21 - Dinner

2K 89 1
                                    

Satu hal yang membuatku malu, yaitu di saat berbicara dengan seseorang namun orang tersebut tidak mengindahkan tatapan matanya padaku dan enggan meresponku.

Alisha Pov

Malam ini pikiranku tak karuan, mulai dari perasaanku yang takut untuk bertemu keluarga Lardo sampai benak ini seketika terlintas bayangan mantan kekasihku. Ya, dia Axel Cetta Early. Lelaki yang pernah singgah di hatiku untuk memberikan sejuta warna dalam hidupku namun kenyataannya sudah hampir dua tahun setelah dia memutuskan hubungan denganku, kabarnya tak pernah lagi ku dengar dan sosok wajah tampannya pun tak pernah lagi ku lihat. Aku memang sangat membencinya tapi dalam hati kecilku jiwa dan pikirin ini masih teringat padanya, wajahnya, tingkahnya, kasih sayangnya. Kini hanya tinggal kenangan yang tersimpan rapi dalam kalbuku yang terkadang menyiratkan pedih hatiku. Aku harus melupakannya untuk menata hatiku kembali dan memberikan seluruh kepercayaanku pada kekasihku yaitu Adelardo Radmilio Emery. Sosok lelaki yang mampu membuatku merasa tidak sendiri, berusaha melukiskan senyum di bibirku dan pastinya membantuku mengurangi beban hidup yang selama ini aku pikul sendiri.

Aku menghembuskan nafas samar. "Qory, lo gak boleh takut dan tegang gini. Semua ini lo lakuin buat Lardo. Ya, buat cinta gue sama lo. Gue bakal nerima segala resikonya nanti."

Aku menatap cermin di hadapanku sembari merapikan penampilanku dengan tatanan rambut di urai, make up yang tidak terlalu mencolok, dress elegan selutut berwarna hijau toska.

Yakin Alisha. Lo harus yakin. Semuanya baik-baik aja.

---

"Waw, your so beautytiful Petit! Ahh makin cinta nih jadinya." Lardo menatapku teliti dari mulai ujung rambut hingga kakiku.

"Biasa aja kali Do. Gue gak aneh kan?" Tanyaku ragu-ragu.

Dia mendekatiku dan menggenggam kedua tanganku.
"Petit. Lo dengerin gue ya. Sumpah lo cans banget Sa. Suer gue ga bohong. Cantik." Kali ini dia mencoba mencium pipiku tapi secepat kilat aku menghindar.

"Lo mah suka gitu sama gue. Giliran mau di cium, lo nya sok jual mahal. Tapi lo suka kan cium gue. Curang lo. Males, ngambek ah." Lardo melepaskan genggaman tangannya sembari mencebikan bibirnya yang terlihat sexy bagiku.

"Kenapa? Suka-suka gue lah. Ngambek, ngambek aja." Aku meninggalkan Lardo ke mobil sembari menahan senyum.

Dia mengekorku dari belakang dan membukakan pintu mobilnya.
"Masuk! Papa udah nunggu katanya." Ucap Lardo singkat.

---

Aku melangkah ragu masuk ke rumah megah milik Lardo, pasalnya malam ini aku di undang makan malam. Tentu saja aku sangat gugup karena ini kali pertama aku datang ke rumah Lardo dan bertemu papanya.

Lardo melihat gelagatku yang tampak gelisah. Dia menautkan jari tangannya ke jari tanganku untuk menenangkan perasaanku.
"Nggak usah takut Lish. Percaya sama gue. Ngapain takut sih, kan gue ada di samping lo. Pacar pengertian kan gue." Lardo tersenyum manis padaku dan hal itu membuatku sedikit lega.


"Ayo Lish dusuk di sana!" Lardo menggiringku ke meja makan yang telah tersedia hidangan lezat.

Kami berjalan menuju meja makan. Lardo mempersilahkanku duduk di kursi sembari menampilkan seulas senyum yang selalu membuatku merasa hangat dan tenang jika berada dalam jangkauannya.

Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang