengar pernyataan Hidayat.
"Keadaannya sekarang gimana om?"

Dokter yang menangani Sinta keluar dengan wajah sulit diartikan.

"Bagaimana dok keadaan istri saya?"

"Pendarahan dikepalanya cukup serius dan sangat terpaksa harus segera dilakukan operasi tapi..."

"Tapi kenapa dok? Lakukan terbaik untuk istri saya."

"Kondisi kejiwaan pasien saat ini sangat drop dan dikhawatirkan berdampak buruk pasca operasi. Kalau boleh saya tahu apa penyebabnya?"

Hidayat bagai disambar petir. Keluarga kecilnya kini dilanda masalah yang serius. Bayangan kematian seakan mengganggu pikirannya. Dia tak ingin rasanya kehilangan orang yang teramat ia cintai setelah putri sulungnya.
"Putri saya sedang ada masalah dengan istri saya. Tapi saya akan menjemput dia menemui maminya."

"Iya pak. Sebaiknya putri bapak segera di sini 15 menit lagi untuk memberikan kekuatan ikatan batin agar kondisi kejiwaan pasien tenang. Permisi." Dokter melenggang pergi dari ruang UGD.

"Om jangan khawatir ya. Saya akan cari Alisha sekarang." Lardo mencium punggung tangan Hidayat serta mengucapkan salam.

-----

"Kamu jangan khawatir ya Lish. Mami kamu pasti kuat." Lardo mencoba menyejajarkan langkah kecil Alisha yang sedari tadi berjalan gelisah.

Wajah cantik Alisha sudah banjir air mata. Dirinya kerap dihantui rasa bersalah. Tak ada sedikit pun niat untuk melukai maminya. Ia tak pernah menyangka bahwa kenyataannya yang dipikirkan selama ini salah tentang kasih sayang maminya. Lardo telah menceritakan semuanya, maminya selalu memanggil nama Alisha bahkan sebelum ia jatuh dari tangga ia melihat sosok bayangan Alisha sehingga berlari untuk kebawah dan menghampiri putrinya tapi kaki Sinta tergelincir sehingga kepalanya mengeluarkan darah cukup banyak.

"Pih! Maafin Qory pih. Aku gak berniat buat nyakitin mami dengan cara kayak gini." Alisha bersimpuh di kaki Hidayat yang tengah duduk.

"Qory anak durhaka pih. Hiks...Maafin Qory pih!" Alisha menangis karena rasa bersalah yang tak kunjung pergi dari hati dan pikirannya.

"Temui mamimu sekarang. Papi sudah memberinya semangat." Ucap Hidayat dingin lalu pergi begitu saja meninggalkan Alisha yang tengah meminta maaf.

"Maaf pih. Sekarang papi marah sama Qory. Aku emang salah pih tapi...Hiks." Alisha terduduk dikursi dengan tangisan yang semakin menggebu.

Saat ini Lardo merasa serba salah. Ingin rasanya memeluk Alisha untuk menenangkannya tapi ia merasa tidak berhak sekarang.
"Kamu jangan sedih ya Lish. Mungkin papi kamu lagi ingin sendiri, temui mami kamu sekarang ya. Ayo aku anter."

Lardo membantu Alisha berdiri untuk menemui maminya.
"Mih. Ini Qory. Hiks...Maafin aku mih." Alisha tak kuat melihat maminya yang terbaring lemah sekarang.

Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang